• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts

Sabtu, 31 Desember 2011

The Power of Dreams

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=cl2jAgfJarU?fs=1]

Di awal tahun 2012, buatlah IMPIAN-IMPIAN !!!!!

View Details

Tahun Masehi, punya siapa ?




“Ah, perayaan tahun baru masehi, hanyalah perbuatan orang-orang jahiliyah, kita sebagai umat muslim, tidak perlu merayakannya. Kita kan punya tahun baru sendiri, yaitu tahun baru hijriyah. Haram uy !”

Begitulah kira-kira pernyataan salah seorang ustadz, beberapa tahun lalu di kampung saya. Sekarang, saya mulai berfikir dan menganalisa, benarkah seperti itu ? Benarkah umat Islam hanya memiliki tahun hijriyah, tahun yang berdasar kepada perputaran bulan (tahun Qamariyah) dan umat non-Islam yang memiliki tahun masehi, tahun yang berdasar pada peredaran matahari (tahun Syamsiyah) ?

Hm, ternyata, pernyataan ustadz tersebut sangat salah total !!! Karena, kedua tahun itu, adalah milik semuanya, terutama Islam. Mengapa ?

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.
(Q.S. Fushilat [41] : 37)

Matahari dan bulan, yang dijadikan sebagai dasar perhitungan tahun, adalah merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah. Dan peringatan Allah, janganlah kita menyembahnya. Saya takut, pen-dikotomi-an sepeerti di atas, tahun bulan milik umat Islam, dan tahun matahari milik non-Islam, pada gilirannya kita akan menuhankan bulan dan matahari, tanpa kita sadari. Kalau Allah yang kita sembah sebagai Tuhan, maka seyogyanya bulan dan matahari hanyalah sebagai bentuk ayat-ayat kekuasaan Allah, tidak perlu pendikotomian seperti di atas.


Lihatlah juga firman Allah SWT:

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
(Q.S. Al-Israa [17] : 78)

Aha, ternyata pada prakteknya, kita umat Islam, menjadikan perputaran matahari sebagai rujukan untuk melaksanakan ibadah shalat. Dan, bukankah shalat merupakan ibadah inti umat Islam ?

Sementara untuk perputaran bulan, adalah rujukan untuk ibadah puasa dan haji, serta ibadah-ibadah sunnah lainnya (shaum sunnah tertengahan bulan, shaum sunnah assyura, dll).

Oleh karena itu, sahabat saya yang SuksesBahagia,

Tidak perlu pen-dikotomi-an, tahun hijriyah milik umat Islam dan tahun masehi milik umat non-Islam. Kedua tahun dengan berdasar pada perputaran bulan dan matahari adalah ayat-ayat Allah bagi manusia untuk semakin dekat dengan-Nya. Perputaran keduanya adalah rujukan kesempurnaan ibadah-ibadah kita kepada-Nya.

Ah, yang menjadi persoalan sebenarnya adalah ritual perayaannya. Adakalanya kita “terperangkap” dalam sebuah uforia sesaat dan akhirnya terjerumus dan terkena ranjau syaitani. Hati-hatilah sahabatku !!! Saya tidak “mengharamkan” perayaan tahun baru (baik tahun baru hijriyah ataupun masehi), karena tahun baru bisa kita jadikan sebagai moment untuk evaluasi hidup dan kehidupan (ya, memang evaluasi harusnya setiap saat kita lakukan). Saya hanya menyarankan, tetaplah untuk mawas diri, syaitan berkeliaran dengan bebas di saat uforia kita rasakan.

Selamat Tahun Baru 2012 !!!

Apa yg belum terwujud di tahun 2011 bukan berarti kegagalan. Hanya belum menjadi prioritas saja. Jadwalkan kembali di tahun 2012.

Salam SuksesBahagia!!!



KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Jumat, 30 Desember 2011

Tangga 1 SuksesBahagia # Kenali Diri (habis)



Postingan hari ini, melanjutkan pembahasan mengenai Tangga 1 # Kenali Diri, menuju hidup SuksesBahagia. Yuk maree ...

Mengenali Diri Menuju Kebahagiaan
Kita telah mengenali siapa diri kita sebanarnya, bukan? Yah, ternyata diri ini hanyalah berasal dari sesuatu yang hina, dan karena Allah-lah, kita bisa menjadi mulia.
Pengenalan diri yang baik ini, akan menghantarkan kita untuk dapat lebih mengenal Tuhan. “Man arofa nafsahu wa man arofa robbahu.”Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.



Dengan mengenal Tuhan (makrifatullah), maka sudah seharusnya kita menanamkan dalam diri ini keimanan dan kemantapan hati untuk menikmati “peluang” yang telah diberikan-Nya.
Keimanan artinya kita percaya dengan segala I’tikad bahwa tidak mungkin Tuhan, Allah SWT, membiarkan ciptaan yang telah dimuliakan-Nya. Allah akan selalu memberikan karunia cinta dan kasih sayang yang tiada batasnya.
Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas. Hakikat dan besarnya tidak bisa dipersamakan dengan kasih sayang siapa pun. Allah SWT berfirman, ”Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS Al-A’raf [7]:156).
Dia tidak membiarkan manusia berjalan “sendirian”. Dia mengaruniakan “teman terbaik” yang akan menemani manusia menuju jalan kebahagiaan, mengenalkan manusia kepada Tuhannya, sekaligus menjadi model manusia yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Firman-Nya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah
(QS Al Ahzab [33]:21).
Ayat di atas dengan jelas menginformasikan kepada kita bahwa sebagai bentuk pengharapan kasih sayang Allah, kita semestinya mencontoh “kehidupan” Rasulullah SAW di segala dimensi. Dan yang kita contoh bukanlah kejadian kehidupannya, tapi bagaimana Rasul menyikapi kehidupan itu sendiri.
Lihat dalam sirah, pernahkah Rasul bersedih selama hidupnya? Bagaimana Rasul menyikapinya (Insya Allah akan dibahas di bagian berikutnya)?
Keimanan ini adalah sebuah harapan, sehingga membuahkan kemantapan, optimis, yang pada akhirnya, kebahagiaan akan senantiasa menyelimuti hati dan pikirannya.
Seorang bijak pernah menulis demikian: “Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu. Amatilah ucapanmu, karena akan menjadi tindakanmu. Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu. Amatilah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu. Amatilah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu.”

Dan ketika pikiran ini diselimuti oleh kebahagiaan, maka, bahagia akan menjadi sebuah karakter dan nasib kita. Maka, hanya manusia yang mengenali dirinyalah yang akan mencapai kebahagiaan. Karena ternyata tidak ada lagi sesuatu yang pantas dirisaukan apalagi didustakan.

Allah berfirman : “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan” (QS Ar-Rahmaan [55]: 13). Ayat ini berulang-ulang Allah sebutkan hingga 31 kali.
SuksesBahagiaMilik (Semua) Manusia
Anda kenal Andrie Wongso ?
Bagus! Berarti Anda adalah orang yang tidak tertinggal oleh kemajuan zaman. Ha-ha. Dia adalah Motivator No. 1 Indonesia.
Ada sekelumit kisah masa kecilnya Andrie Wongso yang ada di buku ”Manage Your Mind For Success” karangan Adi W. Gunawan, Mind Navigator and Reeducator No.1 Indonesia. Di buku tersebut, Pak Adi menceritakan kisah singkat masa kecil Andrie Wongso, Motivator No.1 Indonesia. Berikut kutipannya.
Andrie Wongso terlahir dalam sebuah keluarga miskin di Malang. Suatu ketika, ibunya membawa dia kepada orang yang pintar meramal nasib. Peramal itu bisa membaca nasib seseorang hanya dengan mengetahui hari, tanggal, dan jam lahir orang. Keakuratan ramalannya boleh dikatakan baik (karena kata orang apa yang diramalkan banyak benarnya). Pada waktu itu, Pak Andrie diramalkan nasibnya tidak mujur. Dia akan hidup susah sebagaimana keluarganya saat ini. Pokoknya ngga ada takdir untuk orang sukses.
Untunglah saat itu Andrie Wongso kecil tidak mau begitu saja percaya dengan apa yang dikatakan oleh peramal tersebut. Ketika dewasa, Andrie Wongso memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Dan apa yang terjadi? Andrie Wongso pun mengantongi gelar yang sangat dibanggakannya. Gelar itu adalah SDTTTBS (Sekolah Dasar Tidak Tamat Tetapi Bisa Sukses). Lihat saja, siapa yang tidak kenal Andrie Wongso, Pengusaha Top merangkap Motivator No.1 Indonesia.
Apa artinya bagi kita ?
Manusia, ketika diciptakan oleh Allah SWT, diharuskan dan diwajibkan untuk SUKSES dalam hidupnya. Sejak lahir kedunia, kesuksesan telah berada dalam genggaman manusia. Ini adalah kehendak Allah SWT. Sehingga tidak ada alasan jika dalam menjalani hidup dan kehidupannya, manusia masih mempertanyakan tentang “kesuksesan” dirinya. Bahkan ada kecenderungan ketika kenyataan belum sesuai seperti yang diharapkan, manusia “menyalahkan” Tuhannya. “Tuhan tidak adil, kok hidupku sengsara terus ya, kapan orang lain seperti saya ? (maksudnya kapan orang lain juga “sengsara” seperti dirinya, karena dia iri dan menganggap kalau Tuhan tidak adil).
Ketika Allah meniupkan ruh-Nya ke dalam jasad hina, ketika Allah memberikan amanah kepada manusia untuk menjadi “wakil-Nya” di muka bumi, dan ketika Allah mengutus para nabi dan rasul untuk suri teladan bagi manusia awwam, adalah sebuah “ketetapan” kalau manusia itu wajib sukses dalam hidupnya.
Tidakkah ruh-Nya yang telah meninggikan derajat manusia juga sekaligus merupakan kesuksesan manusia sebagai mahluk yang paling mulia dari mahluk yang lain?
Tidakkah ketika manusia menjadi “wakil-Nya” di bumi ini sebagai bentuk kesuksesan manusia? Apakah mungkin seorang”wakil” itu harus menderita hidupnya?
Tidakkah para nabi dan rasul yang diutus-Nya sebagai teladan “kesuksesan” adalah sebuah isyarat bahwa sukses itu hak manusia?
Sungguh, Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak menginginkan manusia berada dalam jalur kesusahan, kesengsaraan, dan penderitaan. Tapi mengapa masih ada manusia yang hidupnya “sengsara” ?
Manusia seperti itu karena dirinya telah memilih untuk sengsara. Lihat kembali kisah kecilnya Andrie Wongso. Andaikata dia “percaya dan meyakini” bahwa ucapan sang peramal itu benar, berarti dia memilih untuk menderita. Dia tidak akan bisa menikmati kebahagiaan dalam hidup ini.
Anda memilih apa untuk hidup ini? Sukses atau sengsara?
Keyakian, iman, dan takwa kepada-Nya, akan menuntun kita untuk memilih hidup sukses. Karena sukses adalah milik kita. Sukses telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Pilihlah ia sebagai bentuk keimanan kita kepada Tuhan, Allah SWT, dan hidup kita akan bahagia dan kebahagiaan itu akan menjadikan kita sukses menjalani kehidupan ini. Ini berarti bahwa SuksesBahagia adalah milik (semua) manusia.
Kesimpulan
Hidup SuksesBahagia adalah milik semua manusia. Manusia yang mampu memilih jalan hidupnya untuk bahagia yang artinya itu bentuk dari kesuksesan hidupnya.
Manusia yang mampu memilih hidup bahagia karena berada pada bimbingan-Nya. Ia membimbing manusia yang makrifat kepada-Nya. Makrifat kepada-Nya bisa diraih dengan makrifat terhadap diri sendiri (makrifatunnafs). “Man arofa nafsahu wa man arofa robbahu.” Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.
Mengenali diri berarti sadar bahwa kita berasal dari sesuatu yang hina dan karena kasih sayang-Nya dengan meniupkan ruh-Nya yang mulia, telah menghantarkan kita berada pada derajat yang tinggi dan mulia.
Mengenali diri berarti sadar ada sifat-sifat diri yang harus dihindari. Keluh-kesah, berburuk sangka, dan ingkar akan nikmat-Nya adalah sifat-sifat yang harus dihindari karena keberadaanya hanya sebagai “pupuk” untuk kesengsaraan hidup kita.


Yakinlah dengan diri ini kemudian, bersyukur, bersabar, bertakwa dan bertawakal kepada-Nya. Agar kesuksesan dan kebahagiaan akan menghampiri kita selalu.

(habis, lanjut ke Tangga 2, Insya Allah segera ...)


Salam SuksesBahagia !!!


KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia



View Details

Kamis, 29 Desember 2011

Berbicara Tentang Kematian



Sahabatku yang SuksesBahagia,


Postingan kali ini, tidak melanjutkan postingan sebelumnya. Ada sebuah renungan penting, yang harus kita lakukan, mulai detik ini. Insya Allah, esok akan dilanjutkan postingan artikel mengenai Tangga Menuju SuksesBahagia.


Berbicara Tentang Kematian

Jam 23.50 tiba-tiba hand phone paman yang sedang menginap di kontrakanku berdering. Kaget ! Karena sedang mulai terlelap tidurnya. Terdengar pembicaraan, kalaulah ada salah satu istri keponakan di luar kota, di panggil Sang Illahi (innalillahi wa inna ilaihi raji’uun). Padahal, siang harinya, tidak ada tanda-tanda kalaulah dia akan menuju haribaan-Nya, dia hanya mengeluh sakit kepala, kemudian di bawa ke klinik terdekat, dan meninggalkan dunia fana ini.



"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya."
(Q.S. Al-Munaafiquun [63] : 11)

Aku pun termenung dan merenungi kehidupan yang telah dilewati. Karena sesungguhnya diri ini juga sedang menunggu jadwal panggilan dari-Nya untuk kemudian mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan selama hidup ini. Apakah setiap aktivitas selama hidup ini diorientasikan untuk akhirat atau dunia saja ?

"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
(Q.S. Ali Imraan [3] : 145)

Ah… Apa yang akan aku katakan nanti ketika berhadapan dengan-Nya. Aku malu sekali, melihat amalanku terlalu sedikit dibanding dengan maksiatku. Rasanya, mulut ini begitu jauh dari bertasbih dan memuji-Nya dibandingkan dengan ocehan tiada makna. Rasanya, hati ini begitu jarang tersentuh oleh ayat-ayat-Nya dibandingkan dengan prasangka-prasangka buruk. Namun meski demikian, aku yakin, Allah itu Maha Adil.

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."
(Q.S. Al-Jalzalah [99] : 7-8)

Sahabatku,

Kematian adalah sebuah keniscayaan. Dan kita tidak akan pernah tahu, kapan kematian itu datang menjemput kita. Oleh karenanya, mari kita siapkan selalu diri ini agar kematian menjadi sesuatu yang istimewa dan membahagiakan. Istimewa dan membahagiakan karena kita akan bertemu dengan-Nya dengan rahman dan rahiim-Nya atas amalan hasanah yang kita lakukan. Sungguh, mereka yang memiliki kesiapan optimal, bekal yang banyak, akan merindukan waktu kematian. Bagaimana dengan kita ?

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” 


(Al Baqarah [2] : 197)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan:
“bersegeralah kamu sekalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal; apakah yang kamu nantikan kecuali kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya Dajjal padahal ia adalah sejelek-jelek yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat adalah sesuatu yang sangat berat dan sangat menakutkan.” 


(HR. At Turmudzi)


Semoga bermanfaat,


Salam SuksesBahagia!!!



KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Rabu, 28 Desember 2011

Tangga 1 SuksesBahagia # Kenali Diri (lanjutan)



Pada postingan kemarin, sedikit sudah saya sampaikan tangga pertama menuju hidup SuksesBahagia. Dan sekarang adalah lanjutannya,,, yuk mariiii....

[lanjutan]

Untuk statusnya di planet ini, Allah kemudian menyempurnakan penciptaan manusia dengan meniupkan ruh (ruh menunjukkan kesempurnaan). Allah berfirman :

“ Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S. As Sajdah : 9)

Karena ruh, manusia berkaitan dengan derajat tertinggi dari yang tinggi, tidak satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatannya, entah itu malaikat maupun setan sekalipun atau segala sesuatu lainnya.



Sementara jiwa manusia (yang berasal dari tanah hina) berkaitan dengan derajat yang paling rendah, sehingga tidak sesuatupun di dunia jiwa bisa mempunyai kekuatannya, entah itu hewan dan binatang buas atau yang lainnya.
Ketika mengaduk dan mengolah tanah, semua sifat hewan dan binatang buas, semua sifat setan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan. Hanya saja, tanah itu dipilih untuk mengejawantahkan sifat "dua tangan-Ku". Karena masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa sifat Ilahi.
Penjelasan di atas merupakan urutan ungkapan mengenai hakekat diri yang sebenarnya, dimana manusia sebagai makhluk yang sangat lemah dan hina disisi lain dinobatkan sebagai "khalifah" (wakil Allah). Bertugas mengatur alam semesta dan merupakan wakil Allah untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman-Nya.
Para mahkluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia. Sementara ia terhijab oleh ketinggian derajat manusia yang berasal dari tiupan Ilahi.
Sayangnya, banyak diantara kita yang melupakan “status mulia” ini. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya rasa syukur kita atas semua hal yang telah Allah berikan. Pantas memang, karena ternyata disamping menyandang status mulia, manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Allah berfirman :
“ Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (Q.S. An Nissa : 28)
Selain itu, sifat manusia lainnya adalah bodoh dan selalu berkeluh kesah. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al Ahzab : 72, yang artinya:
“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
Dan,
“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.”(Q.S. Al Ma’aarij : 19)
Lemah, bodoh, dan berkeluhkesah menjadikan manusia “melupakan” nikmat dan anugerah (tidak pandai bersyukur). Tapi seharusnya dua sifat tersebut bisa dihilangkan, karena ruh kesempurnaan telah Allah tiupkan ke dalam raga dan dijadikannya manusia mahluk yang istimewa. Allah berfirman:
“ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al Isra : 70)
Kesadaran akan kesempurnaan yang Allah berikan dan keistimewaan yang ada didalamnya, serta kelemahan-kelemahan manusia, harus dimiliki oleh kita. Kesadaran inilah yang akan menghantarkan kita menjadi manusia yang sukses di hadapan-Nya. Mengapa? Kesadaran inilah yang kemudian disebut dengan TAKWA, dan manusia yang Takwa adalah manusia yang paling mulia dihadapan-Nya.
Manusia bertakwa adalah manusia yang berhati-hati dalam hidupnya. Ia senanitasa berusaha dengan sekuat tenaga untuk selalu berada di jalan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Kehati-hatian dari tergelincirnya berjalan di jalan kehidupan, merupakan kesadaran akan kelemahan yang dimiliki manusia. Dengannya, manusia akan didominasi oleh hal-hal yang melebihkannya. Ini merupakan fitrahnya manusia. Kecenderungan manusia adalah kepada kebaikan dan membeci keburukan. Tanyakan pada hati Anda ketika akan melakukan sesuatu yang dilarang-Nya, pasti hati Anda sebenarnya tidak “menginginkannya”, hati Anda menolaknya.
Itulah fitrah manusia yang pada dasarnya selaras dengan kehendak Allah SWT, yaitu berada dijalan yang lurus. Namun sayang, banyak manusia yang tidak mengetahuinya. Allah berfirman :
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); tetaplah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui" (Q.S. Ar Ruum : 30)
Berpegang teguh pada fitrah, dengan menyadari kelemahan yang ditandai oleh kesungguhan untuk mengoptimalkan kesempurnaan dan keistimewaan yang telah Allah berikan, akan menguatkan ketakwaan. Ketakwaan inilah yang akan menghantarkan kita kepada ke-sukses-an hidup, sukses dihadapan-Nya.

(bersambung)

KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Selasa, 27 Desember 2011

Tangga 1 SuksesBahagia # Kenali Diri


Di artikel sebelumnya, saya mencoba menjabarkan konsep dasar Hidup SuksesBahagia, yaitu tercapainya "keberserahan-diri" hanya kepada Allah SWT. Nah, pada postingan kali ini, mari kita bedah tangga-tangga menuju keberserahan-diri itu.

Tangga 1# Kenali Diri

Pada suatu hari, Nashrudin mencari jarumnya yang hilang di halaman rumah. Tiba-tiba ada tetangganya yang menanyakan aktifitas apa yang dilakukan oleh Nashrudin. “Nashrudin, kau dengan mencari apa?” Nashrudin menjawab, “Mencari jarum yang hilang.” Kemudian tetangganya itupun membantunya.

Setelah hampir dua jam mencari, jarum yang hilang belum ditemukan juga. Tetangganya bertanya, “Jarumnya hilang dimana?”. Dengan entengnya Nashrudin menjawab, “Hilang di dalam rumah, tapi karena gelap, saya mencarinya di halaman.”



Aha, cukup menggelitik juga perlakuan Nashrudin itu. Sampai kapanpun dia mencari jarumnya yang hilang di halaman, tidak akan ditemukan, karena toh hilangnya di dalam rumah. Ketika di dalam rumah gelap, apa yang seharusnya dilakukan oleh Nashrudin ? Ya, benar ! Dia harus mencari sumber penerang, bisa lampu, atau dengan membuka sedikit atap rumahnya agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam rumah.

Ada sebagian dari kita, mencari kebahagiaan dan kesuksesan di luar dirinya. Padahal sesungguhnya sumber kebahagiaan dan kesuksesan ada di dalam diri setiap insan manusia. Mengapa bisa terjadi ?

Yah, mungkin seperti Nashrudin yang memiliki alasan karena di dalam gelap, maka mencarinya di dalam. Begitupun dengan kita, karena kita tidak mampu untuk melihat apa yang ada di dalam diri kita, karena kita masih belum mengenal siapa diri kita sesungguhnya. Cahaya penerang bagi kita adalah adanya sebuah kesadaran mengenal diri sendiri, makrifatun-nafsi.

Sehingga, untuk mencapai puncak kebahagiaan dan kesuksesan, terlebih dahulu kita harus mengenal siapa diri kita sesungguhnya, mengapa ada di planet bumi ini dan untuk apa, serta bagaimana dalam menjalankan peranannya itu (untuk apa-nya). Dengan pengenalan diri yang baik, akan muncul kesadaran untuk selalu mensyukuri dan bersabar atas setiap yang menimpa. Kesadaran ini pada akhirnya mengantarkan kita pada puncak SuksesBahagia.

Siapakah Manusia Yang Sukses?

Mari kita selidiki dulu proses penciptaan manusia. Al-Quran menceritakan dengan detail proses penciptaan manusia, dari awal penciptaan sampai dibangkitkannya lagi.

Manusia diciptakan dari tanah. Hal ini dapat dilihat dalam Q.S. As Sajdah : 7-8, yang artinya:
“ Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.”

Dari ayat di atas, tenyata “bahan baku” manusia sangatlah hina. Hal ini menunjukkan bahwa, tidak ada yang patut dibanggakan dari fisik manusia. Wajah yang tampan dan cantik hanyalah sebuah fatamorgana kehidupan. Sangat terbatas oleh ruang dan waktu. Lihatlah orang yang sudah menua, hampir dipastikan ketampanan dan kecantikan yang pernah dimilikinya pudar dimakan waktu. Apalagi ketika manusia “kembali” keasalnya (tanah), tidak hanya wajah yang berubah, tapi fisik yang di selama hidupnya selalu dibanggakan (bahkan adakalanya menjadikannya sombong dan berbuat maksiat) habis dimakan oleh ulat dan cacing tanah.

Di ayat yang lain, Allah SWT juga menjelaskan asal-usul manusia yang berasal dari sesuatu yang hina. Lihatlah di Q.S. Al Hijr : 28, yang artinya:

“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

Dengan mengetahui “bahan baku” penciptaan manusia, seharusnya kita bersyukur ketika Allah berkehendak kalaulah manusia akan dijadikan sebagai “wakil-Nya” di planet ini. 

(bersambung)

KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Sabtu, 24 Desember 2011

Konsep Hidup SuksesBahagia




Banyak orang yang bertanya kepada saya, apa makna dan hakikat dari hidup SuksesBahagia. Banyak juga orang yang mendefinisikan atau menterjemahkan sukses dengan “dimilikinya” harta, tahta, kata, dan cinta. Hum, tidak salah pen-definisian itu, artinya sah-sah saja. Karena, satu sisi, memang begitulah kenyataannya.
Sahabat,
Ada sisi lain (dan saya yakin, akan banyak sisi-sisi lainnya) dari konsep SuksesBahagiaitu. Disini, saya mencoba membuka sisi SuksesBahagialainnya. Dari sekian lama saya mencoba “menafsirkan” dan membuat konsep SuksesBahagia, baru beberapa waktu yang lalu saya menemukannya.
Aha, apakah itu ?



Lihatlah firman Allah SWT :
Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
(Q.S. Al-Quran [6] : 162-163)
Ayat di atas, mengisyaratkan konsep hidup SuksesBahagia, yaitu terbebasnya diri dari ketersandaran kepada selain Tuhan. Konsep hidup SuksesBahagia adalah hidup yang menjadikan kehidupannya untuk Tuhan. Konsep hidup SuksesBahagia adalah hidup yang terbebas dari tuhan selain Tuhan (t kecil dan T besar).
Sesungguhnya shalatku hanya untuk Allah. Ada diantara kita, menjadikan shalatnya untuk dunia. Misalkan, agar dilihat sebagai orang ahli surga, orang paling alim, dan orang yang paling shaleh. Nah, ketika ada debu-debu “tuhan” lain seperti itu, maka kehidupannya tidaklah akan menemukan kesuksesan apalagi kebahagiaan di hari akhir kelak. Ia akan “tersiksa” ketika orang lain tidak menganggapnya seperti yang ia harapkan. Maka, shalatlah hanya untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.
Oh ya, sebagai catatan, shalat adalah bentuk ibadah mahdah, yaitu ibadah yang langsung “berkomunikasi” dengan Tuhan. Setiap agama memiliki caranya masing-masing dalam hal “berkomunikasi” dengan Tuhan. Oleh karena itu, bagi Anda yang non-muslim, konsep ini bisa disesuaikan dengan cara Anda dalam “berkomunikasi” dengan Tuhan. Lalu,
Ibadahku hanya untuk Allah. Ibadah dalam konteks yang luas.  Kerja di kantor itu ibadah. Kerja di rumah, memiliki usaha sendiri, itu juga ibadah. Menjadi suami, ibadah besar. Menjadi ibu rumah tangga-pun, ibadah yang sangat besar. Nah, janganlah ibadah-ibadah itu kita rusak dengan niatan duniawi belaka. Misalkan, sebagai karyawan di kantoran, kita hanya terobsesi untuk “uang belaka”, atau pujian dari atasan, sungguh, kesuksesan dan kebagahagiaan hidup sebagai seorang karyawan tidak akan diraih. Mengapa ? Karena, belum tentu obsesi itu akan kita raih, bisa jadi, bukan pujian yang kita dapatkan, tetapi celaan yang sangat menyakitkan, rasa sakit itu, bukanlah ciri orang yang SuksesBahagia.
Masih ingat hadist no 1 di Hadist Arba’in kan ? Segalanya tergantung niat ! Ketika kita niatkan untuk akhirat (mengharap ridho Allah), maka keuntungan dunia dan akhirat kita dapatkan. Namun, ketika kita niatkan hanya untuk dunia, akhirat sudah pasti tidak akan kita dapatkan, sementara “pendapatan” dunia pun belum tentu kita raih juga. Maka, ibadahlah hanya untuk Allah, Tuhan Semesta Alam. Selanjutnya,
Hidup dan matiku hanya untuk Allah. Ini adalah misi hidup sesungguhnya. Dan dengan misi inilah, mengapa manusia mahluk paling mulia bila dibandingkan dengan mahluk lain ciptaan Allah. Inilah SuksesBahagia yang sesungguhnya. Inilah kemerdekaan diri dari selain Allah. Lihatlah manusia yang masih menuhankan selain Allah, Tuhan Semesta Alam. Hidupnya jauh dari ketenangan, kebahagiaan, atau kesuksesan.
Bisa saja tuhan mereka itu adalah hartanya, sehingga merasa khawatir jika hartanya berkurang atau ada yang mengambilnya. Enggan sekali untuk bersedekah, berinfak, atau berzakat.
Bisa juga tuhan mereka adalah tahta, sehingga berbagai cara ia tempuh (meskipun cara itu “diharamkan”) untuk mendapatkan posisi jabatan atau pekerjaan yang “mapan” dalam paradigmanya. Lihatlah, berapa banyak orang melakukan praktek suap hanya demi mejadi seorang PNS (misalkan). Ah, mereka telah menuhankan tahta atau jabatan atau pekerjaan dalam hidupnya.
Atau kata dan cinta juga mereka jadikan sebagai tuhan dalam hidup ini. Mereka sangat berambisi untuk menjadi orang yang terpandang dan popular di tengah masyarakat. Mereka gila kehormatan.
Apakah manusia seperti itu akan merasakan hidup SuksesBahagia ? Saya jamin TIDAK !!! Karena hatinya penuh dengan nafsu duniawi belaka. Kalaupun mereka merasakannya, itu adalah fatamorgana kehidupan belaka.
Sahabat,
Keberserahan diri hanya kepada Allah adalah landasan konsep hidup SuksesBahagia.Eitts, jangan salah tafsir juga ya, “keberserahan” bukanlah pasrah, tapi ia adalah tawakal sebagaimana tawakalnya Nabi dan Rasul Allah dalam menjalani misi sebagai khalifah, hamba, dan pen-dakwah. Begitu juga dengan kita. Misi kita sama, yaitu sebagai khalifah, hamba, dan pen-dakwah. Ya, kita adalah wakil Allah, kita adalah hamba yang harus beribadah kepada-Nya, dan kita sebagai penyeru kepada kebaikan.
Bagaimana agar kita bisa memiliki dan mengaplikasikan konsep hidup SuksesBahagia, yaitu yang menjadikan shalat, ibadah, hidup dan matinya hanya untuk Allah ?
Tunggu tulisan saya berikutnya ya ….
[to be continue]


Salam SuksesBahagia !!!

KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Kamis, 22 Desember 2011

Ibuku, Malaikatku !!!


Suatu ketika seorang bayi siap untuk dilahirkan didunia

Menjelang diturunkan dia bertanya kepada tuhan."Para malaikat disini mengatakan bahwa besok engkau akan mengirimku ke dunia,tetapi bagaimana cara saya hidup disana,saya begitu kecil dan lemah."kata si bayi.

Tuhan menjawab."aku telah memilih satu malaikat untukmu,ia akan menjaga dan mengasihimu."

"Tetapi disurga,apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa,ini cukup bagi saya untuk bahagia."demikian kata si bayi.



Tuhan pun menjawab."malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari,dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan jadi lebih bahagia."

Si bayi pun bertanya kembali,"Dan apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara kepada-Mu?"

Sekali lagi Tuhan menjawab."Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdo'a."

Si bayi pun masih belum puas,ia pun bertanya lagi."Saya mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat.siapa yang akan melindungi saya?"

Dengan penuh kesabaran Tuhan pun menjawab."Malaikatmu akan melindungimu dengan taruhan jiwanya sekalipun."

Si bayi pun tetap belum puas dan melanjutkan pertanyaannya."Tapi saya akan bersedih karena tidak melihat Engkau lagi."

Dan tuhan pun menjawab."Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku,dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku walaupun sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu."

Saat itu surga begitu tenangnya,sehingga suara dari bumi dapat terdengar dan sang anak dengan lirih bertanya."Tuhan,jika saya harus pergi sekarang,bisakah Engkau memberitahu siapa nama malaikat dirumahku nanti ??"

Tuhanpun menjawab,"Kamu dapat memanggil malaikatmu..IBU.."
Kenanglah ibu yang menyayangimu

Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kau pergi...
Ingatlah engkau ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu

Ingatlah engkau ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu?..dan ingatlah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit?

Sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu dirumah tempat kau dilahirkan

Kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu

Jangan biarkan engkau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa datang ketika ibu telah tiada......

Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita

Tak ada lagi senyuman indah....tanda bahagia.

Yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya,

Yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya

Tak ada lagi dan tak akan ada lagi yang meneteskan air mata mendo'akanmu disetiap hembusan nafasnya

Kembalilah segera....peluklah ibu yang selalu menyayangimu..

Ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik diakhir hayatnya

Kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya...





KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia



Source: http://www.zona-remaja.com

View Details

Ibu ...

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=h2dz5atF4Ig&w=420&h=315]

View Details

Tuhan, Tolonglah Aku … !




Pada suatu hari, terjadi kecelakaan laut, yaitu tenggelamnya sebuah kapal feri. Diberitakan, hampir separuh penumpang dinyatakan tewas.
Pada saat regu penyelamat menemukan salah satu penumpang yang masih selamat dan menawarkan bantuan, penumpang yang hampir tenggelam itu berkata, “Tenang, Tuhan akan menyelamatkanku.” Regu penyelamat itupun pergi. Datanglah regu penyelamat ke dua dan menawarkan bantuan, lagi-lagi, ia berkata, “Tenang, Tuhan akan menyelamatkanku dari kecelakaan ini. Aku pasti hidup.” Akhirnya, regu penyelamat kedua-pun meninggalkan penumpang yang hampir tenggelam.
Waktu terus berjalan. Kekuatan penumpang itu untuk menahan tubuhnya tetap mengapung di atas air berkurang, melemah, hingga akhirnya ia tenggelam dan meninggal.




Sesampainya di alam barzah, penumpang itu mengadu kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa Engkau tidak menolongku disaat aku hampir tenggelam ?”
Tuhan menjawab, “Bukankah Aku telah mengirimmu dua regu penyelamat dan kau menolaknya ?”
@@@@@#####!!!!!
Sahabat,
Tangan-tangan Tuhan itu ada dimana-mana. Bantuan Tuhan itu selalu ada. Namun, janganlah kita terjebak oleh sebuah dogma tanpa berfikir realistis.
Tuhan itu Maha Kuasa. Tapi “kekuasaan-Nya” Ia jadikan pelajaran buat manusia, dengan tujuan manusia bisa memiliki dan mengaplikasikan sifat-sifat ketuhanan itu. Sebagai contoh, ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan tidak langsung menciptakan manusia tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu (kesuali Adam dan Hawa). Pasti proses penciptaan manusia diawali dengan terbuahinya sel telur oleh sperma hingga menjadi janin di dalam rahim seorang ibu.
Apa pelajarannya buat kita ? Tuhan mengajarkan kita untuk hidup dalam sebuah orientasi PROSES kehidupan. Coba Anda rasakan, menyaksikan langsung pertandingan sepak bola, atau cukup dengan melihat skor akhir dari pertandingan itu ? Tentu lebih “berasa” melihat langsung pertandingannya bukan ?
Itulah kehidupan kita di dunia ini, ia adalah sebuah proses yang harus kita tempuh dalam mewujudkan kemenangan yang hakiki. Maka, nikmatilah proses kehidupan ini, jalani, dan mainkan dengan indah serta bersinergi dengan ciptaan Tuhan yang lainnya.
Sahabat,
Kembali ke cerita di awal, Tuhan sangat bisa untuk “menyelamatkan” penumpang yang hampir tenggelam secara langsung. Tapi bagaimana Dia memberikan kesadaran keimanan, kalaulah ada proses Tuhan dalam memberikan keselamatan kepada penumpang itu, lewat regu penyelamat yang Dia kirimkan. Tapi sayang, penumpang itu “menolak” bantuan Tuhan.

Semoga bermanfaat,

Salam SuksesBahagia !!!


KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Rabu, 21 Desember 2011

Andrie Wongso: Kelinci Si Penakut


View Details

Selasa, 20 Desember 2011

Menemui Allah



Pada postingan kali ini, saya sampaikan tulisan Ustadz Hasan Basri Tanjung, MA. Sangat menyentuh kalbu dan mencerahkan ke-tauhid-an kita. Semoga, iman yang telah kita ikrarkan dengan kalimat syahadah, akan terus tercancap kuat sampai kematian tiba. Selamat membaca ...

Menemui Allah

Oleh Ustadz Hasan Basri Tanjung, MA

REPUBLIKA.CO.ID, Bahasan ini sebenarnya telah masuk ranah tasawuf dan hanya bisa dijelaskan dengan baik oleh ahli tasawuf (sufi) yang mencapai maqam (tingkatan spritual)  mahabbah (cinta Allah) dan ma’rifah (mengenal Allah). Dalam kajian Tauhid, selalu ditegaskan bahwa Allah itu esa, tidak beranak dan diperanakkan, tak bergantung pada apa pun jua. Dia adalah Zat Yang Maha Kaya dan tidak membutuhkan sesuatu pun dan tidak pula ada yang menyerupainya. (QS.112:1-4,3:97,42:11).



Selain itu, disebutkan pula bahwa Allah bersemayam di atas Arasy yakni tempat yang tinggi dimana manusia tak mampu memikirkannya apalagi menghampirinya (QS.10:3,13:2,20:5,25:5). Meskipun pada sisi lain, bahwa Dia lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri, tapi seringkali tak bisa merasakan kehadirannya. (QS.2:186, 50:16). Lalu, bagaimana cara menemui Allah ?

Salah satu jalan untuk menemui Allah SWT adalah mengunjungi Rumah-Nya, Baitullah. Meskipun,  boleh jadi Dia tengah tak ada atau tak berkenan untuk membuka pintu Rumah-Nya. Kalau pun bisa menemui-Nya, tentu bersifat personal dan belum tentu berdampak pada relasi sosial (pemberdayaan umat).

Sementara, menemui-Nya saat bersemayam di atas Arasy, tentu jalan yang tak mungkin dilalui oleh manusia biasa.  Lalu bagaimana cara menemui-Nya yang dampaknya bukan hanya individual (hablum minallah), tapi juga sosial (hablum minannas) ?

Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dalam buku 40 Hadits Qudsi Pilihan, (Lentera Hati, 2010), dinukil sebuah Hadits Qudsi (Hadits yang redaksinya dari Rasulullah SAW tapi maknanya dari Allah SWT.) dari Abu Hurairah Ra. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah SAW. Bersabda : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung akan berfirman pada Hari Kiamat :

Wahai putra putri Adam (Ibnu Adam), Aku sakit, tetapi mengapa engkau tak mengunjungi-Ku ? Ibnu Adam bertanya : ”Yaa Rabb, bagaimana aku mengunjungi-Mu sedang Engkau adalah Tuhan seru sekalian alam ?”. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan sakit, mengapa engkau tidak menjenguknya ? Tidakkah engkau tahu, sekiranya engkau menjenguknya, niscaya engkau akan menemukan Aku di sana”.

Wahai putra putri Adam, Aku minta makanan kepadamu, tapi mengapa engkau tidak memberi-Ku makan ?”. Ibnu Adam pun bertanya : “Yaa Rabb, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedang engkau adalah Tuhan seru sekalian alam ?”. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku si Fulan telah meminta makanan kepadamu, mengapa engkau tidak memberinya makan ? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makan, niscaya engkau akan mendapatkan itu (ganjarannya) di sisiku ?”.

Wahai putra putri Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak memberi-Ku minum ? Lalu Ibnu Adam bertanya : “Yaa Rabb, bagaimana aku memberi-Mu minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan seru sekalian Alam”?. Allah berfirman : “Tidakkah engkau tahu bahwa Hamba-Ku si Fulan telah minta minum kepadamu, tetapi mengapa engkau tidak memberinya minum ? Seandainya engkau memberinya minum, niscaya engkau akan mendapatkan itu (ganjarannya) di sisi-Ku.”


Jika kita simak Hadits di atas, pesan pertama sebagai jalan menemui Allah adalah membesuk orang sakit. Boleh jadi, karena orang sakit sedang berada di persimpangan jalan, yakni antara hidup dan mati. Seorang yang sakit keras atau kritis, sedemikian dekat kepada Allah. Sejatinya, ia berhak atas Muslim yang lain untuk dijenguk dan wajib bagi seorang Muslim untuk menjeguknya (HR. Muslim).

Mengunjungi orang sakit tidak sekedar lepasnya kewajiban, tapi justru dapat mengeratkan persaudaraan dan keharmonisan sosial. Hubungan yang disharmoni seringkali terbangun kembali setelah mengunjungi yang sakit. Doa yang dipanjatkan dan kegembiraan hatinya bisa mempercepat kesembuhan.

Jika kita ingin menemui Allah, maka kunjungilah orang-orang sakit yang bersandar dan bergantung penuh hanya kepada Allah SWT karena Allah pun senantiasa berada di sisi mereka yang sabar akan derita yang menimpa. Dalam kondisi demikian, mereka seringkali diabaikan dan terlupakan. Kita terkadang kaget dan menyesali, setelah mendapat kabar kematian si sakit sementara belum sempat menjenguknya.

Pesan kedua dan ketiga Hadits di atas adalah memberi makan dan minum. Kaum dhuafa dan mustdh’afin (anak yatim, miskin,  terlantar, tertawan, hidup berkalang tanah beratap langit, kekurangan gizi dan kelaparan) yang jumlahnya semakin bertambah adalah hamba-hamba yang dikasihi Allah. Mereka sengaja dihadirkan oleh Allah untuk menguji keimanan dan komitmen sosial kita sekaligus sebagai jalan menemui Allah SWT.

Konon, Nabi Musa As. pernah bertanya kepada Allah, dimana ia bisa menemui-Nya. Allah menjawab : “Temuilah Aku di tengah orang yang hancur hatinya”. Karena itulah, Allah SWT menyuruh kita untuk memberi makan orang yatim, miskin dan yang tertawan hidupnya, bahkan dinilai sebagai pendusta agama jika tidak menyantuni mereka (QS.2:177,90:14-16,93:9-10,107:3).

Justru dengan jalan yang tidak mudah ini, kita bisa menemui Allah dengan rasa bahagia, tenang dan nikmat baik dunia maupun akhirat. Tapi itu semua bisa diraih hanya dengan ikhlas dalam beramal shaleh dan tidak menyekutukan-Nya. (QS.18:110).

Demikianlah Islam mengajarkan ibadah yang sebenarnya, yakni ibadah yang berdimensi individual dan sosial sekaligus. “Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah agar menjadi kaya. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah agar bertambah sukses”, demikian orang bijak berkata.

Selagi ada kesempatan dan umur untuk melakukan kebaikan, maka lakukan sekarang. Jangan menunggu kaya atau sukses. Boleh jadi belum sempat kaya atau sukses ajal telah tiba. Menyesal kemudian tiada berguna.  (QS.63:10-11). Sedekah yang paling tinggi nilainya adalah pada saat kita juga membutuhkan. Dan, jika mampu melakukannya, luar biasa nikmatnya dan Allah pun segera memberi ganti yang berlipat dan tidak terkira-kira (laa yahtasib). Insya Allah !


Salam SuksesBahagia !!!


KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Jumat, 16 Desember 2011

Siapkan Diri Anda untuk Menjadi Pemimpin Masa Depan




Menjelang akhir 2011 ini, kita terbelalak menyaksikan seorang mahasiswa (Sondang) yang membakar diri demi (katanya) menyuarakan suara rakyat yang tidak puas dengan pemerintahan SBY. Berbagai macam spekulasi muncul disetiap obrolan ringan seputar kejadian itu. Entahlah, saya sampai saat ini, tak habis pikir, haruskah dengan membakar diri (bunuh diri) disaat kita menyerukan keadilan ?
Melihat sosoknya sebagai mahasiswa yang (katanya) intelek, berdedikasi tinggi, dan bermoral (tentunya), saya menyangsikannya. Maaf, dengan tidak mengurangi rasa hormat atas “keikhlasannya” itu, saya melihat hal itu hanyalah perbuatan yang “konyol”. Mari kita lihat, adakah perubahan signifikan pasca kejadian itu ? Apa tindakan pemerintah ? Yang saya saksikan hanyalah diskursus-diskursus dibeberapa media, yang (maaf) tidak memberikan solusi nyata dan bijaksana.
Saya pernah menjadi mahasiswa, dan menjadi bagian dari sebuah “pergerakan”. Namun, mungkin hanya sayalah Ketua BEM Fakultas yang jarang telihat turun ke jalan menyuarakan aspirasi “rakyat”. Gelar sebagai agent of change buat mahasiswa saya rasa kurang tepat. Ya, bukankah dari gelar itu mahasiswa hanya sebagai agen ? Agen siapa ? Rakyat ? Rakyat yang mana ?



Berbeda memang jika dibandingkan dengan pergerakan-pergerakan di awal perjuangan kemerdekaan. Tapi jika kita lihat, pasca 1998, kemanakah para aktivis ? Haha, mereka kini duduk manis di kursi empuk senayan. Oportunis !!! Mana hasil reformasi ?
Ah, sudahlah. Tak perlu kita bahas lebih jauh lagi. Yang ada adalah kekecewaan atas kemandulan pergerakan yang hanya melahirkan “sosok” pemimpian premature, yang sebenarnya belum saatnya memimpin bangsa yang besar ini.
So, sahabat saya yang SuksesBahagia,
Saya berpesan kepada Anda (terutama para generasi muda). Anda adalah calon penerus estafet kepemimpinan nasional. Maka saatnya Anda menyiapkan diri, dengan :
Meningkatkan knowledge. Pelajari ilmu pemerintahan dengan benar. Pelajari konsep “Negara Madani” sebagaimana Rasulullah lakukan. Karena hanya wawasan yang luaslah, Anda bisa menemukan “rumusan” alternative untuk mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan. Bukalah pikiran, luruskan mindset, dan berfikir sistematis serta antisipatif. Pengetahuan-pengetahuan tersebut mutlak Anda miliki sebagai calon pemimpin bangsa. Setelah knowledge (terutama tata kenegaraan) Anda miliki, maka selanjutnya,
Kuasai skill-nya. Belajarlah untuk menjadi pemimpin yang “berkualitas” (lihat tulisan saya sebelumnya: Pemimpin itu, THINK FIRST, DO FAST). Maka caranya adalah Anda terjun langsung ditengah-tengah masyarakat. Jadilah pelaku perubahan, sebagaimana Rasulullah menjadi pelaku perubahan bagi bangsa Quraisy. Sebab, dengan keberadaan Anda ditengah-tengah masyarakat langsung, Anda akan mampu melatih skill kepemimpinan. Ingat, pemimpin tidaklah harus orang yang sudah berusia tua, tapi pemimpin adalah mereka yang memiliki skill kepemimpinan, terutama bagaimana ia mampu memimpin dirinya sendiri. Inilah pentingnya dakwah bil hal.
Sahabat,
Setelah Anda memiliki wawasan yang luas dan skill yang dapat dihandalkan, maka selanjutnya bentengi diri Anda dengan,
Attitude yang baik, ahlakul hasanah.Ingatlah dengan perkataan Rasul, “Aku diutus untuk menyempurnakan ahlak”. Ahlak yang mana ? Ahlak kepada Allah, yaitu keimanan dan kepatuhan (islam, berserah diri). Orang yang beriman adalah orang yang memiliki optimisme dalam hidupnya. Mereka adalah manusia yang selalu memiliki harapan. Orang yang beriman tidak akan melakukan tindakan “bunuh diri” dengan alasan apapun, karena hal itu adalah dilarang. Orang yang beriman penuh harapan untuk kebaikan dimasa yang akan datang. Mengapa Anda shalat (yang muslim misalkan) ? Karena Anda berharap masuk jannah karena ridho-Nya, bukan ?
Ahlak berikutnya adalah kepada sesama manusia. Ada tata cara menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Ada tata cara dalam menyeru. Dan Rasulullah telah mencontohkannya. Maka, sebagai generasi penyeru kebenaran, contohlah bagaimana Rasul dan Sahabat pada waktu mereka menyerukan kebenaran kepada manusia yang lain. Hindari perkataan yang kotor, yang tidak pantas keluar dari mulut manusia. Disaat tidak puas dengan kepemimpinan nasional, maka sampaikan dengan cara yang santun dan berikanlah solusi, bukan dengan hujatan-hujatan yang tiada makna, yang ada hanyalah hujatan yang melahirkan dendam. Naudzubillah…..
Terakhir adalah ahlak terhadap diri sendiri. Inti dari ahlak terhadao diri sendiri adalah kita menyiapkan diri kita untuk menjadi manusia sebagaimana Rasul teladankan. Yang pada gilirannya, disaat kita mendapatkan estafet kepemimpinan nasional, kita telah siap, kita telah matang, matang dalam konsep dan mental. Tidak seperti mereka yang oportunis itu. Mereka mungkin siap secara konsep, tapi mereka tidak siap secara mental. Apa buktinya ? Ujung-ujungnya mereka bisa dibutakan dengan uang, korupsi semakin subur. Padaha, ketika menjadi aktifis, mereka menyukan diri sebagai orang yang anti korupsi. Haha, jadi malu …..
Sebagai kesimpulan,
Sahabat saya yang SuksesBahagia,
Siapkan diri untuk menjadi penerus estafet kepemimpinan Nasional. Tentu kita sangat gerah dengan kondisi kepemimpinan sekarang, bukan ?  Maka, milikilah wawasan yang luas dengan belajar dan membaca (lihat tulisan saya sebelunya: Take Time to READ), kuasai skill-nya, dan bingkai dengan ahlakul hasanah. Sehingga, pada saatnya kita siap menjadi pemimpin masa depan yang penuh harapan. Ingatlah, harapan itu masih ada, dan kita harus menjadi bagian dari harapan itu !!!
Soekarno pernah berkata,”Berikan aku sepuluh pemuda,  maka akan aku goncangkan dunia !” Tentu pemuda yang dimaksud adalah pemuda yang siap jiwa dan raganya, bukan pemuda yang tiada bernyawa.

Semoga bermanfaat,



Salam SuksesBahagia !!!

KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Sabtu, 10 Desember 2011

Ayah, Anak, dan Burung Gagak



Di suatu sore hari pada suatu desa kecil, ada seorang yang sudah tua duduk bersama anak nya yang masih muda yang baru saja diwisuda akan kelulusannya pada perguruan tinggi ternama di kota itu. Mereka duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.

Saat mereka berbincang-bincang, datang seekor burung hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menuding jari ke arah burung itu sambil bertanya,

“Nak, apakah benda hitam itu?” “Burung gagak”, jawab si anak.
 
Ayah mengangguk-anggukkan kepala, namun tak berapa lama kemudian, ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit keras.

“Itu burung gagak, Ayah!”



Tetapi kemudian tak berapa lama si ayah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Si  anak  merasa sedikit  bingung  dengan  pertanyaan  yang  sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,

“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.

Tidak  lama kemudian, sang  ayah sekali lagi mengajukan  pertanyaan  yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada tinggi dan kesal kepada sang ayah,

“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.

“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan???? Itu burung gagak Ayah….., burung gagak”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Kemudian si ayah bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Kemudian si ayah keluar dengan sebuah buku di tangannya. Dia mengulurkan buku itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Ternyata buku tersebut adalah sebuah diary lama.Sambil menunjuk pada suatu lembaran pada buku si ayah berkata, “Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,”.

Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut :

“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, 

“Ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak.”
 
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,

“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah. Engkau telah dewasa anakku. Asahlah kesabaranmu. karena itu adalah salah satu kunci meraih suksesmu”

Lalu si anak seketika memerah karena malu. Ia bersimpuh di kedua kaki ayahnya meminta maaf atas apa yang telah ia perbuat.

Sahabat,

Dalam hidup, kesabaran adalah salah satu point penting untuk meraih kesuksesan. Anda ingin sukses dalam pendidikan, maka sabarlah dalam belajar. Cernalah pelajaran satu demi satu. Ingin sukses dalam berkarir, bersabarlah dalam menyumbangkan yang terbaik. Ingin sukses dalam kehidupan dunia agar berhadiahkan surga? maka bersabarlah dalam mentaati perintah Allah dan bersabar dalam beribadah kepada-Nya.

Semoga bermanfaat,

Salam SuksesBahagia !!!



Read more:
http://www.resensi.net

View Details
 

Labels

Popular Posts