• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts

Sabtu, 30 Juni 2012

Hadapi, Hayati, Nikmati !


Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji lagi?

(al-Ankabut [29]: 2)

Allah menyatakan “tantangan keimanan” untuk orang-orang yang belum berhijrah ke Madinah, padahal Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallamdan kaum Muslimin telah berhijrah. Allah menyindir orang-orang yang belum berhijrah dan memberitahukan bahwa mereka harus membuktikan keimanan mereka dengan berhijrah.

Tantangan dan kesulitan dihadapi seseorang adalah latihan yang akan memberikan kekuatan dan pengalaman. Allah tidak memberikan kebahagian secara gratis, dan hanya memberikan kepada yang sudah lulus ujian. Adapun syarat yang Allah tetapkan adalah: berjihad dengan harta dan jiwa, menjadikan Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman sebagai teman sejati.

Akhirat adalah masa depanku. Setiap orang pasti menginginkan masa depan yang lebih baik dan membahagiakan dibandingkann dengan masa sekarang. Hanya orang-orang yang melakukan amal perbuatan yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya saja yang dapat melakukan kemajuan di masa depan, baik dunia maupun akhirat.

Adapun orang-orang yang merasakan kebahagian di dunia, tetapi mereka sengsara di akhirat, mereka adalah orang yang mengalami kemunduran dan kerugian. Kebahagian yang mereka raih di dunia adalah fatamorgana karena tidak membawa kebahagian mereka di akhirat.

Tantangan dan kesulitan bukan untuk dihindari dan ditakuti, melainkan harus dihadapi. Tantangan itu membuat mereka jadi kreatif dan inofatif karena tantangan merupakan stimulus yang memancing kreatifitas berpikir dan kemampun menemukan solusi.

Semoga bermanfaat,


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia




View Details

Jumat, 29 Juni 2012

Berkelanjutan Meskipun Sedikit


Tetaplah bergerak maju, sekalipun lambat (alon-alon asal kelakon). Karena dalam keadaan tetap bergerak, Anda menciptakan kemajuan. Adalah jauh lebih baik bergerak maju meskipun pelan, dari tidak bergerak sama sekali.

Dalam hidup, kita sering merasa buntu hanya karena kita ingin mengambil satu langkah yang terlalu besar, langkah raksasa. Akibatnya, masalah kita jadi terlihat besar sekali, kompleks, dan tak terselesaikan.

Yah, ibarat para mahasiswa yang akan menghadapi Ujian Akhir, mereka menggunakan metode SKS (Sistem Kebut Semalam) dalam belajar. Tentu hal ini tidak akan menghasilakan sesuatu yang optimal, alih-alih mendapatkan nilai yang maksimal, malah tertidur disaat menjalankan ujian.

“Berkelanjutan” !!! Itu kata kuncinya. Meskipun hal-hal kecil yang baru dapat kita lakukan atau jalankan. Sabar dan coba rehat sebentar (untuk membuat strategi). Perhatikan tantangan-tantangan hidup Anda. Tidakkah lebih memungkinkan bagi Anda untuk mengambil langkah-langkah pendek terus menerus, ketimbang menelan semua masalah sekaligus.

Hidup ini terus maju dan berkurang. Karena hidup ibarat sebuah lingkaran. Selesaikan satu masalah, dan kemudian kita beralih pada masalah-masalah yang lain.

Allah SWT berfirman :

“ Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(Q.S. Alam Nasyrah [94] : 7-8)




Rasulullah SAW bersabda :

Dari Aisyah RA berkata: “Nabi SAW, ditanya: Amal apa yang paling dicintai? Nabi SAW, menjawab: berkelanjutan meskipun sedikit. Lakukanlah dari amal yang kamu sanggup kerjakan.”

[HR Bukhari]

Pepatah orang tua :

Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindseter SuksesBahagia

View Details

Kamis, 28 Juni 2012

Syukur dan Sabar

Alkisah seorang lelaki yang (maaf) buruk rupa mendapatkan jodoh seorang perempuan yang sangat cantik rupawan. Mereka berdua ibarat film "Beauty and The Beast", sehingga banyak laki-laki yang iri hati padanya....

Suatu hari, ia duduk-duduk bersama istrinya yang sangat cantik tersebut. Si lelaki tidak berkedip memandang wajah istrinya yang cantik jelita.

Agak tersipu-sipu, sang istri pun bertanya, “Kamu ini kenapa sih mas, kok dari tadi memandangku terus ?, aku jadi malu nih..”
“Dik, aku memperhatikan raut wajahmu yang cantik jelita,” jawab si suami, “semakin hari menurutku kok kamu semakin cantik saja. Maka setiap kali aku melihatmu, semakin bertambah rasa syukurku.”

“Ya, memang mas“ kata si istri, ”Dan kita berdua nanti adalah calon penghuni Surga...insyaAllah”

“Lho, dari mana kamu tahu kalau kita berdua calon penghuni Surga?”

“Aku pernah mendengar pengajian dari Ustadz Sanusi, dimana dia bilang dalam ceramahnya, bahwa penghuni Surga kelak adalah segolongan hambaNya yang banyak berSYUKUR serta SABAR..".

"Lha terus, apa hubungannya ?" tanya sang suami.

"Oh ya jelas banget mas, karena kita berdua termasuk hambaNya yang bersyukur & sabar.", jawab istrinya.

"Maksud kamu ?” tanya suaminya tambah penasaran....

"Ya, khan kamu barusan bilang bahwa kamu banyak bersyukur karena mendapat anugerah istri yang cantik seperti aku. Sedangkan aku selalu bersabar mendapat COBAAN punya suami wajahnya seperti kamu...

Suami : "Weeh ????!!..".

#

Cerita di atas sering disampaikan para Ustadz-Ustadz di Pesantren setelah mengupas bab serius  tentang makna Syukur dan Sabar Kunci Surga, sekedar ilustrasi guyonan bagi para santri....

Semoga Allah Swt senantiasa menjadikan kita dan anak keturunan kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa bersyukur dan bersabar atas apapun ketetapan dari Allah. Aamiin.

Salam,






View Details

Rabu, 27 Juni 2012

Doa itu Do Action !!!

Pada suatu malam yang sangat dingin, seorang pemuda duduk di dekat perapian dirumahnya untuk menghangatkan badan. Saat pandangannya menatap jendela rumahnya, dilihatnya seorang kakek sedang berjalan ditengah salju yang putih.

Sang Pemuda kemudian berpikir, “Ah Malangnya kakek itu, dia harus berjalan ditengah badai salju seperti ini. Baiklah aku akan mendoakan dia saja agar dapat tempat berteduh.” Pemuda itu lalu berdoa kepada Tuhan : “Tuhan bantulah agar orang tua di depan rumahku ini mendapatkan tempat untuk berteduh. Kasihan Tuhan dia kedinginan.”

Ketika si pemuda mengakhiri doanya dilihatnya sang kakek berjalan mendekati rumahnya dan diapun sempat mendengar suara rintihan sang kakek yang kedinginan ketika sang kakek bersandar di dekat jendela rumahnya. Mendengar itu sang pemuda berdoa lagi kepada Tuhan. “Tuhan lihatlah sang kakek di luar rumah itu. Kasihan sekali dia Tuhan, biarlah engkau membantunya agar dia tidak kedinginan lagi.bantulah agar dia mendapatkan tempat berteduh yang hangat.” Setelah itu si pemuda pun tidur lelap.

Keesokan harinya si pemuda terbangun karena suara gaduh masyarakat sekitarnya. Dia pun keluar rumah dan menemukan sang kakek telah meninggal bersandar di dekat jendela rumahnya.

Si pemuda kemudian berdoa lagi kepada Tuhan. “Tuhan mengapa engkau membiarkan kakek itu meninggal kedinginan padahal aku sudah mendoakannya agar dia selamat.” Tuhan pun menjawab si pemuda itu. “Aku mendengar doamu hai pemuda. Aku sudah membimbing kakek itu agar mendekati rumahmu. Akan tetapi engkau tak menghiraukannya bahkan ketika kakek itu merintih di depan jendela rumahmu.”

Sahabat,

Dalam keseharian, terkadang kita seperti pemuda di atas. Salah mengartikan konsep terkabulkannya doa. Sehingga kita terjebak dalam belenggu pikiran negatif, seperti ketika sudah berdoa ya sudah, tinggal menunggu dikabulkan.

Maka mulai sekarang, yuk kita ubah mindset dalam berdoa dengan pengharapannya. Doa itu Do Action !!! Doa itu kata kerja aktif bukan pasif.


Semoga bermanfaat,

Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Selasa, 26 Juni 2012

Mari, Kita Audit Diri Sendiri !

Senin, 25 Juni 2012, perusahaan tempat kerja saya di assessment audit oleh badan setifikasi ISO untuk ISO 9001 : 2008, tentang Manajemen Mutu. Saya sebagai penanggungjawab departemen Learning Center, tak luput dari proses assessment audit tersebut. Hampir 1 jam, saya diwawancarai dan diaudit. Alhamdulillah, proses audit di departemen saya terbilang cukup lancar.

Ada hal yang menarik yang saya rasakan pada saat proses audit tersebut, yaitu adanya perasaan "tidak nyaman" ketika ditanya-tanya atau diperiksa seperti itu. Perasaan tersebut timbul bukan karena saya takut tidak bisa menunjukkan bukti dokumen atau arsip, tapi lebih kepada sebuah pikiran "Ngapain kamu tanya-tanya segala, ini kan departemen saya, saya yang paling tau apa yang dilaksanakan" (hanya contoh kalimat belaka).

Artinya, ada kecenderungan jika saya dan mungkin juga Anda (sebagai manusia), tidak suka atau tidak nyaman jika di audit, di evaluasi, di periksa, dan di hitung-hitung amalannya (kegiatannya). Apalagi jika ada sesuatu yang disembunyikan.

Coba perhatikan, ada orang atau pemerintah yang tidak suka ketika ada yang mengkritiknya. Karena dia merasa paling benar. Bahkan diberi nasehat pun (yang notabene merupakan hal positif) ada orang yang tidak mau menerimanya.

Mindset ini (tidak suka di audit) harus di-manage. Mengapa ? Sebab, suka tidak suka proses audit akan selalu ada, bahkan Tuhan telah menjanjikannya, jika kita akan ditimbang amalannya selama hidup di dunia. 

Bagaimana me-manage-nya ?

Yuk kita lihat pernyataan Sahabat Umar ibnu Khattab r.a. Ia berkata : hisablah dirimu sebelum dihisab, dan timbanglah sebelum ia ditimbang, bila itu lebih mudah bagi kalian dihari hisab kelak untuk menghisab dirimu dihari ini, dan berhiaslah kalian untuk pertemuan akbar, pada saat amalan dipamerkan dan tidak sedikitpun yang dapat tersembunyii dari kalian.

Pernyataan tersebut adalah sebuah langkah awal "kemudahan" dalam me-manage diri. Dan juga akan mendatangkan kemudahan hidup bagi diri kita untuk selalu mawas diri dari perbuatan yang tidak disukai Tuhan. Sehingga  ketika Tuhan mengaudit kita, kita telah siap karena tidak ada hal-hal yang disembunyikan. Karena kita sendiri yang telah mengaudit dan memperbaikinya.

Oleh karena itu sahabat SuksesBahagia,

Pernahkah kita menyendiri dan menghisab apa yang telah dikatakan dan diperbuat ? Pernahkan kita satu hari menghitung keburukan diri sebagaimana menghitung kebaikan-kebaikan yang pernah diperbuat ? Bahkan apakah kita pernah mengkhayal ketaatan yang dibanggakan ? 

Bila Kita mendapatkan bahwa kebanyakan dari amalan kita itu dipenuhi dengan riya' lalu bagaimana mungkin kita dapat bersabar pada keadaan seperti ini, dan perjalanan ini dipenuhi dengan ketidak senangan dan marabahaya ? Dan bagaimana kita menghadap Tuhan sedangkan kita dipenuhi dengan beban dan dosa-dosa ?

Langkah tersebut adalah upaya agar kita senang dan bahagia ketika akan di audit oleh Tuhan, bukan sebaliknya.

Semoga Bermanfaat,


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Senin, 25 Juni 2012

Kondom Gratis : Mau dibawa kemana generasi kita ?


Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.....

Bergetar luar biasa nurani kita sebagai manusia saat mengetahui gebrakan pertama Menkes baru kita, Ibu Nafsiah Mboi adalah: "Menggalakkan penggunaan kondom & membagi-bagikan kondom gratis ke orang dengan usia 15-24 tahun....".

Ibu Menkes, apakah memang Kampanye Penggunaan Kondom (dengan menggunakan dana milik kami ini, para rakyat) adalah pilihan paling tepat sebagai gebrakan awal ??...

Anak-anak remaja kita semua dididik untuk menerima kondom gratis ?
Kemana cerita tentang orang tua mengajarkan pengertian tentang kebenaran agamanya. Risalah-risalah tentang mana yg halal, mana yg haram. bertahan menjaga. Ajaran tentang kesucian dirinya hanya untuk pasangan HALAL-nya setelah pernikahan.

Bukankah lebih manusiawai jika gebrakan pertama ibu adalah menggalakkan rumah sakit murah misalnya ? Masyarakat sangat menginginkan hal itu & bukan kondom.!

Sebegitu hinakah remaja kita di mata ibu Menkes yang terhormat sehingga para orang muda di Indonesia layak & sangat pantas menerima hadiah kondom gratis & bukan perbaikan program-program pelayanan kesehatan yang layak, tepat & murah ?....

"Allaahummaqsim lanaa min khasyatika maa yahuulu bainanaa wa baina ma'aashika wa min thaa 'atika maa tuballighunaa bihi jannataka wa minal yaqiini maa tuhawwinu bihi 'alainaa mashaa-ibuddunyaa...."

Ya Allah, anugerahilah kami sebagian dari perasaan takut dan segan terhadap diri-Mu yang bisa menjadi penghalang antara diri kami dan maksiat terhadap-Mu, anugerahilah kami ketaatan kepadamu yang bisa mengantarkan kami ke surga-Mu, berilah kami keyakinan agar kami mampu menghadapi segala cobaan di dunia ini.

Allahuma aamiin YRA


(Pramono Dewo)


Semoga bermanfaat ...

Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Jumat, 22 Juni 2012

Terapi Ketenangan Jiwa (menuju hidup bahagia)


Artikel di bawah ini saya ambil dari web nya Mas Arvan Pradiansyah, penulis buku best seller The 7 Laws of Happiness. Semoga bermanfaat.
Seorang pengusaha kaya ingin memilih siapakah di antara tiga anaknya yang mampu mewarisi perusahaannya. Untuk itu, diapun menguji ketiganya dengan cara menyembunyikan jam antiknya yang terbuat dari emas di gudangnya yang sangat besar, gelap, dan ditimbuni banyak jerami.
Anak pertama masuk dengan membawa pelita dan berusaha membongkar jerami-jerami itu dengan tangannya. Setelah seharian bekerja keras, ia belum juga menemukan jam antik ayahnya. Ia kemudian keluar dengan sangat kecewa.
Anak kedua masuk dengan membawa pelita dan tongkat pengais, berusaha membongkar dan mengais-ngais jerami dalam gudang yang gelap dan sangat besar itu. Namun setelah seharian mencari, ia tak juga berhasil menemukan jam emas antik itu.

Anak ketiga masuk ke dalam gudang itu tanpa pelita, tetapi dalam beberapa jam kemudian ia keluar dengan membawa jam antik ayahnya. Ini tentu saja sangat mengherankan kakak-kakaknya yang kemudian bertanya kepadanya di mana letak rahasianya. Si bungsu mengatakan bahwa ia masuk ke gudang itu dan duduk diam, tenang dan hening beberapa saat sampai akhirnya ia dapat mendengarkan suara tak-tik-tak jam antik ayahnya dengan jelas dan pelan-pelan ia menelusuri sumber suara itu sampai akhirnya ia tiba pada jam antik emas milik sang ayah.
Pembaca yang budiman, ternyata pendekatan kesuksesan berbeda dari pendekatan spiritualitas. Pendekatan kesuksesan mengajarkan kepada kita bahwa dalam menghadapi berbagai masalah kita harus berusaha sekeras mungkin. Kita harus mengerahkan segala daya dan upaya kita semaksimal mungkin untuk menyelesaikan masalah. Namun, pendekatan spiritual justru menggunakan metode yang berbeda. Dalam menghadapi masalah, yang harus dikendalikan adalah diri kita, bukan masalahnya. Ternyata semakin kita mengendalikan diri kita, semakin kita duduk diam dan tenang, semakin dekatlah kita kepada solusinya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Penjelasannya sesungguhnya sederhana saja. Berbagai persoalan dalam hidup sesungguhnya sering bersumber dari diri kita sendiri. Karena itu, ketika kita mampu duduk tenang dan diam, maka akan muncullah ketenangan dan kejernihan. Dan ketika ketenangan itu muncul, kita akan menyadari bahwa masalah itu sesungguhnya bukanlah berada di luar melainkan berakar di dalam diri kita sendiri.
Lebih dari itu, berbagai persoalan dalam hidup sesungguhnya dapat kita atasi kalau kita mau mendekati Tuhan. Ini tentu saja tidaklah mengherankan karena Tuhanlah yang menguasai setiap persoalan. Namun, Tuhan tidak dapat dicapai dalam kesibukan dan kehirukpikukan. Tuhan hanya dapat dicapai dengan keheningan.
Banyak orang yang gagal memahami pentingnya keheningan dan karenanya gagal mencapai komunikasi yang intensif dengan Tuhan. Mereka beribadah, bersembahyang dan berdoa kepada Tuhan, tetapi tidak pernah mendapatkan petunjuk apa pun. Dalam beribadah mereka sibuk berkata-kata, sedemikian sibuknya sehingga mereka tak sempat mendengarkan jawaban dari Tuhan. Ini yang membuat ibadah tersebut seakan-akan tak berbekas dalam keseharian mereka. Ini nampak dari perilaku mereka yang semakin jauh dari Tuhan.
Kalau demikian, sudah jelaslah bahwa ibadah yang mereka lakukan sesungguhnya telah gagal mencapai sasarannya. Mereka sesungguhnya tidak pernah berkomunikasi dengan Tuhan. Ketika beribadah mereka hanya sibuk dengan diri mereka sendiri. Mereka hanya berfokus pada apa yang mereka katakan dan lakukan. Mereka tidak pernah mendengar jawaban Tuhan karena mereka tidak pernah berada di dalam keheningan.
Tuhan hanya dapat dicapai dengan keheningan. Keheningan adalah prasyarat utama untuk bisa menyamakan gelombang kita dengan Tuhan. Dalam kondisi hening kita menjalin komunikasi intim dengan Tuhan. Ini berarti membiarkan-Nya merasakan apa yang ada dalam hati kita, dan Dia sebaliknya membiarkan kita merasakan apa yang ada di dalam hati-Nya. Kita bahkan tidak perlu menggunakan kata-kata kita untuk merasakan kesatuan kita dengan Tuhan.
Manusia sesungguhnya sangatlah merindukan keheningan. Keheningan itu membahagiakan. Ketika masih berada di rahim ibu, kita merasakan bahagia karena kita hidup dalam keheningan yang sempurna. Kondisi ini akan kita rasakan kembali ketika suatu waktu nanti kita menghadap Tuhan di akhir hidup kita. Namun, kehidupan kita di dunia yang penuh dengan kesibukan dan kebisingan ini sering menjauhkan kita dari kebahagiaan karena kita lupa kembali kepada kondisi awal kita, yaitu keheningan.
Keheningan sering dijauhi manusia modern yang berpendapat bahwa hening itu tidak produktif, bahwa cepat itu lebih baik, dan bahwa orang yang efektif adalah mereka yang mampu melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Padahal, keheningan itu sangat produktif dan sangat dinamis. Keheninganlah yang akan membawa kita kepada kejernihan pikiran. Keheningan akan memperbarui mental dan semangat kita dalam bekerja. Kuncinya adalah di sini: dalam keheningan kita sedang menyerap energi Tuhan dan mendengarkan perkataan-Nya.

Arvan Pradiansyah
Happiness Inspirer
Motivator Indonesia & Managing Director Institute of Leadership & Life Management


View Details

Kamis, 21 Juni 2012

PANASNYA KEHIDUPAN: Pelajaran dari Zyra

Beberapa hari yang lalu, Zyra panas. Tentu hal ini membuat saya dan istri khawatir, terlebih, panasnya agak tinggi dan dalam jangka waktu yang cukup lama bila dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya. Setelah kembali normal, ternyata Zyra menambah kebiasaan dan kemampuannya. Dia lebih banyak bergerak, terutama untuk bagian tangan, dan sewaktu di tidurkan. Dan, tadi pagi saya menyaksikan sendiri dia tengkurap, kembali telentang, dan tengkurap lagi. Tampak lebih ringan. Sebelumnya memang dia sudah bisa tengkurap, cuman terlihat kesusahan.

Ocehannya pun bertamabah. Sudah mulai jelas mengucapkan kata "aa.....yaaah". Yang lebih mengagetkan lagi, ketika disodorkan gelas yang berisi air putih, dia memegangnya dengan dua tangan, dan mendekatkan ke mulutnya, lalu .... dia minum .... Wah..... Zyra pintar dan cerdas !!!! Alhamdulillah, makasih Ya Allah untuk semua ini ...

Sahabat,

Ada point penting yang saya dapatkan dari proses perkembangan dan pertumbuhan anak saya (dan mungkin untuk beberapa balita lainnya) yaitu mengalami kenaikan suhu badan (panas) ketika akan bertambah kemampuannya. 

Kehidupan ini adalah sebuah siklus yang telah Tuhan "rancang" dengan indahnya. Sehingga, ada proses dan tahapan kehidupan yang tidak bisa kita hindari kecuali dengan menikmatinya. Panas-nya bayi menjelang perubahan menuju peningkatan dalam dirinya adalah sebuah proses kehidupan. Namun, ternyata itu tidak hanya berlaku pada bayi saja. Untuk orang dewasa-pun, proses tersebut tetap berjalan. Bedanya adalah jenis panas-nya.

Panas-nya orang dewasa lebih kepada terpenuhinya hidup dengan masalah-masalah dan ujian-ujian. Semakin banyak masalah dan ujian hidup, kemudian ia mampu menghadapinya, maka ia akan menjadi sosok manusia yang tangguh, yang akan mampu meraih segala apa yang diharapkannya sebagaimana dalam doa-doa yang dimohonkannya kepada Tuhan.

Ya, Tuhan akan mengabulkan doa kita dengan terlebih dahulu menguji kita. Layakkah kita mendapatkan apa yang diminta. Persis seperti seorang anak yang meminta sesuatu kepada orang tuanya yang bijak. Katakanlah si anak meminta dibelikan mobil. Tentu orang tua yang bijak, akan menilai dulu, apakah anaknya layak mendapatkan mobil? Ia akan melihat dari kemampuan anaknya dalam berkendara, ketelatenannya dalam merawat mobil, dan lain sebagainya. Ketika sudah dinilai layak, maka diberikannya mobil itu.

Sahabat,

Pernahkah Anda membuat seduhan teh celup? Teh celup, untuk mendapatkan sensasi nikmat, tentu harus dimasukkan kedalam air yang panas, bukan air yang dingin. Semakin panas, semakin terasa tehnya.

Sahabat,

Nah, mulai sekarang, ketika kita mengalami masalah dan ujian hidup, nikmatilah, itulah panas-nya kehidupan untuk hidup lebih baik lagi. Sebagaimana bayi yang menikmati dan melewati panas-nya ketika akan bertambah kemampuan dan tingkah lakunya.

Layakkan diri kita untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sebagaimana teh celup yang melayakkan dirinya, untuk semakin nikmat ketika dimasukkan ke dalam air panas.


Salam,

Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia



View Details

Senin, 18 Juni 2012

Sekali Lagi, Kembalikan Kepada Allah


Tradisi memperingati Peristiwa Isra' Mi'raj nya Rasulullah Muhammad SAW, masih menggema di daerah-daerah. Seperti biasa, para ustadz atau kiyai yang berperan sebagai penceramah, "istiqamah" menyampaikan pentingnya ibadah shalat dan berjamaah di masjid. Ironisnya, beberapa jam setelah acara dilaksanakan (biasanya malam hari ba'da Isya), ketika tiba waktu shalat subuh, masjid terlihat kosong karena jama'ah kesiangan setelah mengikuti "ritual" isra' mi'raj (rajaban). Berarti, masyarakat pun tetep "istiqamah" untuk meninggalkan shalat berjamaah di masjid.

Aha,,, apa dan siapa yang salah ???

Tulisan ini tidak akan membahas masalah di atas. "Kesadaran diri" sebagai pribadi muslim yang mengaku ummatnya Muhammad SAW, adalah kunci utama untuk menghilangkan "keistiqamahan" dalam meelalaikan shalat berjamaah di masjid. Untuk itu, tulisan ini akan membahas "sisi lain" dari peristiwa Isra' Mi'raj nya Rasulullah Muhammad SAW.

Sahabat SuksesBahagia,

Isra Mi'raj, oleh sebagian ulama, disebut-sebut sebagai "penghibur" yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad. Yah, bagaimana tidak, bukankah Isra Mi'raj adalah  "wisata" Nabi beserta Jibril dari Masjisil Haraam (Mekkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina) dan kemudian mi'raj ke sidratul muntaha, dan di setiap langit yang dilewati Nabil, Nabi diperlihatkan dengan berbagai macam "keindahan" dan "keburukan" sebagai pelajaran dan hikmah bagi kita ummatnya ?

Terlebih, peristiwa Isra Mi'raj juga terjadi setelah Nabi mengalami berbagai macam kesulitan dalam berdakwah, serta kesedihan setelah di tinggal oleh Istrinya Khadijah dan Pamannya Abu Thalib, yang mana mereka berdua adalah orang yang sangat berperan dalam perjuangan dakwah Nabi.

Aha,, inilah yang akan saya bahas. Berbagai kesulitan, kepedihan, dan kesedihan terjadi menghiasi perjalanan dakwah Nabi. Namun karena Nabi hanya menyerahkan semuanya kepada Allah SWT, maka Nabi mendapatkan "keagungan" yaitu berupa Isra Mi'raj. ( Saya berani mengatakan bahwa, Isra Mi'raj adalah mukjizat terbesar kedua setelah Al-Quran )

Kita lihat, Nabi dalam menghadapi permasalahan hidup, diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Bukankah ini juga harus kita lakukan dalam menghadapi setiap permasalahan hidup kita, agar kita pun mendapatkan "keagungan" dari Allah SWT ???

Ataukah pernah kita melihat, Nabi mengeluh ketika ujian dan cobaan hidup menimpanya ? Apa yang dikatakan Nabi ketika diusir dan lempari batu ketika hendak berdakawah di Thaif ? Keluhan atau doa harapan ?

Ataukah juga ketika Istri dan Pamannya meninggal, adakah Nabi mengalami keputus asaan hidup karena ditinggal oleh orang-orang yang berperan penting dalam hidupnya ?  

Hal-hal inilah yang harus kita teladani dalam menjalani kehidupan. Penyerahan total kepada Sang Pemegang Masalah adalah kunci kebahagiaan dan keagungan hidup.

Ah, saya jadi teringat dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Fatihah (pembuka) ayat 5 :

"Iyyakana'budu wa iyya kanasta'iin"

Benar, hanya kepada Allah lah kita menyembah dan memohon pertolongan. Niscaya Allah akan memberikan kunci dari permasalahan yang kita hadapi. Ingat, sedikitnya bagi yang muslim ayat 5 dari Al-Fatihah di atas diucapkan 17 kali dalam sehari semalam. Maka, masih pantaskah kita menyerahkan permasalahan hidup kepada selain Allah SWT ???

Sahabat SuksesBahagia,

Semoga kita bisa mendapatkan sisilain-sisilain dari peristiwa Isra Mi'raj Rasulullah SAW dan mendapatkan hikmah didalamnya sebagai pedoman dan panduan hidup menuju SuksesBahagia. Amiin....



Salam,

Imam Nugroho
Mindseter SuksesBahagia

View Details

Kamis, 14 Juni 2012

Implementasi Cinta: Belajar dari Kucing

CINTA, sebuah kata yang akan pernah lekang oleh waktu. Selama bumi ini ada, tampaknya kata cinta akan terus bergelora. Cinta adalah kata "agung". Ayat pertama di dalam mushaf al-Quran, menyebutkan tentang cinta. Sehingga, sejatinya cinta akan menghantarkan manusia ke level kemuliaan yang tinggi di hadapan-Nya.

Namun, adakalanya manusia salah dalam mengaktualisasikan cintanya. Tidak jarang, lembah kemaksiatanpun terpenuhi oleh manusia-manusia pengumbar cinta yang salah, cinta karena nafsu syaitani. 

Atau, ada juga yang kemudian telah menghilangkan "cinta" dalam dirinya. Lho, kok bisa? Katanya cinta itu tak lekang oleh waktu?

Coba perhatikan, mengapa ada manusia yang membunuh saudaranya sendiri (manusia lain)? Mengapa ada orang tua yang tega melenyapkan nyawa anaknya atau sebaliknya anak yang menghabisi orang tuanya? Mengapa itu bisa terjadi?

Lihat pula, mengapa masih ada pertikaian warga antar kampung, tawuran pemuda, kerusuhan SARA, dan yang lainnya, yang selama ini menghiasi hari-hari kita lewat televisi. Saya berani mengatakan, semua itu terjadi karena tidak adanya cinta di hati mereka. Yang ada hanyalah nafsu syaitani.

Sahabat,

Padahal manusia dianugerahi akal dan tuntunan hidup, yaitu kitab al-Quran dan kitab-kitab samawi lainnya. Berbeda dengan hewan. Mereka jelas tidak memiliki akal sebagaimana manusia miliki. Namun, tampaknya hewan lebih memiliki rasa cinta yang lebih.

Berikut ini adalah video yang saya dapatkan dari situs YouTube. Semoga kita bisa "belajar" dari video ini.


Sahabat,

Sudah melihat video di atas? Ayo, instropeksi diri. Sudahkan kita mengaplikasikan cinta dengan sempurna? Sebagaimana Allah telah mencontohkan lewat sifat Rahmaan - Rahiim-Nya.


Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia



View Details

Rabu, 13 Juni 2012

Fokuskan Diri Pada Nikmat-Nya, Maka Anda BAHAGIA

Dalam setiap kelas training Membangun Mindset Positif, saya selalu bertanya kepada peserta, "Apa yang bisa Anda lihat dari halaman kertas ini?"


Peserta menjawab, "Warna putih!"

Lalu, saya melanjutkan dengan pertanyaan yang sama ("Apa yang bisa Anda lihat dari halaman kertas ini?") untuk gambar di bawah ini:



Dan, peserta menjawab, "Titik hitam!"
"Yakin? Titik hitamlah yang Anda lihat dari halaman kertas ini?" tanya saya untuk meyakinkan.
"Ya, titik hitam!" jawab peserta.

"Baik. Coba Anda perhatikan kembali dengan seksama. Ada berapa jumlah titik hitamnya?"
"Ada satu,"

"Lalu, kalau dibandingkan, putih polos dengan titik hitam, dominan yang mana?"
"Tentu warna putih polosnya."

"Nah, mengapa Anda hanya melihat titik hitamnya padahal warna putih polos itu lebih dominan. Apakah warna putih itu tidak terlihat oleh Anda?" 

<peserta tersadar @@@###>

Sahabat,

Salah satu kunci untuk dapat berjalan di jalan kebahagiaan adalah dengan memfokuskan diri kepada hal-hal yang menyenangkan, bukan hal-hal yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, berapa kali kah kita mengalami kesedihan hidup? Coba bandingkan dengan nikmat Allah yang teleh diberikan kepada kita. Lebih banyak yang mana? Saya yakin, nikmat Allah itu jauh lebih banyak dari kesedihan yang kita alami.

Namun, sering kita hanya melihat "titik hitamnya" atau kesedihan, penderitaan, kegagalan, dan musibah dalam hidup. Padahal, sekali lagi, banyak "warna putihnya" dalam kehidupan ini. Warna putih itulah nikmat-nikmat Allah.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Selasa, 12 Juni 2012

Sup Batu: Ciptakan Mindset Positif !


Pada suatu hari, tiga orang bijaksana berjalan melintasi sebuah desa kecil. Desa itu tampak miskin. Tampak dari sawah-sawah sekitarnya yang sudah tidak menghasilkan apa-apa lagi. Ya, memang telah terjadi perang di negeri itu - dan sebagai rakyat jelata - merekalah yang kena dampaknya. Macetnya distribusi pupuk, bibit, dan kesulitan-kesulitan lain membuat sawah mereka tidak mampu menghasilkan apa-apa lagi. Cuma beberapa puluh orang yang masih setia tinggal di desa itu.

Sekonyong-konyong beberapa orang mengerubuti tiga orang bijaksana itu. Dengan memijit-mijit tangan dan punggung tiga orang itu, orang-orang desa memelas dan meminta sedekah, roti, beras, atau apalah yang bisa dimakan.

Satu dari tiga orang bijaksana itu lalu bertanya kepada penduduk desa itu, “Apakah kalian tidak punya apa-apa, hingga kalian meminta-minta seperti ini ?”

“Kami tidak memiliki apapun untuk dimakan, hanya batu-batu berserakan itu yang kita miliki.” Jawab salah satu penduduk desa.

“Maukah kalian kuajari untuk membuat sup dari batu-batu itu ?” tanya orang bijaksana sekali lagi.

Dengan setengah tidak percaya, penduduk itu menjawab, “Mau..”

“Baiklah ikutilah petunjukku.” Orang bijaksana itu menjelaskan, “Pertama-tama, ambil tiga batu besar itu, lalu cucilah hingga bersih !” perintah orang bijaksana sambil menunjuk tiga buah batu sebesar kepalan tangan. Orang-orang pun mengikuti perintahnya.

Sesudah batu itu dicuci dengan bersih hingga tanpa ada pasir sedikitpun di permukaannya. Orang bijaksana itu lalu menyuruh penduduk untuk menyiapkan panci yang paling besar dan menyuruh panci itu untuk diisi dengan air. Ketiga batu bersih itupun lalu dimasukkan ke dalam panci - dan sesuai dengan petunjuk orang bijaksana itu - batu-batu itupun mulai direbus.

“Ada yang dari kalian tau bumbu masak ? Batu-batu itu tidak akan enak rasanya jika dimasak tanpa bumbu.” Tanya orang bijaksana.

“Aku tahu !” seru seorang ibu, kemudian ia mengambil sebagian persediaan bumbu dapurnya, kemudian meraciknya, dan memasukkannya kedalam panci besar itu.

“Adakah dari kalian yang memiliki bahan-bahan sup yang lain ?” Tanya orang bijaksana itu. “Sup ini akan lebih enak jika kalian menambahkan beberapa bahan lain, jangan cuma batu saja.”

Beberapa penduduk mulai mencari bahan-bahan makanan lain di sekitar desa. Beberapa waktu kemudian dua orang datang dengan membawa tiga kantung kentang. “Kami menemukannya di dekat kali, ternyata ada banyak sekali kentang liar tumbuh disana.” Katanya. Kemudian orang itu mengupas, mencuci, dan memotong-motong kentang-kentang itu dan memasukkannya ke dalam panci.

Kurang dari satu menit, seorang ibu datang dengan membawa buncis dan sawi. “Aku masih punya banyak dari kebun di belakang halaman rumahku.” Kata ibu itu, lalu ibu itu meraciknya dan memasukkannya ke dalam panci.

Sesaat, datang pula seorang bapak dengan tiga ekor kelinci di tangannya. “Aku berhasil memburu tiga ekor kelinci, kalau ada waktu banyak, mungkin aku bisa membawa lebih lagi, soalnya aku baru saja menemukan banyak sekali kawanan kelinci di balik bukit itu.” Dengan bantuan beberapa orang, tiga kelinci itu pun disembelih dan diolah kemudian dimasukkan ke dalam panci.

Merasa telah melihat beberapa orang berhasil menyumbang sesuatu. Penduduk-penduduk yang lain tidak mau kalah, mereka pun mulai mencari-cari sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam panci sebagai pelengkap sup batu.

Kurang dari satu jam, beberapa penduduk mulai membawa kol, buncis, jagung, dan bermacam-macam sayuran lain. Tak hanya itu, anak-anak juga membawa bermacam-macam buah dari hutan. Mereka berpikir akan enak sekali jika buah-buah itu bisa dijadikan pencuci mulut sesudah sup disantap. Ada pula seorang bapak yang membawa susu dari kambing piaraannya, dan ada pula yang membawa madu dari lebah liar yang bersarang di beberapa pohon di desa itu.

Beberapa jam kemudian sup batu itu telah matang. Panci yang sangat besar itu sekarang telah penuh dengan berbagai sayuran dan siap disantap. Dengan suka cita, penduduk itu makan bersama dengan lahapnya. Mereka sudah sangat kenyang, hingga mereka lupa ‘memakan’ batu yang terletak di dasar panci.

Tiga orang bijaksana itu hanya tersenyum melihat tingkah para penduduk itu. Dan mereka pun sadar, sekarang waktunya mereka untuk meneruskan perjalanan. Mereka mohon diri untuk meninggalkan desa itu.

Sebelum beranjak pergi, seorang bapak sekonyong-konyong memeluk dan menciumi ketiga orang itu sambil berkata, “Terima kasih telah mengajari kami untuk membuat sup dari batu....”

Sahabat,

Apa hikmah yang bisa kita ambil dari cerita di atas? Ya, cerita di atas mengajari kita untuk mengolah pikiran agar menciptakan sudut pandang yang benar terhadap setiap persoalan yang datang melanda. Akhirnya, kita akan menempuh jalan kebahagiaan dalam hidup. Karena mampu menjadikan musibah menjadi anugerah, dan menjadikan anugerah sebagai penggugah untuk lebih mensyukuri atas apa yang Tuhan berikan. Bukan meratapi setiap masalah hingga membuat kita begitu pasrah yang tak bermakna. Ada begitu banyak peluang nikmat di sekeliling kita. Maka, temukanah dengan sudut pandang (mindset) yang benar, yang positif, kitalah yang menciptakan jalan kebahagiaan itu.


Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Senin, 11 Juni 2012

Tukang Cukur



Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan. Si tukang cukur bilang, " Saya tidak percaya Tuhan itu ada".

"Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen.

"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan.... untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit?? Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi."

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat. Situkang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang,berombak kasar mlungker-mlungker-istilah jawa-nya", kotor dan brewok yang tidak dicukur.

Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,"

Kamu tahu,sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR." Si tukang cukur tidak terima," Kamu kok bisa bilang begitu ??".

"Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!"

"Tidak!" elak si konsumen. "Tukang cukur itu tidak ada,sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana", si konsumen menambahkan.

"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur. "Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.

"Cocok!" kata si konsumen menyetujui."Itulah point utama-nya!. Sama dengan TUHAN, TUHAN ITU JUGA ADA !, Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."

Si tukang cukur terbengong!

Sahabat,

Ah, benar sekali, sebenarnya siapa yang salah? Betapa Tuhan telah menganugerahkan akal kepada manusia adalah untuk mengenal Tuhannya, bukan untuk dijadikannya sebagi tuhan baru. Tuhan menganugerahi akal adalah untuk mengetahui bagaimana caranya mendekat kepada-Nya, bukan malah ingkar, menjauhi-Nya, dengan akal buruk berbuat kemaksiatan. Akal telah Tuhan anugerahkan sebagai media untuk menemukan hikmah dari setiap kejadian yang menimpa, bukan untuk “mengata-ngatai” Tuhan, seperti mengatakan Tuhan tidak adil atau berburuk sangka kepada Tuhan.

Dengan mendekatkan diri kepada-Nya, selangkah saja, maka Tuhan akan mendekati kita dengan beribu langkah. Sungguh, kita akan lebih bijak dalam menyikapi hidup, sehat ruhiyah dan jasadiyah. Kesusahan hidup hanya milik manusia yang tidak mengenal dan mendekat kepada Tuhan.


Semoga bermanfaat,

Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Cinta Orang Tua Kepada Anaknya


Tadi malam, Zyra agak susah tidur. Uring-uringan. Tampak kegerahan. Sampai-sampai istri saya BT dibuatnya. Maka saya pun mencoba membantu “menenangkan” Zyra. Saya gendong dia dan saya ajak untuk “mengobrol”.

Alhamdulillah, setelah 30 menit berlalu, Zyra terlelap tidur. Saya pandangi dia. Terrr, bergetar hati ini. Mengapa? Terbayang oleh saya pengorbanan yang dilakukan orang tua sewaktu saya seusia Zyra. Betapa mereka selalu direpotkan. Namun, saya yakin, mereka ikhlas menjalani semuanya.

Dan kini, saya merasakan apa yang mungkin dulu mereka rasakan. Jujur, ada perasaan yang tak tergambarkan ketika menyaksikan sang buah hati menangis, uring-uringan, atau kegerahan dan kehausan. Bukan marah, tapi sayang. Bukan benci, tapi cinta (sangat aneh jika, ada orang tua yang tega menyakiti anaknya hanya karena anaknya rewel).

Hum, wajar jika Allah SWT menyebutkan durhaka kepada orang tua termasuk durhaka besar setelah syirik, berada di level ke dua.

Arggh, saya sedih mengingat saya belum berbuat banyak untuk membahagiakan orang tua saya. Terlebih ayah sudah almarhum. Bisa dibilang, saya belum bisa “mengabdikan” diri untuknya.

Maka, saya berharap kepada Allah, keihklasan dan kesabaran saya bersama istri dalam membesarkan Zyra, bisa mengurangi kesalahan saya karena belum bisa membahagiakan dan berbakti kepada orang tua secara optimal. Amiin...

Zyra, jadilah anak yang cerdas dan shalihah ya .....



Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Sabtu, 09 Juni 2012

Ingatlah, Allah Maha Melihat !

Pernahkah Anda menyaksikan pembawa berita di televisi melakukan pekerjaannya ogah-ogahan? Tidak serius? Bercanda? Dan perilaku buruk lainnya?


Jawabannya tentu tidak pernah, ya kan? Mereka akan selalu tampil prima, penuh kesungguhan, dan menghayati  pekerjaannya itu. Mengapa demikian? Karena mereka "yakin" di lihat oleh jutaan mata yang menonton televisi. Mereka tentu ingin terlihat profesional, sungguh-sungguh, dan meyakinkan pemirsa di rumah yang menontonya. Padahal, mungkin tidak semua mata penonton seruis memperhatikannya, atau bahkan sampai tertidur.


Sekarang, apakah kita "yakin" kalau kita juga ternyata selalu di lihat setiap saat oleh Allah SWT? Kalau yakin, mengapa kita begitu sering berbuat yang tidak baik? Kita sering menyia-nyiakan waktu yang Dia berikan. Berbuat curang. Berbuat maksiat dan hidup seenaknya sendiri, seolah tidak ada yang melihat?


Sahabat,


Sadarlah bahwa, Allah SWT tidak pernah lengah dari penglihatan-Nya. Allah SWT tidak pernah tidur. Maka, tampillah selalu setiap hari berada dalam ridho-Nya. Hindarkan diri dari perbuatan maksiat. Jagalah tingkah laku kita. Jagalah ucapan kita. Allah Maha Melihat !!!!




Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Kentang dan Dendam


Suatu waktu, ada seorang guru SMP yang meminta murid-muridnya untuk membawa satu kantung plastik ke sekolah. Kemudian, dia meminta setiap anak untuk memasukkan satu kentang berukuran kelereng yang  telah disediakan kedalam kantung untuk setiap orang yang berbuat salah pada mereka dan tak mau mereka maafkan. Kantung itu harus mereka bawa selama satu minggu.

Anak-anak diminta menuliskan nama orang itu dan tanggal kejadian pada kulit kentang. Dan kantung tersebut harus dibawa kemanapun mereka pergi selama satu minggu penuh. Kantung itu, harus berada di sisi mereka saat tidur, di letakkan di meja saat mereka belajar, dan ditenteng saat berjalan. Menjadikan kantung itu sebagai teman mereka. Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, namun tidak sedikit juga yang memiliki plastik kelebihan beban.

Hari berganti hari kentang itu makin membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini. Akhirnya, waktu satu minggu itupun selesai.

Dan semua anak, agaknya banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus.

Sahabat 

Ada hikmah dibalik cerita ini. Saat kita tidak mau memaafkan seseorang, maka itu seperti kita sedang membawa beban. Iya, membawa beban di hati kita.

Memberi maaf adalah lebih mudah dan ringan daripada membawa beban yang akan memperlambat pikiran juga gerak kita. Iya, memperlambat. pikiran yang seharusnya memikirkan hal lain, harus terisi sebagian oleh siapa dan kenapa kita tidak memberi maaf.

Saat kita menyimpan dan memendam kemarahan, dendam, maka sebenarnya kita sedang membawa kebusukan dihati kita. Akan ada perasaan berat, tertekan, juga kegalauan menyelimuti hati kita. Dan ini adalah suatu penyakit. Segala sesuatu yang busuk, jika tidak segera dibuang, maka pada saatnya nanti akan dibuang beserta wadahnya. Begitu pula dengan kita, jika kebencian itu tidak segera dibuang dari hati kita, maka kitalah yang akan dipinggirkan dari sekeliling kita.

Mungkin kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita beri maaf. Namun, harus kita sadari, bahwa pemberian itu, adalah juga hadiah buat diri kita sendiri. Hadiah untuk sebuah kebebasan. Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kedegilan hati.



Salam SuksesBahagia

Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia



dari berbagai sumber


View Details
 

Labels

Popular Posts