• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts

Selasa, 29 Mei 2012

Gaga dan Logika Gagap


Syukurlah, akhirnya Lady Gaga tidak jadi konser di Indonesia setelah manajemen Gaga sendiri yang membatalkan konser tersebut. Bisa jadi, ada beberapa pihak yang menghembuskan nafas lega karena tidak perlu memutuskan apa-apa. Apalagi, Dubes AS sampai turun tangan menemui DPR dan Polri, mendorong agar izin konser diberikan. Sudah bisa dibayangkan, bagaimana sulitnya posisi para pengambil keputusan itu. Diizinkan, banyak yang akan marah. Tidak diizinkan, Bos Besar sudah turun tangan.

Namun tidak berarti masyarakat Indonesia yang peduli pada keselamatan anak-anak dan keluarga bisa bernafas lega. PR besar masih menanti karena sejatinya, bukan keseronokan Lady Gaga saja yang menjadi sumber keprihatinan kita semua, melainkan skenario besar di balik ini semua. Pornografi dan homoseksualitas yang dipropagandakan, bukanlah letupan ekspresi seni orang per orang, namun sudah menjadi sebuah jejaring serangan budaya terhadap bangsa kita, apapun agamanya. Tetapi betapa banyak dari kita yang abai dan tertipu oleh logika-logika yang salah kaprah.

Saya mencatat beberapa logika yang dikemukakan orang-orang di internet seputar kontroversi Gaga. Memang Gaga tidak jadi datang. Tapi, kesalahan logika ini bisa dipastikan akan kembali terulang untuk kasus-kasus lainnya. Karena itu, saya merasa perlu menulis kritik terhadap logika gagap ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Di antara logika gagap yang disampaikan terkait Gaga:

Mengapa sih polisi dan ulama heboh mengurusi Lady Gaga? Urusin hal lain sajalah! Masih banyak hal lain yang lebih penting diurusi!

Dangdut koplo merajalela, yang nonton lebih banyak daripada yang mampu datang ke konser Lady Gaga. Mengapa polisi dan ormas-ormas tidak mengurusi itu semua dan cuma meributkan Gaga? Toh yang nonton Gaga Cuma sedikit!

Gara-gara protes keras ormas-ormas radikal, Gaga malah semakin ngetop. Orang-orang yang tadinya tidak kenal Gaga akhirnya jadi tahu dan malah semakin banyak yang mengakses you tube-nya. Ini justru jadi promosi gratis buat Gaga. Sebaiknya gunakan cara-cara ilmiah, damai, dan simpatik!

Sebelum saya menjawab argumen di atas, saya mau membawakan analogi dulu. Begini, polisi menangkap si A yang korupsi 1 M. Si A marah dan berkata, “Pak Polisi! Saya ini cuma korupsi 1 M, kenapa ditangkap?! Itu si B, si C, si D, korupsinya jauh lebih besar daripada saya! Lepaskan saya, tangkap dulu mereka itu, baru Anda berhak menangkap saya!”

Menurut Anda, logiskah pembelaan yang dilakukan si A? Tidak kan? Bila Anda mengakui bahwa Gaga memang membawa misi-misi amoral (pornografi, anti-Tuhan, pro-homoseksualitas), Anda tentu setuju bila polisi dan ulama memang harus menghalangi konser Gaga di Indonesia. Perkara mengapa polisi dan ulama tidak mengurusi dangdut koplo, itu masalah lain. Seharusnya polisi dan ulama juga mengurusi dangdut koplo. Lalu mengapa mereka diam saja atas dangdut koplo? Ya tanya saja sama para polisi dan ulama itu. Tapi, yang jelas kita tidak bisa menggunakan logika ‘Anda tidak berhak menangkap si A yang korupsi 1 M karena Anda belum menangkap si B yang korupsi 2 M”.

Masalahnya berbeda jika secara esensi, Anda memang tidak mengakui amoralitas Gaga dan tidak peduli, “mau dia siapa, mau lagunya tentang apa, mau bajunya bagaimana, ya urusan dialah!” Nah, kalau Anda permisif begitu, case closed. Kita tidak akan sampai pada kesepakatan karena titik tolaknya sudah beda: saya menolak amoralitas, Anda permisif. Tapi kalau Anda permisif, Anda ‘kalah’ dengan seorang anak SMP. Anak ini, anak seorang teman saya, berkata menanggapi Gaga, “Mereka itu kan cuma suka lagu dan penampilannya, Bu. Mereka tidak tahu siapa Gaga dan apa isi lagunya.”

Bayangkan, anak SMP saja sudah memahami bahwa ada masalah besar di balik ‘sekedar konser musik biasa’.

Yang jelas, banyak pihak yang sepakat bahwa seni yang diusung oleh Gaga ataupun dangdut koplo sama-sama merusak. Ini sebenarnya aksiomatis. KPAI, komunitas parenting, psikolog, kaum agamawan, bahkan para pecinta budaya tradisional, sangat geram dengan segala macam tampilan seni yang berbau pornografis/pornoaksi. Ini karena dampaknya sudah sangat jelas dirasakan. Indonesia adalah pangakses situs porno terbanyak ke-2 di dunia. Survey KPA menemukan data bahwa 62,7% siswi SMP/SMA sudah tidak lagi perawan. Perkosaan terjadi di mana-mana. Ini semua masalah besar yang mengancam bangsa ini.

Banyak pihak yang sudah berteriak-teriak minta perhatian pemerintah, agar masalah ini diselesaikan secara mendasar. Mereka mengadakan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan parenting, dll. Tapi, gaungnya sangat kecil. Seperti kata bu Elly Risman dalam wawancara dengan Elshinta, “Kami ini sudah berusaha, tapi kami ibarat cacing yang cuma bisa menggemburkan tanah di sekitar. Perlu air hujan yang menyirami tanah secara keseluruhan. Dan air hujan itu adalah pemerintah.”

Menanggapi argumen, “sebaiknya gunakan cara-cara ilmiah, damai, dan simpatik,” saya ingin bertanya. Apakah bila protes atas kehadiran Gaga dilakukan dengan diskusi-diskusi terbatas, atau tulisan di koran, gaungnya akan sebesar sekarang? Seperti saya ceritakan di atas, sudah banyak ‘pejuang’ (misalnya bu Elly Risman bersama Yayasan Kita dan Buah Hati dan Bunda Rani Noeman) yang berusaha meminta perhatian pemerintah dan publik atas bahaya pornografi dan propaganda homoseksualitas, tapi toh gaungnya hanya dirasakan oleh kalangan terbatas.

Saya tidak sepakat dengan ancaman kekerasan yang dilakukan oleh ormas tertentu. Tapi, aksi-aksi demo beberapa ormas menurut saya bukanlah aksi kekerasan. Justru karena aksi-aksi demo itulah, kontroversi Gaga semakin mengemuka, dan itulah yang membuat kepala-kepala saling menoleh dan tersentak. Apa ini? Siapa Gaga? Apa yang membuat dia harus dilarang?

Kalaupun dikatakan aksi-aksi protes dan ancaman ormas terhadap Gaga menjadi promosi gratis bagi Gaga, sebenarnya, ini bagai pedang bermata dua. Oke, bisa saja, orang yang tidak kenal Gaga akhirnya jadi penasaran dan ingin mencari tahu. Tapi, tanpa kontroversi pun, orang yang tadinya tidak tahu Gaga juga akan tahu karena pastilah televisi juga akan menyiarkannya sebagaimana TV juga menyiarkan berita (bahkan siaran ulang) konser-konser artis lainnya. Jika tidak ada aksi-aksi protes, mereka akan tahu juga, tapi tahu tanpa wawasan. Mereka mungkin akan menerima Gaga begitu saja, tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang dipropagandakan Gaga.

Justru dengan adanya kontroversi ini, peluang untuk kembali mengangkat wacana soal moralitas, penguatan pondasi keluarga, dan diskusi anti homoseksualitas menjadi semakin terbuka. Orang-orang yang semula tidak ngeh pada kenyataan bahwa propaganda homoseksualitas sedemikian gencarnya dilakukan oleh banyak pihak, kini menjadi tersadarkan. Para orang tua yang tadinya tidak tahu dan merasa aman-aman saja mendengar nama Lady Gaga, akhirnya tahu bahwa ternyata lirik-lirik lagunya berbahaya dan bisa meracuni otak anak-anak mereka.

Di sini, saya melihat, gonjang-ganjing Gaga, meskipun di satu sisi boleh dikatakan promosi gratis bagi si Gaga, tapi di sisi lain malah membantu upaya para pendekar parenting, pemerhati budaya, kaum agamawan, dll yang selama ini dicuekin itu, untuk membangkitkan kesadaran banyak orang mengenai bahaya yang sedang mengancam generasi muda kita. Mudah-mudahan, kontroversi ini menyadarkan pemerintah juga, agar lebih aktif lagi, tidak sekedar mengomentari Gaga, tetapi juga mengambil langkah nyata, termasuk melarang pementasan artis lokal yang mengandung pornografi dan pornoaksi.

Menurut kamus, Gaga berarti 'gila, pikun, loyo, atau berotak kosong'. Mudah-mudahan, diskusi masalah Gaga ini membuat kita terhindar dari kegilaan dan kebodohan; dan mampu mengkritisi beberapa logika gagap yang dikemukakan banyak pihak atas nama kebebasan bicara dan ekspresi.

© Dina Y. Sulaeman

(sumber: Mailing-List Pembaca Asma Nadia)

View Details

Selasa, 22 Mei 2012

Catatan Pulang Kampug (bagian 2, habis)


Melewati hari ke dua di tanah kelahiran, saya tercengan dengan kehidupan di-pedesa-an (kampung). Sebagaimana saya sebutkan di artikel sebelumnya, setelah shalat subuh berjamaah, warga langsung ke tempat bekerjanya. Ada yang ke sawah, ke lading, ke pasar, dan yang lainnya.

Tampak selalu keceriaan yang menghiasi wajah mereka. Tak ada sedikitpun kegundahan jiwa, wajah bermuram durja. Mereka bahagia!

Setiap berpapasan dengan yang lain, mereka saling menyapa, menebarkan salam keselamatan. Betapa indahnya suasana itu. Bahkan, saya yang sedang duduk santai di teras rumah, di sapa oleh orang yang berada sekitar 20 meter. “Mam, kapan pulang?” Begitulah biasanya yang mereka tanyakan. Senyum lebar selalu menghiasi wajah cerianya.

Hm, di kota besar, jangankan jarak 20 meter, saling bersenggolan-pun tak ada sapaan salam keselamatan. Bahkan tidak jarang menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil, hanya karena kendaraannya terserempet kendaraan lain. Memang di kota berbeda jauh kehidupannya. Namun, bukankah warga kota juga berasal dari desa?

Dari desa-lah, saya punya hipotesa sederhana, jalan bahagia itu ada di desa. Ya, bahagia adalah jalan kehidupan, bukan tujuan. Disaat jalan ke-bahagia-an yang dilewati, disanalah keberkahan melimpah. Wajar jika, orang-orang desa jarang terkena penyakit keras, karena jiwanya tenang, jiwanya nyaman, di jalan ke-bahagia-an.

Sahabat,

Mari kita belajar dari kehidupan masyarakat desa yang penuh cinta kasih dan keselamatan. Rukun dan tenteram. Ceria dan bahagia. Dan hidup-pun semakin bermakna.



Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Senin, 21 Mei 2012

Catatan Pulang Kampung (bagian 1)


Pulang ke tanah kelahiran, desa Ciporos, Kecamatan Karang Pucung, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, merupakan pengalaman tersendiri bagi saya, terutama Zyra, anak pertama saya yang berumur dua bulan. Ya, meskipun baru berumur dua bulan, Zyra menunjukkan antusiasme yang positif. Alhamdulillah, selama perjalan menggunakan bus, Zyra tidak rewel, hanya sesekali menangis karena kehausan. Padahal, perjalanan sampai 8 jam.

Mengapa dikatakan pengalaman tersendiri? Bukankah pulang kampung itu sesuatu yang biasa? Memang, pulang kampung adalah hal yang biasa dilakukan bagi orang yang merantau ke kota. Namun bagi saya, ini adalah pengalaman berharga, saya sering mendapatkan pelajaran di saat berada di tanah kelahiran, di kampung halaman.

Aha, pelajaran? Ya, pelajaran. Saya mendapatkannya dari orang-orang kampung di desa. Ketika orang-orang di desa pagi-pagi pergi ke surau untuk berjamaah Subuh, saya mendapatkan pelajaran kalaulah hari-hari kita harus di awali dengan ibadah dan kebersamaan. Apalagi, selepas shalat subuh berjamaah, orang-orang biasanya langsung menyampaikan agendanya hari itu. Ada yang akan pergi ke pasar, ada yang ke sawah, ada yang kebun, dan lain sebagainya. Artinya adalah penting bagi kita untuk membuat agenda harian dan menyampaikannya kepada orang-orang tertentu. Tujuannya? Adalah untuk saling memberikan motivasi dan masukan-masukan. Misalkan, percakapan yang saya dapatkan pagi itu,

“Hari ini masih ke sawah?” sapa seorang ibu kepada temannya.

“Iya, masih ada garapan yang harus diselesaikan sekarang.” Jawab ibu tersebut.

“Biar cepet ajak bu Nok saja, dia suka bantu-bantu tuh. Terus rajin kerjanya. Lumayan kan,“

“Wah, bener juga ya...“

Nah, percakapan tersebut memiliki muatan solusi atas permasalahan orang lain. Wuihh, indahnya kebersamaan kehidupan di desa. Selain itu, kepedulian yang diberikan terhadap orang lain, akan memberikan kerukunan dan ikatan emosional yang positif dalam kehidupan bermasyarakat. Bagaimana dengan di kota?

Terus, sebagaimana saya sebutkan di atas, kita perlu merumuskan agenda harian. Sehingga hidup terasa lebih bermakna. Ada disekian banyak orang, membiarkan hari-hari yang dilewatinya tanpa sesuatu yang bermakna. “Ah, yang penting bisa makan hari ini.“ Begitu kira-kira yang ada dalam benaknya. “Pokonya hari ini ke kantor seperti biasa, entah mau ngerjain apa, bagaimana nanti saja.“ Pikir orang-orang yang sehari-harinya melakukan rutinitas pergi ke kantor.

Salahkah mereka yang menjadikan hidupnya sebagai sebuah rutinitas harian belaka? Tidak juga, hanya, mereka adalah tipe manusia yang tidak akan sukses dalam hidupnya. Lho kok? Ya, karena mereka tidak punya target pencapaian yang terukur. Mereka terjebak dalam rutinitas kesehariannya.

Sahabat,

Masih banyak pelajaran lain yang saya dapatkan selama saya pulang ke tanah kelahiran. Kita lanjutkan di artikel selanjutnya ya ...


Salam SuksesBahagia!!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Rabu, 16 Mei 2012

Mensyukuri Kekurangan

Seusai akad nikah, sang mertua memanggil mempelai pria (yang sudah menjadi menantunya) untuk memberikan nasehat-nasehat rumah tangga.

“Menantuku, kamu pasti sangat mencintai putriku kan ?”

“Ya iyalah dong pak…. Makanya saya menikahinya.”

“Dan kamu juga berpikir bahwa putriku adalah perempuan yang paling hebat.”

“So pasti, itulah mengapa saya memilih putri bapak !” jawab mempelai pria dengan agak kesal, karena mertuanya menanyakan sesuatu yang kurang berbobot (begitu pikirnya).

“Itulah yang kamu rasakan semenjak mengenal putriku hingga menikahinya. Kamu melihat putriku adalah perempuan luar biasa, cantik, penyayang, penyabar, dan shalihah. Namun perlu kamu ingat menantuku, bahwa beberapa tahun kedepan, kamu akan melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada putriku. Saat kamu menyadarinya, saya ingin kamu ingat bahwa : 

JIKA DIA TIDAK PUNYA KEKURANGAN-KEKURANGAN ITU, MENANTUKU, DIA MUNGKIN SUDAH MENIKAH DENGAN ORANG LAIN YANG JAUH LEBIH BAIK DARI KAMU !!!”

Sahabat SuksesBahagia,

Kita harus bersyukur atas kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh pasangan kita. Karena jika pasangan kita tidak memiliki kekurangan-kekurangan itu, sudah sejak dari awal mereka telah menikah dengan orang yang lebih baik dari kita. Jadikanlah kekurangan itu sebagai cermin untuk memperbaiki diri kita.

Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho
Mindseter SuksesBahagia





Diambil dari, “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” karya Ajahn Brahm

View Details

Senin, 14 Mei 2012

E=mc2 Kehidupan


Manchester City, akhirnya menjadi juara liga Inggris 2011/2012, setelah mengalahkan QPR 3-2. Dari pertandingan semalam, MC memang layak menjadi juara. Dalam waktu 5 menit (injury time), mereka mampu membalikkan keadaan setelah 90 menit skor pertandingan 1-2 dari QPR. Gol Dzeko dan Aguero, di 5 menit terakhir adalah “gol penyelamat” yang datang di saat yang tepat.

Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari pertandingan semalam?

Di artikel-artikel sebelumnya, secara detail telah saya paparkan beberapa hikmah yang bisa kita dapatkan dari pertandingan sepak bola. Nah, pada kesempatan kali ini, ada hal lain yang ingin saya sampaikan, mengenai sudut pandang lain dari pertandingan semalam.

Sahabat,

Kita telah mengenal rumus Einstein tentang energi, yaitu E=mc2. Nah, pertandingan semalam, adalah aplikasi dari rumus tersebut di lapangan untuk meraih kemenangan. Ya, energi dahsyat yang dimiliki para pemain MC lah yang menjadikan mereka layak menjadi pemenang. Energi dahsyat tersebut adalah formula dari Motivasi (m) x Confidence (c) x Calm (c).

Motivasi adalah penggerak utama untuk terwujudnya sebuah visi. Ia lah ruh yang telah menggerakan semua sendi-sendi. Kita perhatikan, selama 90 menit (+5), pemain MC tidak kendur atau mengurangi motivasinya untuk menjadi juara. Selama peluit panjang belum berbunyi, maka tidak ada kata mundur dari laga.

Begitulah kiranya dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, motivasi adalah nafas utama untuk meraih hidup SuksesBahagia. Telah begitu banyak para motivator membahas pentingnya motivasi dalam kehidupan. Namun, banyak pula manusia yang motivasinya selalu padam tiada menyala, menerangi jalan gelap kehidupan.

Apa masalahnya? Masalahnya adalah tidak adanya kesadaran diri. Ya, kesadaran diri adalah sumbu utama motivasi hidup yang telah Tuhan tanamkan dalam diri manusia. Kesadaran diri dalam hal apa? Kesadaran diri dalam hal, kalaulah kehidupan kita ini harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan, kelak di hari akhir. Kesadaran tanggungjawab atas hidup yang Tuhan titipkan. Inilah kesadaran IMAN yang kemudian terealisasi dalam pakaian TAKWA.

Confidence (percaya diri) adalah hal kedua yang dimiliki oleh pemain MC. Eitts, percaya diri bukan berarti sombong. Percaya diri adalah bentuk penghargaan tertinggi terhadap diri sendiri, kalaulah diri ini memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang ada. Toh Tuhan telah menganugerahi kita (manusia) kelebihan dibandingkan dengan mahluk yang lainnya.

Maka, dalam proses menjalani hidup bahagia, PeDe mutlak harus kita miliki. PeDe jika masalah yang hadir dalam hidup itu tidak lebih tinggi dari diri ini. PeDe jika Tuhan telah memberikan masalah dan menyiapkan solusinya.

Calm (tenang) adalah hal ke tiga yang juga dimiliki oleh pemain MC. Mereka cukup bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam “membobol” pertahanan QPR. Ketenangan adalah energi terdahsyat. Ingat dengan pepatah “air tenang menghanyutkan” bukan? Itulah dampat dari ketenangan yang optimal. Maka perlu sebuah ketenangan jiwa dalam proses pencapaian-pencapaian hidup.

Sahabat,

Yuk kita belajar dari MC untuk meraih impian indah. Milikilah energi yang berbahan bakar Motivasi, Kepercayaan Diri, dan Ketenangan. Dan, mohonlah kepada Tuhan kekuatan dalam membakar energi diri untuk bangkit dari keterpurukan. Ah, sejujurnya, tidak ada keterpurukan hidup, hanya mindset kitalah yang mengatakan kalaulah hidup ini terpuruk.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Rabu, 09 Mei 2012

Kekuatan Memaafkan


Saya mendapatkan kisah ini dari seorang teman, yang mungkin diantara rekan-rekan juga, sudah ada yang pernah tahu. Kisah ini menceritakan dua sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir.

Di tengah perjalanan, keduanya bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang terkena tamparan merasa sakit hati, lelu tenpa berkata-kata dia menulis sesuatu di atas pasir :

HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU

Keduanya terus berjalan hingga tiba di sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untu tuk mandi. Orang yang pipinya terkena tamparan dan terluka hatinya mencoba untuk berenang, namun ia nyaris tenggelam. Keberuntungan masih berpihak kepadanya, karena sahabatnya berhasil menyelamatkan dirinya. Ketika sudah tenang, ia menulis sesuatu pada sebuah batu :

HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELEMATKAN NYAWAKU

Orang yang telah menampar dan menolong sahabtnya bertanya,”Mengapa setelah saya melukai hatimu, engkau menulis di atas pasir dan mengapa setelah saya menolongmu, engkau menulis sesuatu di atas batu?”

Sang sahabat menjawab sambil tersenyum, “Ketika seorang sahabat melukaiku, kita harus melukiskannya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan jika sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita agar tidak bisa hilang tertiup angin.”

Sahabat,

Dalam sebuah lingkungan kerja, perselisihan, beda pendapat, pertengkaran kecil adalah hal yang biasa dengan catatan masih dalam batas kewajaran, dan jangan sampai menimbulkan dendam. Karena jika dendam terpelihara, akan menggergoti produktivitas dalam bekerja. Biasanya ketika ada rasa dendam pada seseorang, akan menimbulkan rasa malas, capek, dan kebuntuan dalam kreatifitas. Padahal dalam lingkungan kerja, sangat diperlukan kreatifitas dan kerja sama agar produktivitas tim dapat tercapai.

Kita membutuhkan energi besar untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Motivasi internal akan tumbuh dalam hati yang selamat (qalbun salim) dan hati yang mudah memaafkan jauh dari dendam. Dengan memaafkan orang lain, hati akan menjadi tenang dan energy kita tidak habis untuk memikirkan orang lain. Bahkan, kita akan memiliki cadangan energy untuk meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi dalam bekerja. Kekuatan ini bisa berguna untuk menjadi daya dorong kita dalam mengejar peluang dan menindaklanjuti prospek yang lebih cerah lagi dikemudian hari.

Sahabat,

Atau mungkin juga kita pernah merasa tersakiti oleh atasan kerja. Kita di rotasi pada bidang di luar minat, di demosi, di asingkan, dan bentuk-bentuk lain yang menyebabkan hati kita tersakiti. Maka sekali lagi kenanglah di atas pasir, agar sakitnya tidak lama dan kita dengan legowo memaafkan atasan kita. Toh kita juga harus berfikir positif bahwa apa yang dilakukan atasan adalah untuk kebaikan sebuah tim. Jangan di ukir di hati, dan biarkan dia akan terbawa oleh angin maaf yang sangat menyejukkan jiwa.

Jiwa yang sejuk, hati yang bersih akan menumbuhkan keikhlasan dalam bekerja. Artinya kita bekerja bukan untuk seseorang, tapi kita bekerja untuk Tuhan dan untuk kemenangan bersama. Biarkan Tuhan yang menilai kita dalam bekerja.

Sahabat,

Pun dalam proses kehidupan ini, sebagai manusia sosial, tentu kita tidak bisa “terlepas“ dari ikatan hubungan dengan orang lain. Adakalanya, kita merasa “tersakiti“ atau “menyakiti“ orang lain. Disinilah pentingnya mental “memaafkan“ dengan bijak atas kesalahan-kesalahan orang lain kepada diri kita. Sungguh, seyognyanya, disaat kita memaafkan orang lain disanalah ada kebahagiaan buat jiwa.

Satu hal lagi, memaafkan pada dasarnya bukan memberi, tapi melepaskan. Ya, melepaskan energi negatif yang menyelimuti jiwa. Jiwa yang terbebas dari energi negatif, adalah jiwa yang siap dengan jalan kebahagiaan. Jiwa yang terbebas dari energi negatif adalah jiwa yang bersih.

Dan yang lebih penting lagi, jiwa yang bersih akan selalu mengingat kebaikan orang lain dan berfikir positif. Memaafkan menjadi salah satu energi untuk melonjakkan prestasi kita dalam kehidupan ini. Maka, luangkanlah waktu untuk sekali lagi memikirkan orang yang pernah kita benci atau pernah menyakiti. Ingatlah kata-kata mereka yang menyakitkan, dan kemudian tenangkan batin kita. Katakan dalam hati dengan sekeras-kerasnya, “Aku telah memaafkanmu!!!”



Salam SuksesBahagia!!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Senin, 07 Mei 2012

Memaknai Keluarga

Saya mendapatkan artikel di bawah ini, dari e-mail saudara Pramono Dewo. Sesaat, setelah saya membacanya, bergetar jiwa ini, betapa keluarga adalah sebuah amanah besar, dan jika kita mampu menjalankan amanah itu, kita akan mendapatkan keberkahan dan ridho dari-Nya. Selain itu, artikel di bawah ini, juga memberikan kesadaran, akan arti pentingnya sebuah keluarga. Selamat membaca :

Memaknai Keluarga

Bill Havens, seorang pendayung hebat berkaliber Internasional dalam masa karantinanya menjelang piala dunia mendayung, menerima berita bahwa istrinya akan segera melahirkan. Setelah mendengar kabar tersebut ia memilih untuk pulang & tidak mengikuti kejuaraan dunia & memutuskan untuk menunggui istrinya yg akan melahirkan.

Belasan tahun kemudian th 1952, Bill menerima telegram dari putranya, Frank yang pada saat itu baru saja memenangkan medali emas cano 10.000 meter pada Olimpiade di Finlandia. Telegram itu isinya:

"Ayah, terimakasih karena telah menunggu kelahiran saya. Saya akan pulang membawa medali emas yg seharusnya ayah menangkan beberapa tahun yg lalu. Anakmu tersayang, Frank..."

Dari kisah diatas kita bisa belajar bagaimana kehadiran keluarga berdampak sangat besar bagi anggota keluarga tersebut. Theodore Roosevelt, mantan Presiden AS berkata: "Aku lebih suka melewatkan waktu bersama dengan keluargaku daripada dengan petinggi-petinggi dunia manapun.

Sahabat...


Pada akhirnya kita akan sampai pada suatu titik dimana pada dasarnya semua yg kita lakukan, semua jerih lelah kita dalam pekerjaan, semua untuk mereka, keluarga yang kita cintai. Pada akhirnya kita akan menemukan bahwa jabatan, prestasi, & promosi tidaklah seberarti kebersamaan diantara keluarga.

Jadi relakah saudara menukar kehangatan dalam keluarga anda dgn kesibukan dalam pekerjaan anda yg mungkin sudah sangat berlebihan? Selalu ada hasil yg terbaik dari kerja keras yg terbaik pula

Jika Anda Marketer : Keluarga adalah nasabah utama Anda.

Jika Anda karyawan : Keluarga adalah boss Anda sesungguhnya.

Jika Anda investor : investasi yg paling berharga adalah nilai-nilai yang Anda tanam dalam keluarga Anda.

Pastikan ketika anda diposisi puncak gunung kesuksesan, Anda mengibarkan bendera kemenangan dengan pelukan keluarga disekitar Anda, dan bukan dalam keadaan mereka tertinggal dibawah sambil mereka menangis karena kehilangan Anda.

Keluarga.... sebuah ikatan yang akan menguatkan kekuatan-kekuatan kita dan melemahkan keadaan-keadaan yang  ingin melemahkan kita ...

"Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yunin waj-’alna lil-muttaqina imama..."

Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. 

(QS. Al-Furqan: 74)


Barakallah fiikum...
Pramono Dewo



Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Jumat, 04 Mei 2012

Manusia, Mahluk Yang Sempurna

Tersebutlah seorang pria yang sedang meratapi nasib hidupnya, yang tak kunjung keluar dari lubang penderitaan. Ia membenci hidupnya. Ia membenci dirinya sebagai manusia. Ia menganggap dirinya hanyalah sebagi sampah yang tidak berarti.

Suatu hari, tatkala ia sedang duduk di teras rumahnya, ia melihat matahati yang bersinar terang. “Ah, alangkah senangnya menjadi matahari. Dinanti kehadirannya setiap hari. Wah, aku mau berubah menjadi matahari saja.” pikirnya. Dan ajaib, pikiran lamunannya menjadi kenyataan, ia pun menjadi matahari.

Satu sampai tiga hari menjadi matahari, terasa sangat bahagia. Hari-harinya penuh dengan senyuman kegembiraan. Hari ke empat, mulai ia merasakan kejenuhan. Terlebiih, ketika musim berganti menjadi penghujan, sering ia tertutupi oleh awan hitam, hingga sinarnya tidak sampai di bumi. Maka ia menginginkan untuk berubah menjadi awan. Dan, seperti keajaiban yang pernah ia peroleh, ia pun menjadi awan hitam.

Menjadi awan tebal dan hitam, membuat ia bergembira karena bisa mengahalangi sinar matahari. Namun tiba-tiba ia merasa terombang-ambing. Maka ia pun mencari penyebabnya. Ternyata, yang membuatnya terombang-ambing kesana-kemari adalah angin. Setelah mengetahui angin bisa membuat awan terbang tidak karuan, ia beraharap bisa menjadi angin. Dan, ia pun berubah lagi menjadi angin.

Gagah dan sombong ia tunjukkan dirinya setelah menjadi angin. Tidak hanya awan yang ia goyangkan, benda-benda lain pun sanggup ia terbangkan. Wuihhh, bahagianya ia mengetahui dirinya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.

Dalam kesombongannya terbang kesana-kemari dengan mendorong barang-barang berbobot, tiba-tiba ia terhentikan oleh dinding yang sangat kuat. Ia mengeceknya. Dan ia dapati, berdiri kokoh didepannya sebuah gunung tinggi menjulang. Ia berpikir, “Ah, ternyata angin kalah sama gunung. Coba saya menjadi gunung.” Kontan, ia pun berubah lagi menjadi gunung.

Benar, setelah menjadi gunung, angin sebesar apapun tidak mampu merobohkannya, bahkan menjadikan angin kembali menyerang balik dirinya. Ia gembira, merasa dirinya hebat, tak terkalahkan, ia mencintai dirinya sebagai gunung.

Adalah seekor landak yang memiliki kebiasaan melubangi tanah. Maka, landak mampu menjadikan tanah berlubang besar. Dan ketika lubang landak ciptakan di setiap lereng gunung, maka robohlah gunung itu. Gunung merasa dirinya terancam kembali. Ia merasa dirinya tidak berguna. Ia ingin menjadi landak yang mampu melubangi gunung, hingga gunung roboh, sehingga dialah yang terkuat.

Tapi landak hanyalah seekor hewan kecil. Dengan mudahnya landak ditangkap manusia. Baik untuk peliharaan, atau untuk dimusnahkan. Setelah ia merenung, ternyata, manusialah mahluk yang paling “hebat” di muka bumi ini. Manusialah yang paling berkuasa. Maka, tidaklah pantas untuk meratapi hidup dan kehidupan yang telah Tuhan berikan. Adapun masalah dan cobaan hidup, adalah sarana untuk menjadikan manusia semakin tangguh. Ketika manusia tangguh, ia akan mampu menaklukan matahari, awan, angin, gunung, dan landak.

Sehingga, pria tersebut bertaubat dan berjanji untuk tidak membenci dirinya. Ia bangkit dari masalah hidupnya. Ia mencintai dirinya. Ia mengoptimalkan potensi yang Tuhan berikan kepadanya. Ia tersadar, manusia adalah mahluk yang diciptakan dengan kesempurnaan. Masalah dan cobaan hidup, adalah bagian dari kesempurnaan itu sendiri.

Wallahua’lam …



Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Kamis, 03 Mei 2012

Mengubah Paradigma Menuju Hidup SuksesBahagia

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubahnya sendiri.”

(Q.S. Ar-Ra’du [13] : 11)


Ayat di atas mengisyaratkan kepada kita, jika diri kita berperan sebagai bentuk ikhtiar dalam mengubah nasib hidup. Ketika hidup Anda terasa menderita, maka Anda bisa mengubahnya menjadi bahagia. Ketika hidup Anda penuh masalah, maka Anda bisa mengubahnya menjadi anugerah. Disini bukan berarti kita “mencampuri” kehendak-Nya, tapi sebagai bentuk “syukur” atas segala kesempurnaan yang telah Allah berikan, yaitu akal atau pikiran.

Maksudnya adalah dengan optimalisasi pikiran ke arah yang positif, kita bisa mengubah sesuatu yang tampaknya buruk menjadi baik, sesuatu yang tampaknya masalah menjadi anugerah. Ya, persis dengan ayat 11 dari surat Ar-Ra’du di atas dan kita mengawali perubahan diri dari pikiran kita, sudut pandang kita, mindset kita dalam memandang setiap persoalan dan masalah hidup.

Sahabat,

Untuk lebih jelasnya, saya akan menyampaikan sebuah cerita, yang dengannya semoga Anda bisa lebih memahami, bahwa mengubah pikiran ke arah yang positif akan membawa kepada jalan kebahagiaan hidup. Ya, bahagia adalah sebuah jalan atau metode dalam hidup menuju kesuksesan.

Tersebutlah seorang wanita tua yang selalu merasa menderita. Hari-harinya adalah lamunan kesedihan dan penderitaan. Wajahnya muram tak ada gairah hidup. Hingga pada suatu hari, lewatlah seorang pemuda di depan rumahnya, dan mendapati wanita itu sedang bersedih menitikkan air mata. Maka, bertanyalah pemuda itu, “Wahai ibu, apa yang sedang kau sedihkan?”

Wanita itu menjawab, “Saya bersedih karena memikirkan anak sulung saya.”

“Lho, memang kenapa dengan putrid sulung ibu?” tanya pemuda itu lagi.

“Saya memiliki dua orang putri. Yang sulung berjualan payung dan yang bungsu berjualan sepatu kain. Jika sedang musim hujan, maka saya besedih memikirkan si bungsu karena tentu sepatu kainnya tidak laku, dan jika musim kemarau seperti sekarang ini, saya bersedih memikirkan si sulung karena tentu payungnya tidak laku terjual.” Jelas wanita itu.

“Oh, bagaimana jika ibu mengubah sudut pandang dalam melihat kejadian itu? Cobalah ibu melihat kebahagiaan dan kegembiraan yang dirasakan si bungsu ketika musim kemarau tiba seperti sekarang, dan melihat kebahagiaan si sulung ketika musim penghujan.” Pemuda itu memberikan nasehat.

Maka, wanita itu pun melakukan apa yang disarankan kepadanya. Sekarang dia tidak lagi besedih karena terbayang olehnya kegembiraan putri bungsunya yang menjual sepatu kain. Dan pada saat musim penghujan, dia bergembira karena memastikan putri sulungnya laku dalam menjual payung.
Sahabat,

Semoga tulisan sederhana ini bisa memberikan inspirasi untuk hidup lebih SuksesBahagia. Amiin …


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Rabu, 02 Mei 2012

Pendidikan Diri, Itu Yang Utama


Hari ini, tanggal 2 Mei, diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Sebagaimana kita ketahui, tanggal 2 Mei adalah tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar menyampaikan trilogi pendidikan, yaitu: Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karasa, dan Tut Wuri Handayani. Namun dalam perjalanannya, hingga saat ini trilogi tersebut hanya sebuah pajangan sejarah belaka.

Lebih parahnya lagi, saya pernah membaca sebuah artikel di Eramuslim, trilogi tersebut ternyata tidak jelas landasan pijakannya dan dalam konteks apa. Maka sepertinya kini saatnya kita melakukan re-mindset pendidikan.

Sahabat,

Tarbiyah bukan segala-galanya, namun segala-galanya memerlukan tarbiyah.Kalimat ini sangat terkenal dikalangan aktivis pergerakan tarbiyah. Ya, tarbiyah dalam konsep sederhananya bermakna pendidikan. Sehingga, pendidikan bukan segala-galanya, namun segala-galanya memerlukan pendidikan. Pertanyaannya, dari mana pendidikan itu dimulai dan tentang apa?

Pendidikan seyogyanya di mulai dari rumah tangga (keluarga). Sehingga kita harus membangun sebuah keluarga yang tangguh. Keluarga yang terang karena ada cahaya ilmu. Keluarga dengan gaya sekolah dan masjid.

Maka sebagai orang tua, adalah berkewajiban mutlak untuk menjadikan anak-anaknya haus akan ilmu dan juga indah dengan hiasan ahlak. Betapa Islam telah memberikan jalan yang jelas, baik lewat firman-Nya atau tauladan nabi-Nya. Perhatikanlah masa-masa pertumbuh kembangan anak. Disanalah kita akan mendapatkan usia emas seorang anak. Tanamkan nilai-nilai, tanamkan ahlak, tanamkan rasa haus akan ilmu dan belajar.

Istri saya, telah mengajak anak saya (Zyra yang baru berusia dua bulan) berbicara. Setiap dia bangun pagi, istri saya langsung berkata, “Assalamu’alaikum Zyra, hari baru  untuk kamu nak, ayo semangat!” dan hal ini hamper ia lakukan setiap pagi. Mungkin terdengar aneh. Tapi ternyata, ketika istri saya dengan kasih sayangnya “mendidik” lewat “bicara”, anak saya yang baru dua bulan sudah aktif merespon orang lain dengan ocehan yang lucu dan menggemaskan. Padahal kata dokter, baru di usia empat bulan bayi bisa merespon dengan aktif dunia luar disekitarnya.

Itu adalah contoh. Langkah pertama pendidikan di keluarga. Untuk selanjutnya orang tua harus konsisten mendampingi masa perkembangan anak.

Adapaun yang utama dan pertama ditanamkan dalam konsep pendidikan adalah tentang ahlak. Ya, ahlak. Sebagaimana Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan ahlak. Ahlak dalam hal apa? Ahlak kepada Tuhan (tauhid), ahlak kepada Rasul, ahlak kepada diri sendiri, dan ahlak kepada orang lain (termasuk didalamnya orang tua), serta ahlak kepada alam sekitar.

Sahabat,

Bagi yang belum bekeluarga, maka pendidikan kepada anak dimulai dengan “cara” Anda ketika hendak membangun keluarga itu sendiri. Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Ketika Anda asal-asalan ketika memilih calon pasangan, maka anak yang terlahirpun “asal-asalan” jadi. Maka carilah pasangan yang ideal dengan cara meng-ideal-kan diri sendiri terlebih dahulu. Mengapa? Karena, perempuan yang baik akan mendapatkan pasangan suami yang baik, dan lelaki yang baik juga akan mendapatkan pasangan istri yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, yang tidak baik akan mendapatkan yang tidak baik pula.

Oleh karena itu, siapkan diri Anda untuk menjadi laki-laki atau perempuan yang layak mendapatkan pasangan hidup yang ideal. Karena dari sanalah awal pendidikan keluarga Anda dimulai.

Sahabat,

Pendidikan adalah kunci keberhasilan hidup. Maka, marilah moment peringatan hari pendidikan ini, kita lakukan dengan kembali “mendidik“ diri, untuk menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, yang akan menciptakan keluarga-keluarga yang tangguh, masyarakat  yang tangguh, dan ummat yang tangguh pula.



Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Selasa, 01 Mei 2012

May Day : Peringatan Optimalisasi Diri


Anda pernah main catur? Ya, dalam permainan catur, ada pion, ada kuda, ada benteng, ada mantri, dan yang pasti ada raja. Nah, untuk memenangkan permainan catur, biasanya yang dijadikan umpan terlebih dahulu adalah pionnya, ya kan? Jarang atau bisa dikatakan tidak pernah, yang dijadikan umpan itu benteng atau mantrinya. Namun demikian, ada juga pion yang pada akhirnya bisa berubah menjadi kuda, benteng, dan mantri, yaitu pion yang terus melaju hingga ke pertahanan lawan.

Dalam sebuah perusahaan-pun, sebenarnya ada kemiripan dengan permainan catur. Karyawan biasa diidentikan dengan pion. Karyawan yang punya jabatan tertentu (bisa supervisor, manajer, senior manajer) diidentikkan dengan kuda, mantri, atau benteng. Dan owner atau presdirnya diidentikan dengan raja.

Nah, ada kalanya sebuah perusahaan mengalami masa “paceklik“ sehingga akan melakukan yang namanya efisiensi anggaran dengan mem-PHK karyawannya. Pertanyaan saya, siapa yang akan di PHK pertama kali? Karyawan biasa, para supervisor, atau manajer, atau mungkin prosdir nya? Semua jawaban pasti rata-ratanya adalah karyawan biasalah yang akan dijadikan “umpan“ penyelematan perusahaan, dengan di PHK. Baru kemudian jika perlu para supervisor, manajer, atau senior manajer yang ada di perusahaan itu.

Namun ada juga karyawan biasa yang tetap dipertahankan. Yaitu mereka yang memiliki skill, knowledge, dan attitude yang baik selama bekerja, merekalah karyawan yang berkualitas dan berpotensi. Merekalah “the Star“ di perusahaannya, yang pada gilirannya akan menududuki puncak manajemen di perusahaannya.

Sahabat,

Dari cerminan di atas, May Day, yang katanya adalah hari buruh sedunia, seyogyanya diisi dengan tuntutan kepada mereka yang hanya mau menjadi karyawan biasa-biasa saja. Agar menjadi luar biasa, dengan optimalisasi potensi dan kualitas diri.

Tuntutan yang selama ini disuarakan, tidaklah sesuatu yang mendasar. Mengapa? Karena tuntutan itu hanya sebuah bentuk “penghambaan diri“ terhadap gaji dan pendapatan atas pekerjaan yang dilakukan. Sebagai contoh, kenaikan gaji. Apakah ketika gaji naik potensi dan kualitas mereka juga “naik“ ? Yang saya perhatikan, kenaikan gaji yang mereka dapatkan, hanya menjadikan mereka semakin konsumtif belaka. Bukan berarti saya tidak sependapat dengan adanya isu kenaikan upah batas minimum. Sebagai bangsa yang besar, tentu perlu ada keseimbangan pendapatan. Namun janganlah perjuangan yang dilakukan hanya berakhir dengan sesuatu yang kurang tepat atau bahkan menghadirkan masalah baru.

Maka sahabat saya yang SuksesBahagia,

Cobalah untuk menuntut ke dalam. Sudahkah potensi diri dioptimalkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas? Sungguh, Tuhan telah begitu sempurnanya membekali hidup dan kehidupan kita dengan segala potensi yang ada. Baik yang ada di dalam diri atau yang ada di luar.

Potensi yang ada di dalam diri misalnya: kecerdasan intelektual, kecerdasan fisik, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Jadikanlah kecerdasan itu untuk menunjang keberhasilan optimalisasi diri.

Potensi yang ada di luar diri misalnya: waktu. Apakah waktu kita digunakan dengan optimal sehingga tercermin dalam budaya kerja tuntas? Ataukah waktu-waktu kita di tempat kerja hanya kita gunakan untuk sesuatu yang kurang penting?

Sahabat,

Mari kita renungkan bersama. May Day adalah sebuah peringatan untuk kebangkitan buruh, karyawan, dan kita semua. Kebangkitan dari manusia biasa-biasa saja (pion) menjadi manusia yang luar biasa (benteng, kuda, mantra, atau raja).



Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia



View Details
 

Labels

Popular Posts