• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts

Rabu, 29 Februari 2012

Segi Lima, Segi Enam, dan Bola

Coba perhatikan bangun segi lima di atas. Jika bangun segi lima di susun, akan didapatkan ruangan kosong. Artinya, susunan segi lima, tidak optimal membentuk suatu bidang yang kokoh. Masih diperlukan lagi bangun bidang datar lainnya untuk menjadikan susunannya optimal, penuh, tidak ada ruang kosong.



Lalu, perhatikan juga susunan bangun segi enam di atas. Bangun datar segi enam jika di susun atau di rangkai, akan membentuk bangun datar yang lebih optimal, karena tidak ada ruang kosong. Maka tidak salah jika, kita mendapatkan desain model paving block adalah segi enam. Hal ini pula yang dijadikan 'dasar' pembuatan sarang lebah. Segi enam memiliki luas bidang yang lebih besar bila dibandingkan dengan segi bidang yang lainnya, sehingga lebah lebih banyak menghasilkan madu.
Sekarang, perhatikan gambar bola di atas. Apa yang bisa Anda lihat? Ya benar, ternyata, bola bisa tersusun dari bangun segi lima dan segi enam. Artinya, segi lima dan segi enam, jika di susun atau di rangkai, akan membentuk bangunan tiga dimensi berupa bola. Sehingga dengannya, akan lebih kokoh dan kuat.

Sahabat,

Rukun Islam yang berdasar pada rukun Iman, akan menghasilkan Ihsan. Rukun Islam itu ada lima (digambarkan dengan bidang segi lima). Ketika dijalankan tanpa keimanan (rukun Iman yang enam, yang berarti digambarkan juga oleh segi enam) tidak memiliki nilai ibadah dihadapan-Nya, tidak sempurna dihadapan-Nya. Persis seperti segi lima yang di susun dan masih terdapat ruang kosong didalamnya.

Begitu juga dengan rukun Iman, tanpa adanya pelaksanaan dan penegakan rukun Islam, hanyalah impian tak berujung. Karena yang namanya Iman, itu harus terbukti dan teraplikasi dalam aktivitas jiwa dan raga. Sehingga ketika Iman tanpa pelaksanaan syariat (rukun Islam), ia seperti bangun datar yang tidak memiliki volume (ruh dan jiwa), sebagaimana bangunan segi enam yang di susun.

Namun, ketika rukun Islam ditegakkan dengan aqidah keimanan yang kuat, akan menghasilkan ahlak Ihsan, dan inilah yang tertinggi nilainya dihadapan-Nya. Ihsan tergambarkan dalam bola yang kokoh dan kuat. Ia memiliki volume, kekuatan ruh dan jiwa serta ikhlas dalam penghambaan kepada-Nya. Rukun Ihsan itu hanya satu. Dan satunya tersusun dari yang lima dan  yang enam. Persis seperti bola yang tersusun dari bangun segi lima dan segi enam.

Wallahu'alam.


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Senin, 27 Februari 2012

Injury Time (Selama Masih Ada Waktu, Masih Ada Harapan)


Dalam dunia sepak bola, kita mengenal istilah injury time atau perpanjangan waktu. Pemain dan pelatih selalu mengoptimalkan kesempatan untuk menambah pundi-pundi gol, meskipun hanya 1 menit waktu yang diberikan wasit. Semua memiliki keyakinan mental, bahwa sebelum peluit panjang ditiup, mereka bisa mengubah keadaan dari kalah selisih gol menjadi menang atau minimal seri.
Kita lihat pada pertandingan di piala dunia 2010 antara Amerika versus Aljazair (pada saat babak penyisihan grup). Sampai menit ke 90 kedudukan masih imbang tanpa gol. Namun disaat injury time, Amerika mampu menciptakan gol dan mengubah kedudukan menjadi 1-0, sehingga keluar sebagai pemenang.
Pertandingan lainnya adalah antara Slovakia versusSelandia Baru. Di menit 90 Slovakia memimpin dengan kedudukan 1-0. Dan dimasa injury time, Selandia Baru mampu menciptakan gol sehingga kedudukan menjadi imbang 1-1.
Kehidupan-pun tidak jauh berbeda dengan sepak bola. Selama masih ada waktu, di sana masih ada harapan untuk bengkit melakukan sesuatu yang lebih fantastic.
Berapa kali Anda boleh gagal? Sekali, dua kali, atau tiga kali? Kalau berbicara hukum, maka hanya punya kesempatan sekali saja. Artinya ketika Anda melakukan kriminalitas, walau hanya sekali, maka Anda akan dimasukkan ke penjara. Kalau bicara dunia kerja, biasanya Anda hanya punya kesempatan tiga kali. Artinya, jika sudah di SP 3, maka kemungkinan besar Anda akan di PHK.
Tapi tidak dengan kehidupan. Selama masih ada waktu, masih ada harapan. Selama masih ada nafas, masih ada kesempatan. Sebagaimana disebutkan dalam agama, bahwa tanamlah biji kurma meskipun esok akan kiamat. Sungguh ini adalah kesempatan terbesar yang diberikan Tuhan kepada Saya dan Anda.
Oleh karena itu, tidaklah pantas jika hanya sekali atau dua kali mendapatkan kegagalan hidup, seperti kegagalan berkarir, Anda kemudian “mengutuk” diri sebagai mahluk yang paling sengsara atau terdzolimi. Kita telah diberikan kesempurnaan oleh Tuhan dan semua manusia manusia memiliki kesempurnaan itu. Yang membedakan hanyalah ada manusia yang memiliki kesadaran diri yang bagus dan yang tidak memiliki kesadaran diri sama sekali.
Manusia yang memiliki kesadaran diri akan mengotimalkan segala potensi untuk selalu melakukan yang terbaik selama hidupnya. Dia bukanlah kelompok manusia yang mudah menyerah dengan keadaan. Pahit dan getirnya kehidupan ia jadikan sebagai wahana untuk menempa diri menjadi lebih fantastic,keluar dari kebiasaan, keluar dari kenyamanan. Bahkan adakalanya ia mencari “sesuatu” yang bisa membuatnya bangkit. Inilah kelompok manusia pembuat peluang.
Sebagai contoh kasus, ketika Anda dihadapkan pada masalah pekerjaan, misal di kasih surat peringatan (SP) oleh atasan dan kemudian di demosi pada level yang lebih rendah. Jika Anda adalah manusia yang memiliki kesadaran diri, makan Anda akan menyikapinya dengan bijaksana. Pertama Anda akan mengevaluasi diri, bukan mencari “kambing hitam”. Kedua, Anda akan berbuat lebih (bangkit lebih fantastic lagi). Karena Anda masih beruntung belum di PHK, artinya Anda masih diberi kesempatan untuk melakukan yang lebih. Ketiga, ketika Anda memang sudah tidak bisa lagi untuk berbuat lebih, maka Anda akan segera memutuskan apa yang harus dilakukan, dengan keyakinan mental bahwa akan ada yang lebih baik lagi dari keadaan sekarang. Artinya Anda memiliki keyakinan, selama masih hidup, masih ada kesempatan atau menciptakannya.
Namun sebaliknya jika Anda bukanlah manusia yang memiliki kesadaran seperti di atas, yang terjadi adalah Anda mengutuk diri, menyalahkan orang lain atau system. Sementara itu Anda juga “berdiam” diri tanpa melakukan sesuatu yang lebih bermakna.
Injury time, selama masih ada waktu maka masih ada harapan. Tingkatan kesadaran diri dengan mengetahui lebih potensi yang dimiliki dan tidak mengutuk diri serta menyalahkan orang lain ketika menghadapi tantangan hidup. Pemain bola tidak menyalahkan wasit yang hanya memberikan waktu tambahan 1 menit. Namun ia akan mengoptimalkan waktu yang 1 menit itu untuk berbuat fantastic, luar biasa.


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Jumat, 24 Februari 2012

(masih) Tentang Cinta !!!



Saat berada di dalam angkot, terdapat sepasang kakek-nenek. Dari pembicaraan dengan penumpang yang lain, mereka telah saling mengenal, diperoleh keterangan bahwa, si kakek rutin memeriksakan si nenek yang sakit, sekali dalam seminggu. Terlihat begitu penuh kasih dan sayang, si kakek menjelaskan bagaimana dia harus menjaga dan merawat si nenek. Saya-pun termenung….KEKUATAN CINTA….itulah mungkin yang dapat saya simpulkan sementara dari kejadian tersebut.

Cinta dapat memberikan kekuatan lebih pada seseorang untuk melakukan apa saja demi yang dicintainya. Cinta dapat menghilangkan kepenatan, kelesuan, dan kelelahan tubuh. Cinta mendatangkan kesetiaan dan ketaatan yang penuh. Itulah cinta.
Namun cinta harus tepat diberikan kepada yang berhak menerimanya. Agar cinta dapat berperan seperti yang telah disebutkan. Bukan cinta seorang laki-laki pada perempuan yang berdasar atas nafsu, tapi cinta yang kemudian di-implementasi-kan dalam satu ikatan yang syah, yang halal, yaitu pernikahan.

Dan ketahuilah…..

Cinta Allah pada manusia amat sangat, karena Allah Maha Pencinta, terutama pada manusia yang bertakwa. Lalu, apakah kita sudah membalas cinta Allah pada kita?? Sebuah pertanyaan yang harus kita renungkan. Bayangkan, jika kita mencintai seseorang, namun seseorang itu tidak membalas cinta kita, apa yang kita rasakan? Tentu sakit bukan??? Dan tidak menutup kemungkinan kita akan mengutuknya, mencacinya, dan mengatakan bahwa dia orang yang tidak tahu diuntung. Sekarang bagaimana dengan pembalasan cinta kita pada Allah? 

Sudahkah kita membalasnya dengan kesungguhan, keikhlasan, dan ketaatan? Perlu kita renungkan…

Bagaimana kita membalas cinta Allah???

Tengoklah status kita sebagai manusia di bumi ini. Pertama, kita adalah khalifah, wakil Allah untuk memelihara bumi ini. Untuk itu, cara membalasnya adalah dengan memlihara dan menjaga bumi ini agar dapat dimanfaatkan oleh kita dan keturunannya nanti. Bukan kemudian kita merusak alam ini. Maksud lain adalah hendaklah kita menjaga bumi dan alam ini dengan perilaku yang baik, amalan hasanah, bukan perilaku syaitani. Jauhkanlah bumi ini dari perilaku maksiat agar bumi ini tidak murka kepada kita. Bukankah bencana-bencana umat terdahulu terjadi dikarenakan karena manusianya berbuat maksiat?

Kedua, manusia adalah sebagai hamba. Tugas hamba adalah beribadah, ibadah yang sesuai dengan yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Telah jelas dalam kitab suci Al Qur-an, mana perintah, syariat, dan larangan. Maka tidak ada alasan untuk kita tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban kita sebagai manusia. Ingat, Imam Hasan Al Banna pernah berkata, kewajiban-kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. Oleh karena itu, ketika ada perintah, segeralah untuk dilaksanakan, karena akan ada perintah lain yang menunggu kita. Contoh kecil, ketika terdengar adzan panggilan shalat, segeralah kita tinggalkan aktifitas kita, kita ambil air wudhu, kita berangkat ke masjid dan shalat berjamaah. Subhanallah, Allah sangat mencintai manusia yang bersegera dalam beribadah. Namun ingat, jangan kemudian kita memilah-milah jenis ibadah. Ibadah adalah ibadah, yang hanya kita tujukan pada Allah SWT dengan keikhlasan dan mengharap ridha dari-Nya. Jadi apapun aktifitas kita setiap saat hendaklah kita jadikan sebagai bentuk ibadah kita kepada Allah, tentu bukan aktifitas yang dilarang oleh-Nya. Kehidupan duniawi ini adalah jembatan menuju kehidupan yang abadi.

Ketiga, manusia berperan sebagai penyeru kepada kebaikan. Artinya, hendaklah kita senantiasa untuk menegakan kebaikan di muka bumi ini dengan berlandaskan LAAILAAHAILLALLAH. Kita adalah khaira ummah, umat terbaik, yang ditugaskan untuk amar ma’ruf nahyi munkar (lihat Q.S. Ali Imran ayat 104 dan 110). Tentu menyeru dengan berdasar pada Al Qur-an dan As Sunnah. 

Demikianlah setidaknya kita membalas cinta Allah SWT. Tidak mudah memang untuk menjalankannya, tapi setidaknya, sengan kesempurnaan yang telah Allah berikan kepada kita, kita bisa optimal menjalankan setiap peran kita dalam rangka membalas cinta Allah SWT.

Kembali ke cerita di atas, subhanallah, saya bisa menafsirkan, si kakek dengan tulus membalas cinta si nenek. Dia tidak mempedulikan bagaimana dia akan mengeluarkan banyak biaya demi kesehatan si nenek. Itulah cinta, itulah cinta, cinta yang tulus. Bagaimana dengan kita??? Sudahkah kita membalas cinta dari orang-orang yang mencintai atau bahkan yang membenci kita? Atau bagaimana dengan cinta Allah kepada kita, sudahkah kita balas?



Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Kamis, 23 Februari 2012

Macet ...




Macet di jalan! Hal yang paling dihindari, terutama oleh para karyawan yang akan beraktifitas. Bagaimana tidak, jika macet, sudah pasti akan datang terlambat ke kantor atau tempat kerja, yang pada akhirnya akan mendapatkan sanksi dari perusahaan tempat dimana dia bekerja. Memang beberapa orang sudah mengantisipasinya dengan berangkat lebih awal dari biasanya. Namun yang namanya kemacetan di jalan, tidak ada yang bisa memprediksi.

Faktor penyebab yang paling dominan dari kemacetan adalah tidak adanya kesadaran tertib berlalu lintas, meski sudah dengan jelas terpajang rambu-rambu lalu lintas. Berhenti sembarangan, parkir sembarangan, atau menyelip kendaraan dengan tidak beraturan, menyebabkan jalanan menjadi macet (bukan karena Si Komo lewat ya..).
Kembali ke awal, ketika macet, datang ke tempat kerja terlambat, maka pekerjaan-pun menjadi berantakan, keluar dari schedule yang telah di buat, agenda molor, yang jelas menjadi tidak karuan. Apalagi untuk agenda-agenda yang sudah mendekati dead line. Membuat pusing kepala. Dan ujung-ujungnya, kena marah atasan. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kasihan ya yang terlambat datang karena macet? Karena MACET, semua ”keindahan” di tempat kerja menjadi sirna begitu saja. 

Sahabat ,,,

Marilah kita sikapi ke-macet-an sebagai sesuatu yang bisa membawa kita pada tingkat derajat yang tertinggi dihadapan Tuhan. Apa sesuatu itu?? Sesuatu itu adalah ke-sabar-an. Sabar bukan menyerah pada keadaan. Sabar bukan sekedar ”pasrah”. Sabar adalah sikap mental disaat kita mendapatkan suatu ujian atau kejadian di luar dari yang disangkakan, pada ”hentakan” pertama kita mendapatkan ujian dan kejadian tersebut. Apakah kita orang yang hanya mencari sumber masalah? Yang dilanjutkan dengan menyalahkan orang lain?

Ketika macet, sibukkan diri kita dengan mencari beberapa jalur alternatif yang bisa ditempuh. Atau jika menggunakan kendaraan roda dua, kita bisa masuk di celah-celah ruangan yang kosong, daripada menggurutu yang tidak karuan, yang tidak jelas juga untuk siapa ”gerutuan” kita berikan. Atau bisa juga kita jadikan ke-macet-an sebagai kesempatan untuk ”istirahat sejenak” dari kepenatan mengendarai kendaraan bermotor. Tentu bisa kan??

Selain itu Sahabat ,,,

Ingin saya menyampaikan bahwa, hidup ini juga laksana arus lalu lintas. Adakalanya hidup kita lancar tidak ada masalah dan adakalanya hidup kita ”macet” disertai dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, Tuhan telah memberikan rambu-rambu kehidupan untuk manusia. Tuhan menghendaki hidup kita ”lancar” meski sesekali hambatan menerjang. Tuhan tidak menghendaki manusia hidup dalam ”ke-macet-an”. Namun sayang, ada manusia yang berani melanggar rambu-rambu kehidupan, sehingga yang tejadi adalah lalu lintas menjadi macet tidak karuan. 

Sebagai contoh, Sahabat pernah memohon (berdo’a) pada Tuhan. Tapi karena melanggar rambu-rambu yang telah diberikan, maka terkabulnya do’a akan menjadi macet. Apa rambu-rambunya?? Dalam berdo’a, rambu-rambu yang harus diperhatikan adalah :

Yakin bahwa doa akan Tuhan kabulkan. Tuhan telah berjanji lewat firman-Nya, yaitu ”Berdo’alah kepadaku, niscaya Aku kabulkan.” Tuhan punya cara tersendiri ketika hendak mengabulkan do’a seseorang. Ada tiga cara yang biasa Tuhan lakukan, yaitu : tunai, delay, dan deposito untuk akhirat. 

Cara tunai, berarti seketika Tuhan langsung mengabulkan do’a kita. Hal ini sudah jarang terjadi, kecuali bagi mereka yang mendapat gelar ”khalilullah” atau Kekasih Allah (para Nabi atau orang Shaleh). Tapi bisa juga bagi orang yang sudah ”dibenci” Tuhan, Tuhan akan mengabulkan seketika, karena Tuhan tidak mau selalu di sebut namanya (kita mau milih yang mana???)

Cara delay, berarti Tuhan tidak dengan seketika mengabulkannya atau menggantikannya dengan kabaikan yang lain. Ada waktu yang tepat buat dikabulkannya do’a-do’a kita. Tuhan maha tahu kapan kita siap dengan terkabulkannya do’a kita. Disinilah, Tuhan bisa saja sangat sayang sama kita. Tuhan ingin agar kita selalu menyebut nama-Nya. Tuhan rindu di sebut nama-Nya oleh kita. Berbaik sangkalah ketika Tuhan men-delay terkabulkannya do’a-do’a kita.

Terakhir, deposito akhirat. Ini sudah pasti dan jelas. Tuhan akan menggantikannya dengan kebaiakan akhirat. Do’a kita menjadi investasi akhirat. Jangan khawatir, Tuhan Maha Adil. 
Rambu-rambu tersebut harus kita pegang terus agar Tuhan dengan lancar mengabulkan do’a-do’a kita. Artinya adalah kita senantiasa berbaik sangka kepada Tuhan. Dan segeralah berinstropeksi diri jika do’a kita macet di tengah jalan, apa yang salah dengan diri kita. Jangan-jangan kita menjadi orang yang ambisius untuk segera terkabulkannya do’a. Atau malah kita menjadi orang yang hanya berdo’a dikala sedih saja, sementara di saat kita bahagia, Tuhan kita lupakan. Itu mungkin yang menjadikan macet-nya do’a kita dari dikabulkannya oleh Tuhan.

Sahabat ,,,

Kesadaran berlalu-lintas akan meminimalisasi terjadinya kemacetan di jalan. Bangun kesadaran diri kita sebagai hamba untuk selalu berada dalam rambu-rambu kehidupan, sehingga Tuhan-pun akan memperlancar jalannya kehidupan kita. Iringi dengan kesabaran, keikhlasan, dan keistiqamahan (konsisten) agar hidup kita semakin dilancarkan oleh Tuhan. Yakinlah bahwa skenario Tuhan itu sangat indah. Ketika Tuhan menutup satu jalan, maka jalan-jalan yang lain telah Tuhan siapkan bagi orang yang mau mencarinya. Inilah jalan kosong diantara celah-celah kemacetan lalu lintas. Banyak pintu buat manusia.

Jadikan lalu lintas kehidupan kita lancar tiada hambatan dengan berpegang teguh pada aturan yang telah Tuhan berikan. Hindari pelanggaran-pelanggaran di jalan raya kehidupan. Semoga lalu lintas kehidupan kita tidak MACET.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia



gambar : klinikbacatulis.wordpress.com

View Details

Kita Tidak Menerima Apa Yang Diinginkan ...




Sahabat SuksesBahagia !!

Seringkali, perjuangan adalah sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini. Jika Tuhan memperbolehkan hidup kita lalui tanpa cobaan, hal ini akan membuat kita lemah. Kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan.

Kita meminta kekuatan... dan Tuhan memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat hidup kita menjadi kuat. Kita meminta kebijksanaan... dan Tuhan memberi kita masalah-masalah yang harus kita pecahkan Kita meminta kemakmuran...
dan Tuhan memberi otak dan kekuatan untuk bekerja Kita meminta keberanian... dan Tuhan memberikan rintangan untuk kita hadapai Kita meminta cinta... dan Tuhan memberikan orang-orang yang dalam kesulitan untuk kita bantu Kita meminta pertolongan... dan Tuhan memberikan kita kesempatan


"Kita tidak menerima apa yang kita inginkan..., tapi kita menerima apa yang kita butuhkan"


Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


gambar: catatan-akhwat.blogspot.com

View Details

Rabu, 22 Februari 2012

Petak Umpet



Teringat waktu kecil, pernah bermain “petak umpet” dengan teman-teman sepermainan. Luar biasa ramainya. Bahkan tidak hanya bermain di siang hari, di malam hari pun, kami bermain, terutama pada saat bulan purnama. Wah,, sungguh kenangan yang tak akan pernah terlupakan dari memory. Serunya lagi ketika ada salah satu teman yang terus-terusan selalu jadi penjaga. Pernah tuh, karena seringnya dia menjaga, dia nyerah sambil nangis dan pulang ke rumahnya. Kami bingung, karena pada saat itu kami sedang bersembunyi. Wuihhh indahnya masa kecil.
Belajar dari permainan ”petak umpet” tersebut, kita akan mendapatkan kearifan yang luar biasa dari anak kecil. Petak umpet mengajarkan anak (kita) untuk berjiwa ksatria (amanah) dan jujur.

Jiwa ksatria (amanah) ditunjukkan ketika seorang anak  menjaga, maka dia tidak akan menolaknya, bahkan dengan senang hati menerima tugas tersebut.
Dari sini kita mendapatkan pelajaran, bahwa, setiap tugas yang di-amanah-kan kepada kita, harus kita terima dan dilaksanakan dengan senang hati. Dengannya, kita akan mendapatkan kekuatan dalam menjalankan amanah tersebut. Amanah bisa menjadi anugerah, ketika kita mampu menyikapi amanah yang diberikan dengan pandangan positif (positive thingking) disertai perasaan positif (positive feeling), seperti anak kecil yang menerima ”amanah” untuk menjaga. Mereka menyatukan positive thingking dengan positive feeling, sehingga mereka bisa menikmati tugasnya itu (positive result).
Berbicara perasaan yang positif, tidak akan telepas dari kualitas diri kita dalam mengelola hati (qalbu) untuk selalu berada di zona ikhlas. Perlu latihan memang. Tapi setidaknya, manusia telah diberikan oleh Tuhan sebuah kekuatan untuk mengkondisikan qalbu. Itulah yang disebut sebagai ”fitrah”. Fitrah manusia adalah memiliki kecondongan untuk berada di jalan Tuhannya, dimana Tuhan memiliki segala sifat kesempurnaan. Sehingga qalbu kita menolak segala bentuk hal yang negatif. Hal ini bisa dibuktikan ketika kita melakukan tindak kemaksiatan, maka hati kita sesungguhnya tidak akan tenang, itulah bentuk penolakan fitrah kita dari hal-hal yang negatif.
Oleh karena itu, potensi ke-fitrah-an yang sudah Tuhan berikan, harus senantiasa kita kelola dan digunakan dengan kesungguhan. Bersihkan selalu qalbu kita dari segala bentuk ”virus” yang mengancam. Maka kita akan menjadi orang yang dapat menjalankan amanah dengan penuh kesadaran. Amanah bukan beban.
Berikutnya ahlak kejujuran. Hal ini bisa kita lihat ketika anak yang sudah tertangkap (ketahuan) dari persembunyian, maka dia tidak akan ”mengaku-ngaku” masih hidup dan selamat, sehingga bisa merobohkan pertahanan si penjaga. Merekapun siap dengan konsekuensi yang akan diterima, yaitu menjadi penjaga.
Jujur adalah ahlak yang tertinggi. Jujur menunjukkan identitas diri yang ”berkualitas” di hadapan Tuhan dan manusia.
Pernah ada seorang pemuda yang mengadu ke Nabi, bahwa dia ingin menjadi orang yang shalih dihadapan Tuhan. Tapi dia tidak bisa meninggalkan minuman keras, bermain judi, dan main wanita. Dia minta dispensasi untuk hal-hal tersebut tadi. Nabi pun tersenyum, kemudian belia bersabda, ”Baiklah, aku hanya minta kamu jujur agar menjadi manusia yang shalih, sehingga Tuhan senang padamu. Datanglah kepadaku setiap akhir pekan.” Maka pemuda tadi pun menyanggupi permintaan Nabi. Sempat terbesit dibenaknya begitu mudahnya syarat yang diberikan Nabi.
Setelah pulang, pemuda tadi seperti biasa akan meminum-minuman keras. Namun sebelum dia minum, dia teringat pesan Nabi bahwa dia harus jujur (tidak berbohong). Maka diapun mengerutkan keningnya sambil berfikir. ”Wah, kalau Nabi bertanya padaku apakah aku minum-minuman keras atau tidak, aku akan menjawab apa ya. Jika aku jawab tidak, aku berbohong, sementara aku sudah berjanji tidak akan bohong. Kalau aku jawab ya, aku malu, karena aku juga tau kalau Tuhan tidak suka terhadap manusia yang suka minum-minuman keras.” Akhirnya pemuda itu tidak jadi minum-minuman keras. Begitu juga ketika dia akan bermain judi dan main wanita, lagi-lagi dia teringat pesan Nabi padanya agar dia tidak berbohong. Akhirnya pemuda itupun mampu merubah dirinya menjadi manusia kekasih Allah dengan kejujuran yang dia tunjukkan di hadapan Nabi.
Demikianlah jujur merupakan jati diri yang paling hakiki. Jadikanlah diri kita orang yang jujur untuk segala hal. Jujur akan membawa kita pada kebahagiaan yang sebenarnya. Bangun kesadaran diri bahwa Allah Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan pernah luput dalam mengawasi setiap gerak-gerik manusia. Sadarlah pula bahwa ada malaikat yang selalu menyertai kita dan mencatat setiap amal yang kita lakukan. Pengawasan Malaikat.
Jujurlah dalam ucapan. Jujurlah dalam perbuatan. Jujurlah pada diri sendiri. Niscaya kita akan menjadi manusia yang sangat dicintai Tuhan dan senantiasa mendapatkan nikmat dari-Nya. Tuhan berfirman :
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin [1], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
(An-Nisa : 69)

(1) Shiddiqiin artinya yang benar dan membenarkan, jujur dan terpercaya.
Sahabat, jadilah kita manusia yang jujur dan amanah. Belajarlah pada anak-anak kecil di sekitar kita. Sungguh kefitrahannya seharusnya senantiasa mengilhami diri kita untuk lebih baik dari mereka dalam hal ahlak dan tingkah laku. Semoga......


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Selasa, 21 Februari 2012

2L dan 2I



"Saya tidak ingat yang mulia,"

Kira-kira seperti itu jawaban para 'saksi' di pengadilan, akhir-akhir ini yang kita lihat di layar televisi. Semua menjadi amnesia, menjadi lupa. Ah, andaikan saja mereka memiliki 'IMAN' pastilah mereka berani mengungkapkan kebenaran itu.

Belajar dari 'lupa-nya' mereka, para tersangka, atau saksi tindak pidana korupsi, ternyata memang kita harus 'melupakan' sesuatu. Ya, ada beberapa hal yang wajib kita 'LUPAKAN', yaitu :

Lupakan kebaikan yang telah kita lakukan kepada orang lain.

Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."

(Q.S. Al-Baqarah [2] : 264)


Lupakan keburukan yang orang lain lakukan kepada kita.

Artinya, jadilah manusia 'pemaaf', karena itu semulia-mulianya ahlak, dan Allah mencintai orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain terhadapnya. Allah SWT berfirman:

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

(Q.S. Ali Imran [3] : 133-134)

Namun, selain ada hal  yang harus kita lupakan, ada juga yang harus kita ingat selalu, yaitu:

Ingat selalu pada dosa-dosa dan keburukan yang telah kita lakukan. 

Hal ini adalah sebagai pengingat dan penggerak untuk selalu berada pada jalan ke-takwa-an atau kebenaran dan ridho-Nya. Dengannya, kita akan lebih mampu memaknai setiap detik kehidupan. Sungguh, dosa-dosa yang terlewati harus kita hapus dengan amalan hasanah. Rasul bersabda: ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan, karena kebaikan akan menghapus keburukan.

Ingat selalu kebaikan yang orang lain diberikan kepada kita. 

Hal ini harus kita ingat selalu, sebagai sarana syukur kepada-Nya. Dengan mengingat kebaikan-kebaikan dari orang lain, kita akan mampu memfokuskan diri untuk lebih menikmati kehidupan ini dan terdorong untuk memberikan kebaikan pula kepada orang lain. Sungguh, hidup ini akan lebih bermakna !!! (lihat tulisan sebelumnya disini)


Semoga bermanfaat,


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


gambar: maitreya.or.id

View Details

Sabtu, 18 Februari 2012

Vas, Pot, dan Hutan

Mari kita belajar kehidupan pada bunga. Bunga yang di pasang di vas bunga, atau di tanam di pot bunga, atau bunga yang tumbuh dengan sendirinya di hutan.


Bunga yang di pasang di vas bunga, tampak terlihat indah, ya kan? Apalagi, bisa kita taruh di atas meja. Namun pertanyaannya adalah berapa lama bunga itu akan tampak segar? Pengalaman saya, bunga tampak segar tidak lebih dari satu minggu, bahkan tiga hari-pun, biasanya sudah layu. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki akar yang kuat. Mereka di buat instan untuk terlihat indah. Maka, kekuatannya pun tidak lah lama.
Kesuksesan dalam hidup (terlihat indah juga, ya kan?) yang diraih secara 'instan', biasanya tidak bertahan lama. Ah, adakah cara instan dalam meraih kesuksesan hidup? Ada! Lihatlah para koruptor, anggota dewan yang menyuap rakyat, bisa kita jadikan contoh kesuksesan (dari sisi finansial atau harta materi) yang diraih dengan instan. Maka, bagaimana akhir dari kisah kesuksesannya itu? Tragis bukan? Mereka mengakhiri hidupnya dengan mendekap di rumah tahanan.

Atau, para bintang entertainment yang lahir instan lewat ajang kebolehan. Berapa lama bintangnya bersinar terang? Tragis juga bukan? Bahkan ada sebagian yang akhirnya hidup 'sengsara' karena masalah keluarga, perceraian atau tindak kekerasan dalam rumah tangga.


Bunga yang ditanam di dalam pot, juga terlihat indah, ya kan? Terlebih, bunga ini memiliki akar, dan nutrisi penting yang diperoleh dari tanah tempat ia tumbuh berkembang. Namun, coba biarkan bunga itu tumbuh sendirian, artinya, tidak kita beri air atau zat-zat hara yang penting bagi pertumbuhannya. Apa yang terjadi? Saya jamin, bunga itu juga tidak akan mampu tumbuh lebih lama. Ia akan layu hingga akhirnya mati 'kelaparan'. Karena ia hanya 'terkungkung' dalam wilayah pot saja.

Begitulah kesuksesan yang berasal dari 'warisan' keluarga. Jika tidak 'di rawat' yang artinya kesuksesan yang tidak di-menej dengan baik, maka lama kelamaan kesuksesan itu akan luntur, bahkan hilang tiada bekas. Bisa kita lihat, beberapa orang yang berasal dari keluarga sukses (hartanya melimpah, misalkan) setelah orang tuanya meninggal dunia, dan mereka mewarisi seluruh hartanya itu, lalu mereka berperilaku 'boros' terhadap apa yang dimilikinya, akhirnya mereka 'kelaparan' setelah semuanya habis. 

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, jangan terlalu mengagungkan kesuksesan keluarga atau orang tua, karena belum tentu kita mampu mengelolanya dengan baik. Jalan kehidupan keluarga atau orang tua kita, pasti berbeda dengan jalan kehidupan kita.


Bunga yang tumbuh dengan sendirinya di hutan, jauh lebih indah terlihat, ya kan? Mereka tumbuh 'sendiri', mencari zat-zat hara sendiri, menahan panas atau mencari sinar matahari sendiri. Dan ketika di jual, jauh lebih mahal harganya, ya kan? Mereka tumbuh melewati suatu proses dengan penuh konsistensi.

Kesuksesan yang dijalani dengan proses penuh konsistensi, jauh lebih bermakna, dan memiliki nilai bila dibandingkan dengan kesuksesan yang diraih secara instan atau warisan.

Maka, raihlah kesuksesan melalui proses dengan penuh konsistensi. Nikmati tahapan prosesnya. Hati-hati dengan jebakan instan. Ketika terjatuh, bangunlah, jadikan masa depan yang indah sebagai pegangannya.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Jumat, 17 Februari 2012

Yang Kita Anggap Kecil ...



Anda pernah tersandung kakinya ketika berjalan, ya kan? Biasanya, kita tersandung oleh benda-benda yang kecil (batu kecil) atau benda-benda yang besar (batu besar, tembok, dinding)? Dari pengalaman, saya biasanya tersandung oleh benda-benda kecil, batu kecil. Begitu juga dengan Anda, ya kan?

Ah, saya jadi berpikir, ternyata kita harus hati-hati dengan sesuatu yang 'kecil' atau kita anggap 'kecil'. Karena, bisa mengakibatkan sesuatu yang 'besar.' Ketika kita tersandung batu kecil, misalkan, lalu kita jatuh dan berdarah, bukankah itu sesuatu yang 'besar' yang disebabkan oleh sesuatu yang 'kecil'?


Dalam menjalani hidup dan kehidupan, hati-hatilah dengan dosa-dosa kecil atau dosa yang kita anggap kecil. Karena, itu akan menghadirkan dosa yang besar ketika kita tidak bisa 'merawatnya.' Ya, merawatnya dengan segera membersihkannya dengan taubat, taubatan nasuha.

Dan, jangan menganggap sepele sesuatu yang kecil. Adakalanya, sesuatu yang kecil itulah yang bisa mengangkat harkat dan martabat kita dihadapan Allah SWT. Seyum ramah kesetiap orang yang kita jumpai, menyapa dengan santun, atau sekedar mengucapkan terima kasih ketika ada orang yang membantu kita, adalah hal-hal kecil yang justru akan menghadirkan kecintaan dari Allah SWT. Bahkan, sebenarnya itu adalah sesuatu yang besar nilainya.

Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.

Sepertinya benar pepatah tersebut. Dosa-dosa kecil yang kita perbuat, pada akhirnya akan menjadi dosa besar yang mendatangkan murka-Nya. Maka, segeralah bertaubat dan jangan anggap remeh. Begitu juga dengan setiap amalan hasanah yang kecil, istiqamahkan dalam melakukannya, karena ia adalah kunci menuju surga-Nya.

Kebahagiaan atau kesusahan, ditentukan oleh sesuatu yang kecil, atau yang kita anggap kecil. Maka, berhati-hatilah !!!



Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


gambar: dhammacitta.org

View Details

Kamis, 16 Februari 2012

Tindakan JITU Menuju Hidup Lebih Bermakna



Terlihat kelelahan yang begitu menekan wajah pak tua itu. Disampingnya, gerobak tua yang penuh dengan barang-barang bekas. Ya, pak tua sedang bersistirahat, bersandar dibatang pohon di pinggir jalan, tepat dimana saya melewatinya. Topi lusuhnya ia gunakan untuk menghasilkan tiupan angin segar dibadannya, ia kipaskan diri.

Setelah melewati jauh pak tua, saya merasa masygul, mangapa di usia tua seperti itu, ia harus bersusah payah memeras keringat? Kemanakah anak-anaknya? Hhhh, saya merasa berdosa, karena belum bisa berbuat sesuatu untuk pak tua itu, selain perasaan empathy yang mendalam. ‘Rab, kuatkan pak tua itu!’ hanya itu yang bisa saya panjatkan.
Namun, secepat kilat saya ‘belajar’ dari pak tua. Ya, entah bagaimana, tiba-tiba saya terinspirasi oleh pak tua yang sedang beristirahat melepas lelah. Istirahat!!! Benar, sepertinya kita harus melakukan yang namanya istirahat, untuk melepas kelelahan menjalani hidup dan kehidupan. Dengannya, sebagaimana pak tua, kita akan kembali ‘segar’ penuh tenaga yang pada akhirnya dalam proses menjalani hidup, akan lebih ‘berasa.’ Apa yang dilakukan pada saat istirahat?

Istirahat bukanlah menghentikan kehidupan. Istirahat berarti kita meluangkan waktu, untuk mengevaluasi waktu kehidupan yang telah digunakan dan kemudian menata untuk masa yang akan datang. Istirahat yang dilakukan pak tua-pun, seyogyanya adalah bentuk evaluasi atas raihan barang-barang bekasnya, berfikir kemana akan dijualnya, dan setelah terjual akan digunakan untuk apa uang pendapatannya itu.

Oleh karena itu, proses istirahat dalam kehidupan, setidaknya harus memenuhi beberapa tidakan. Tindakan-tindakan itu saya beri nama, Tindakan JITU. Apakah Tidakan JITU itu?

Kita sudah mengenal yang namanya rumus SMART, bukan? Ya, SMART itu singkatan dari Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time-bound yang merupakan rumus goal setting. Dalam prakteknya, saya memandang rumus SMART masih ada celah kekurangannya, sehingga perlu adanya penyempurnaan lebih lanjut. Yang saya dapatkan dari SMART hanyalah pengakuan kekuatan diri dengan melupakan Kemahaan Tuhan. Keinginan diri dengan tidak melakukan sinkronisasi dengan kehendak Tuhan. Sehingga ada kecenderungan, diri sendiri adalah pemegang mutlak kehidupan, dan ada pemaksaan kehidupan untuk seperti yang diinginkan. Ini bahaya! Mengapa, bagaimanapun kuatnya keinginan dan impian kita, Tuhanlah yang memiliki kekuasaan mutlak untuk menentukan, kehidupan seperti apa yang ‘layak’ bagi kita.

Maka, Tindakan JITU mencoba memberikan solusi atas gap yang terjadi antara keinginan kita dengan kehendak Tuhan. Sekarang, mari kita ‘bedah’ apa Tindakan JITU itu.

Jelaskan dengan jelas dan spesifik, apa yang kita inginkan. Persis point pertama rumus SMART, specific, maka tindakan JITU yang pertama-pun adalah menemukan, menyebutkan, dan menuliskan dengan Jelas dan spesifik apa yang diinginkan.

Seperti ketika kita akan bepergian ke Eropa, maka sebutkan pula negara Eropa mana yang akan dikunjungi. Telah jelas memang, bahwa kita akan bepergian ke Eropa. Namun belum spesifik ketika kita belum menyebutkan, negara Eropa mana yang akan didatanginya.

Begitupun dalam hidup ini. Mungkin kita telah menentukan tujuan kehidupan. Misalkan hidup bahagia. Telah jelas memang, bahwa kita ingin bahagia, namun belum spesifik, bahagia seperti apa, bahagia dalam hal apa? Maka istirahatlah, lakukan tindakan menjelaskan keinginan capaian hidup dan spesifikkanlah.

Informasikan apa yang kita inginkan. Tindakan ke dua dari JITU adalah menginformasikan kepada diri sendiri dan kepada Tuhan, apa yang diinginkan. Menginformasikan kepada diri sendiri merupakan upaya internalisasi keinginan. Katakan pada ‘diri’ kita. Yakinkah bahwa ‘diri’ kita benar-benar yakin atas apa yang diinginkan. Caranya? Lakukan self talk! Lakukan bicara ke dalam ketika istirahat. Tanyakan berkali-kali, benarkah ‘diri’ kita menginginkan apa yang telah ditetapkan.

Kemudian menginformasikannya kepada Tuhan. Dengan apa? Dengan DOA. Ya, doa adalah senjata utama untuk sebuah kesuksesan. ‘Kan Tuhan Maha Mengetahui apa yang kita inginkan?’ begitu orang-orang biasa berkilah. Benar! Tuhan memang Maha Mengetahui segala apapun. Namun, Tuhan akan lebih ‘senang’ ketika manusia memintanya. Inilah yang kemudian saya sebut sebagai bentuk sinkronisasi keinginan dengan Tuhan. Maka, sampaikan pada Tuhan lewat doa-doa keinginan-keinginan kita. Hal ini tidak disebutkan dalam konsep pengembangan diri orang-orang kapitalis dan orientalis.

Terampilkan diri Kita seperti yang diinginkan. Tindakan ketiga adalah menyiapkan diri, terampilkan diri, seperti yang diinginkan. Maksudnya, ketika kita ingin hidup bahagia dengan memiliki pasangan hidup yang sholeh atau sholehah (misalkan), maka, sudah pasti kita menjadikan diri kita untuk ‘layak’ mendapatkan pasangan seperti itu. Mengapa? Karena, tentu ‘calon’ pasangan-pasangan kita-pun, memiliki kriteria yang sama seperti kita.

Begitu juga dengan Tuhan. Doa kita pasti terkabulkan. Namun Tuhan akan melihat, kapan kita ‘layak’ mendapatkan dan meraih segala asa dan doa. Seperti anak kecil yang meminta mainan pisau kepada orang tuanya. Orang tua pasti tidak memberikan pisau yang diminta anak kecil. Namun, bukan tidak boleh, namun belum ‘layak’ anak kecil bermain pisau, bisa-bisa akan mencelakakannya.

Nah, Tuhan telah mendengan doa kita. Doa atas keinginan-keinginan dalam hidup. Tapi ketika kita belum meraihnya, berarti Tuhan belum melihat kita ‘layak’ mendapatkannya. Hal ini karena Tuhan sangat sayang kepada kita. Siapa tahu, ketika Tuhan ‘segera’ mengabulkan keinginan kita, kita malah menjadi sombong dan akhirnya melupakan-Nya. Oleh karena itu tindakan yang terakhir adalah:

Utamakan kesadaran dan keselasaran antara keinginan kita dengan kehendak (iradah) Tuhan. Kesadaran bahwa kita harus beriktiar untuk pencapaian hidup seperti yang diinginkan adalah sesatu yang wajib. Namun, kita tidaklah boleh lupa bahwa Tuhan telah memiliki kehendak atas apa yang terbaik buat kita. Itulah hakikat dari TAWAKAL.

Dengannya, berarti kita, dalam menjalani keinginan hidup, harus berorientasi kepada proses, bukan kepada hasil. Bukankah menonton pertandingan sepak bola dari awal sampai akhir itu lebih puas dari sekedar mengetahui hasil akhirnya? Dan, jauh lebih puas lagi jika kita sebagai pemainnya, karena kita ‘berkontribusi’ dalam sebuah pertandingan untuk kemenangan, bukan? Itulah kehidupan. Sadar bahwa kita harus melewati prosesnya, dan biarkan Tuhan yang memutuskan hasilnya.

Sahabat,

Itulah Tindakan JITU yang harus kita lakukan. Semoga istirahat kita, akan menjadikan hidup dan kehidupan kita yang lebih bermakna.


Salam SuksesBahagia,

Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia



View Details

Selasa, 14 Februari 2012

Rayakan valentine dengan PACARAN




Pertama kali saya mengenal kata ‘valentine’ adalah pada saat kelas 2 SMP. ‘Mam, happy valentine.’ Begitu kata teman-teman saya waktu itu. Saya tertegun, siapa dan apa itu valentine? ‘Emang apaan.’ Jawab saya. ‘Pokoknya selamat hari kasih sayang.’ ‘Kasih sayang? emang ada perayaannya juga ya?’ ‘Ah ente, ga gaul amat cee.’

Begitulah uforia anak-anak SMP jaman saya (sekarang? Mungkin lebih dahsyat kali ya). Namun saya yang berasal dari ‘kampung’, tidak begitu ‘ngeh’ dengan perayaan hari kasih sayang. Karena menurut saya waktu itu, kasih sayang itu setiap hari kita rayakan dengan memberikan dan menebarkannya kepada manusia yang lain.
Beranjak di SMU, tradisi valentinan semakin menggema. Setiap memasuki bulan Februari, para ABG (tak terkecuali di SMU tempat saya belajar) mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan valentine. Ah, mengapa harus seperti itu?

Beruntunglah, pada saat ‘kegalauan’ hati yang miris dengan perayaan valentine yang tidak jelas (dalam pikiran awam saya), ada rekan mahasiswa dari UNSOED (saya bersekolah di SMU 4 Purwokerto) mengajak ‘liqo’ dan tepat pada saat itu ‘murabbi’ kami membahas mengenai perayaan valentine yang mengandung maksiat. Ah, terjawablah kegalauan saya. Ternyata benar, valentine hanyalah sebuah aktivitas yang sangat jauh dari syariat agama Islam yang saya anut, bahkan lebih condong kepada tindak kemaksiatan. Iih,, ngeri, kemaksiatan yang berjamaah tentunya. Na’udzubillah !!!

Saat ini, setelah hampir 10 tahun saya meninggalkan bangku SMU, perayaan valentine masih menjadi santapan lezat para syaitani. Berlomba-lomba pula para aktivis dakwah menyuarakan akan ‘keharaman’ perayaan valentine bagi umat Islam (terutama para ABG-nya). Namun, sepertinya ‘suara kebenaran’ tidak lagi mempan, terbukti dengan masih banyaknya ABG muslim yang masih membuat ‘acara khusus’ setiap tanggal 14 Februari. Ada apa gerangan? Sudahkah para ABG itu tertutup telinga nuraninya sehingga menganggap ‘kuno’ bagi mereka yang tidak merayakan valentine atau mengatakan ‘basi’ kepada para penyeru yang mengharamkan perayaannya? Atau cara ‘dakwah’ yang kurang mengena, sehingga dianggap angin lalu?

Jika saya perhatikan, gema kajian tentang valentine yang dilakukan oleh para pen-dakwah, hanya terasa di saat perayaan itu sudah di depan mata. Maka wajar jika bagi mereka yang telah mempersiapkannya, tidak siap dalam menerima seruan kebenaran itu. Alangkah lebih optimalnya jika, seruan selalu dikumandangkan pada mereka. Bukan seruan yang sifatnya temporer. Artinya, tidak ada istilah menunggu moment lalu kemudian dibahas dan dikumandangkan kesesatannya, tapi kapanpun harus dilakukan yang namanya ‘pembentengan’ Iman bagi para ABG khususnya, agar terhindar dari fitnah valentine.

‘Pembentengan Iman’ sepertinya solusi yang tepat dari pada sekedar pengharaman. Ada kecenderungan, ketika manusia yang tengah ‘terlena’ dengan kesesatan, akan membenci yang namanya pengharaman. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya akan memberikan Pembentengan Iman alternative, yang semoga dengannya, secara bertahap akan menyelamatkan generasi kita mendatang dari fitnah perayaan valentine. Pembentengan Iman itu saya beri nama ‘PACARAN’.

Lho, kok pacaran? Bukankah pacaran itu tidak boleh dalam Islam, karena sarana mendekati jina? Eitts … tunggu dulu. Ini bukan pacaran biasa, tapi PACARAN yang luar biasa. Apakah itu ?

P-A (Pelajari Al-Quran).Nah, inilah langkah awal kita untuk membentengi keimanan generasi muda, juga umat Islam pada umumunya. Al-Quran, kalau kita mau jujur, hanya dijadikan sebagai sesuatu yang disakralkan, tanpa sebuah kajian apalagi pengaplikasian. Teringat ustadz saya waktu kecil selalu berkata, ‘Eh, kalau mau memegang al-Quran harus wudhu dulu.’ ‘Tidak boleh memegang al-Quran dengan tangan kiri.’ Dan beberapa ‘nasehat’ lainnya yang bersifat pelarangan dengan tujuan kehati-hatian. Saya tidak menyalahkan, namun, pendekatan itu hanya akan menjadi boomerang bagi umat Islam, yang karena tidak punya wudhu enggan untuk mengkaji al-Quran, karena takut dosa. Hal ini, ujung-unjungnya akan menjadi sebuah blok mental umat muslim untuk menyakralkan yang namanya Al-Quran. Al-Quran akhirnya disimpan dengan rapi di lemari tanpa tersentuh.

Oleh karena itu, pelajari al-Quran wajib kita lakukan dan kita berikan kepada generasi muda muslim saat ini. Dengannya, mereka akan tercerahkan, betapa valentine yang mengatakan kasih-sayang, hanya akan mengarahkan kepada tindak kemaksiatan. Dan al-Quran membahas kasih sayang dengan lugas dan suci. Lihatlah, ayat pertama yang tertuang dalam mushaf Quran adalah kalimat bismillahirahmaanirrahim. Ayat itu telah memberikan bukti, kasih-sayang itu sesuatu yang suci, kasih-sayang itu sifat utama Allah SWT. Bukan kasih-sayang penuh kemaksiatan.

Begitu juga pada ayat-ayat yang lainnya. Sungguh, kasih-sayang adalah ajaran utama al-Quran. Kasih-sayang yang berlandaskan iman yang kokoh. Kasih-sayang yang harus selalu tersebar di muka bumi ini. Tidak pada bulan Februari ini saja. Sekali lagi, terapi mempelajari al-Quran, akan membuka cakrawala umat, tentang hakikat kasih-sayang itu sendiri.

C-A-R (Cintai Allah dan Rasul-Nya).Yang kedua, setelah kita dan generasi muda muslim tercerahkan tentang hakikat kasih-sayang dari Al-Quran, muncullah sebuah kesadaran untuk semakin mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ini adalah dampak positif. Mencintai Allah dan Rasul-Nya harus kita letakkan di atas segala-galanya.

Bagaimana cara mencintai Allah? (silahkah lihat disini). Dan, bagaimana cara mencitai Rasul? (silahkan lihat disini). Saya yakin, kita sudah faham akan hal itu.

Nah, dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya, kita akan terdorong untuk mencintai diri sendiri. Mengapa? Karena dengannya, kita kembali akan tersadarkan, kalaulah hidup dan kehidupan kita akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hari akhir. Yang akan dipertanggungjawabkan pertama kali adalah tentang pengoptimalan diri menuju ridho-Nya. Shalat yang kita lakukan adalah bentuk optimalisasi kesyukuran diri kita kepada-Nya. Begitu juga dengan amalan-amalan yang lainnya. Semua adalah untuk kita. Maka, cintai Allah dan Rasul-Nya, dengannya kita dan generasi muda muslim, akan lebih menyadari pentingnya mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri berarti kita tidak rela jika kita terperosok ke jurang kenistaan karena kemaksiatan, yang dipelopori oleh fitnah valentine.

A-N (Amar ma’ruf, Nahyi munkar).Yang ketiga, pembentengan Iman adalah dengan semangat menyeru kepada kebaikan dan memerangi kemunkaran. Lho kok? Ya, dengan amar ma’ruf nahyi munkar, kita secara tidak langsung sedang ‘mendidik diri’. Sehingga kita akan teringatkan, kalau kita mengatakan kebenaran, mengapa kita malah bermaksiat? Maka, sampaikan kepada generasi kita, untuk memiliki semangat dakwah, menjadi penyeru kepada kebaiakan. Karena seyogyanya, seruan itu untuk diri sendiri. Ia adalah pengingat. Ia adalah benteng kesadaran.

Sahabat,

P-A, C-A-R, A-N adalah Pelajari Al-Quran, Cintai Allah dan Rasul-Nya, dan Amar ma’ruf Nahyi munkar. Mari kita isi valentine dengan menggugah kesadaran tentang pentingnya kembali kepada ajaran Islam. Dan, serukanlah selalu PACARAN ini, kapanpun dan dimanapun. Insya Allah, dengannya para ABG muslim khususnya, dengan sendirinya akan menjauhi munkarnya perayaan valentine. Semoga !!!


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Senin, 13 Februari 2012

Belajar kepada Air Terjun


Air yang mengalir datar dengan air terjun, mana yang memiliki energi besar ? Tentu air terjun bukan ? Kita lihat saja, turbin generator untuk pembangkit listrik, pasti memanfaatkan air terjun. Air terjun adalah air yang 'menurunkan diri' atau air yang 'ke bawah'.

Dalam kehidupan, kita akan memiliki 'energi' yang besar jika kita 'menurunkan diri' (menurunkan diri untuk urusan akhirat) dan mau 'melihat ke bawah' (melihat ke bawah untuk urusan keduniaan).


'Menurunkan diri' artinya kita memiliki kesadaran akan kurangnya hidup penuh amalan hasanah (ibadah mahdah dan ghairu mahdah). Sehingga terpacu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitasnya.

'Melihat ke bawah' artinya ketika urusan kehidupan keduniaan (harta, tahta) kita melihat kepada manusia yang berada di bawah. Sehingga terpacu untuk mensyukuri atas apa yang telah Tuhan berikan.

Kedua sifat di atas akan menghadirkan energi sedahsyat energi air terjun. Energi disini adalah sebuah dorongan kekuatan untuk lebih bersemangat dan optimis dalam menapaki hidup dan kehidupan (khususnya dalam 'beribadah' kepada-Nya). Ia adalah sifat penuh kesyukuran atas apa yang didapatkan dari Tuhan. Biasanya, kesyukuran mendatangkan nikmat (energi) yang lebih.

Selain itu, bukankah air terjun akan terlihat lebih indah jika dibandingkan dengan air yang mengalir datar? Begitulah hidup kita juga akan 'indah' ketika kita meng-konsisten-kan diri untuk memiliki sifat 'kurang' untuk urusan akhirat, dan 'lebih' untuk harta keduniaan.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Sabtu, 11 Februari 2012

Pohon Tua



Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya. Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu.

Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang. Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna,"
begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat,tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh. Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan,mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?” Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang.

"Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu?
Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya.
"Cittt...cericirit...cittt,” suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu...dua...tiga...dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon. Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka, akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya.

Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar. Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita.

Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah di tebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan- Nya kita karunia yang berlimpah.

Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati.

Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah,sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.

Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.



NUGROHO, Imam




View Details

Jumat, 10 Februari 2012

Pernahkah Kamu Merasa Bosan ?




Pada awalnya manusialah yang menciptakan kebiasaan. Namun lama kelamaan, kebiasaanlah yang menentukan tingkah laku manusia.

Ada seorang yang hidupnya amat miskin. Namun walaupun ia miskin ia tetap rajin membaca.

Suatu hari secara tak sengaja ia membaca sebuah buku kuno. Buku itu mengatakan bahwa di sebuah pantai tertentu ada sebuah batu yang hidup, yang bisa mengubah benda apa saja menjadi emas.

Setelah mempelajari isi buku itu dan memahami seluk-beluk batu tersebut, iapun berangkat menuju pantai yang disebutkan dalam buku kuno itu.

Dikatakan dalam buku itu bahwa batu ajaib itu agak hangat bila dipegang, seperti halnya bila kita menyentuh makhluk hidup lainnya.

Setiap hari pemuda itu memungut batu, merasakan suhu batu tersebut lalu membuangnya ke laut dalam setelah tahu kalau batu dalam genggamannya itu dingin-dingin saja.

Satu batu, dua batu, tiga batu dipungutnya dan dilemparkannya kembali ke dalam laut.

Satu hari, dua hari, satu minggu, setahun ia berada di pantai itu.

Kini menggenggam dan membuang batu telah menjadi kebiasaannya.

Suatu hari secara tak sadar, batu yang dicari itu tergenggam dalam tangannya. Namun karena ia telah terbiasa membuang batu ke laut, maka batu ajaib itupun tak luput terbang ke laut dalam.

Lelaki miskin itu melanjutkan ‘permainannya’ memungut dan membuang batu. Ia kini lupa apa yang sedang dicarinya.

Teman, pernahkah kita merasakan kalau hidup ini hanyalah suatu rentetan perulangan yang membosankan? Dari kecil, kita sebenarnya sudah dapat merasakannya, kita harus bangun pagi-pagi untuk bersekolah, lalu pada siangnya kita pulang, mungkin sambil melakukan aktifitas lainnya, seperti belajar, nonton TV, tidur, lalu pada malamnya makan malam, kemudian tidur, keesokkan harinya kita kembali bangun pagi untuk bersekolah, dan melakukan aktifitas seperti hari kemarin, hal itu berulang kali kita lakukan bertahun-tahun !! Hingga akhirnya tiba saatnya untuk kita bekerja, tak jauh beda dengan bersekolah, kita harus bangun pagi-pagi untuk berangkat ke kantor, lalu pulang pada sore/malam harinya, kemudian kita tidur, keesokan harinya kita harus kembali bekerja lagi, dan melakukan aktifitas yang sama seperti kemarin, sampai kapan?
Pernahkah kita merasa bosan dengan aktifitas hidup kita?

Kalau ada di antara teman²ku ada yang merasakan demikian, dengarkanlah nasehatku ini :
“Bila hidup ini cuman suatu rentetan perulangan yang membosankan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk menemukan nilai baru di balik setiap peristiwa hidup.”
Artinya, jangan melihat aktifitas yang kita lakukan ini sebagai suatu kebiasaan atau rutinitas , karena jika kita menganggap demikian, maka aktifitas kita akan amat sangat membosankan !!

Cobalah maknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, mungkin kamu akan menemukan suatu yang baru, sesuatu yang belum pernah kamu ketahui sebelumnya, “Setiap hari merupakan hadiah baru yang menyimpan sejuta arti.”

Salam SuksesBahagia !!!

NUGROHO, Imam

(dari berbagai sumber inspirasi)



View Details
 

Labels

Popular Posts