• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts
Tampilkan postingan dengan label motivasi hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi hidup. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Januari 2013

Walau Ayah Tukang Becak Tapi Tetap Merawatku

TukangBecakHati siapa yang tidak tersentuh melihat seorang pria menarik becak di siang hari yang panas sambil menggendong bayi? Hal ini benar-benar terjadi di India. Pria ini mengasuh bayinya karena sang istri meninggal setelah melahirkan dan tidak ada yang bersedia merawat sang bayi.

Nama pria ini adalah Bablu Jatav, 38 tahun. Dia dikaruniai seorang bayi perempuan yang diberi nama Damini setelah menikah selama 15 tahun dengan istrinya, Shanti. Pak Bablu mengatakan bahwa dia sangat senang diberkati seorang putri, tetapi dia menyimpan kesedihan mendalam karena sang istri meninggal sesaat setelah melahirkan.


View Details

Sabtu, 05 Januari 2013

Kado Kehidupan

hadiahSeorang pemuda mendatangi gurunya, untuk meminta nasihat hidup. Kebetulan, dia sedang mengalami masalah, dalam menghadapi orang-orang yang terang-terangan membenci, memfitnah, dan menjelek-jelekkan nama baiknya.

"Guru, bagaimana caranya saya menghadapi orang-orang yang terang-terangan membenci, memfitnah, dan menjelek-jelekkan nama baik saya?" tanyanya sesampainya di depan sang guru.


View Details

Jumat, 28 Desember 2012

Delapan Kado Indah

8Delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.

KEHADIRAN

Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada di sampingnya. Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan.

MENDENGAR


View Details

Senin, 26 November 2012

Hadapi Beban Hidupmu

Bukan apa yang terlihat di penampakan; diri dalam Anda jauh lebih berharga. Penampilan dari luar mudah dibeli. Padahal kekuatan Anda tertanam di dalam diri melalui perjalanan hidup yang panjang, terjal dan licin; sesuatu yang Anda alami sehari-hari.


View Details

Rabu, 14 November 2012

Arti Sebuah Kemenangan

Kemenangan bukanlah hanya ketika kita berhasil mengalahkan lawan di suatu pertandingan. Dan, bukan hanya ketika kita berhasil mencapai prestasi terbaik. Bahkan, bukan hanya ketika kita berhasil mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup ini.

Tapi. kemenangan adalah saat di mana kita dapat melawan suatu kegagalan. Saat di mana kita dapat mengatasi musibah. Saat di mana kita dapat bangkit dari suatu keadaan yang menyedihkan. Dan, saat dimana kita merasa sangat terpuruk namun kita mampu berjuang menghancurkan semua cobaan itu.


View Details

Senin, 05 November 2012

Fokus Pada Kekuatan Diri

Kita semua mengetahui bahwa sesungguhnya manusia itu tidak sempurna, segalanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Maka, sebaiknya perbedaan yang ada janganlah jadi pertentangan diantara kita, bahkan justru sebaliknya; perbedaan itu diciptakan untuk saling melengkapi.

Dan, janganlah kita terlalu mengasihani diri sendiri; jika kita memiliki suatu kekurangan, maka janganlah kita menganggap diri kita ini lemah, anggaplah kita ini hanya sedikit berbeda dari yang lainnya. Karena setiap orang juga pada dasarnya berbeda dan memiliki kelemahan atau kekurangan.


View Details

Senin, 22 Oktober 2012

Biarkan Jiwamu Menangis

Menangis hanya menunjukkan kelemahan. Sebanyak apa pun air mata yang keluar tidak akan menyelesaikan persoalan. Pernyataan tersebut tidak salah, tetapi tidak seratus persen benar. Mengapa? Sebab menangis merupakan sarana pelepasan energy emosi. Di lain sisi, tangis juga bisa menjadi boomerang. Bukannya selesai, masalah malah terlihat semakin runyam.


View Details

Kamis, 04 Oktober 2012

Dialog Imajiner: Chatting Dengan Tuhan

BUZZ...
BUZZ...

TUHAN: Kamu memanggil-Ku?
AKU: Memanggilmu? Tidak.. Ini siapa ya?

TUHAN: Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
AKU: Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN: Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.


View Details

Jumat, 28 September 2012

Belajar dari Dunia Lain

Ternyata, kita tidak hanya mendapatkan “sesuatu yang bermakna” dari alam nyata (baca: manusia), kita juga bisa mendapatkannya dari alam tidak nyata (baca: sebangsa jin dan mahluk halus). Lho kok? Ya!!! Beberapa saat yang lalu saya mendapatkan pesan singkat mengenai pernyataan tersebut dari seorang teman via “WhatsApp”. Memang sedikit berbau “lucu”, namun pesan singkat tersebut memang memiliki makna yang sangat dalam.

Yuk kita lihat pesan singkat tersebut …


View Details

Jumat, 21 September 2012

Penentu Kesuksesan Diri

Kalau Anda ingin menyalahkan orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Anda dalam hidup, maka Anda bisa mulai dengan menyalahkan diri sendiri? Kenapa demikian?

Karena Andalah sendiri yang mengambil keputusan untuk gagal. Bukan atasan Anda yang galak. Bukan anak buah Anda yang susah  diatur. Bukan istri Anda yang tidak sejalan. Bukan suami Anda yang tidak pengertian. Bukan teman di kantor yang menggosipkan Anda. Tetapi karena Anda sendirilah yang memutuskan, mengambil keputusan dengan penuh kesadaran, untuk gagal.


View Details

Selasa, 31 Juli 2012

Layang-Layang dan Kehidupan Kita


Saya pernah menulis artikel tentang layang-layang (klik disini). Waktu itu, pendekatan yang digunakan untuk mengungkap rahasia kehidupan dari permainan layang-layang adalah mulai dari proses pembutannya hingga akhirnya bisa terbang ke angkasa dengan tali benang yang kokoh.

Nah, ternyata ada hal lain yang bisa kita ungkap dari permainan layang-layang, terkait dengan rahasia kehidupan didalamnya.

Layang-layang memerlukan angin untuk bisa terbang. Tak ada angin, maka tak bisa layang-layang itu naik ke atas. Semakin besar angin berhembus, semakin tinggi layang-layang itu naik terbang ke angkasa.

Sahabat,

Kehidupan kita akan senantiasa di uji oleh Allah SWT dalam menjalani perannya sebagai khalifah. Ujian itu bisa berupa masalah-masalah kehidupan dan juga kebaikan-kebaikannya.

Dalam hal kebaikan-kebaikan dalam kehidupan, nampaknya kita merasa itu sudah sepantasnya kita terima dari Allah SWT. Sehingga kadang kita tidak merasa itu sebuah ujian dari-Nya. Padahal, ujian kebiakan itu lebih “menjebak“ kita untuk lalai dan jauh dari rasa syukur kepada-Nya. Maka, hati-hatilah kita, ketika mendapatkan kebaikan dari Allah. Segera bersyukur!

Namun, dalam hal ujian yang berupa masalah-masalah, tampaknya kita merasakan adanya ketidakadilan Allah. Kita sering berfikir, Allah itu tidak sayang sama kita, dan membiarkan kita terjerembab dalam lubang masalah. Padahal, jika kita sadar akan besarnya nilai dari ujian masalah ini ketika kita mampu menghadapinya, kita tentu malah bersyukur ketika Allah memberikan masalah-masalah kehidupan.

Itulah mengapa ketika betapa sulitnya kita mengimplementasikan Rukun Iman yang ke 6 (enam), yaitu Iman Kepada Qadha dan Qadar. Sering kita merasa “tidak terima“ atas qadha dan qadar-Nya.

Sahabat,

Kembali ke permainan layang-layang di atas. Angin yang diperlukan untuk menaikkan dan menerbangkan layang-layang itu ibarat ujian (baik itu ujian masalah atau kebaikan) bagi kehidupan kita. Artinya, kita memerlukan ujian dari Allah untuk menaikkan diri, sehingga menempati level tertinggi di hadapan-Nya. Lihatlah perjalan para kekasih Allah (Rasul dan Nabi). Betapa dalam kehidupannya, mereka senantiasa dipenuhi dengan ujian-ujian. Dan semakin tinggi dan berat ujian itu, semakin membuat Allah mencintai mereka.

Ingin menjadi kekasih Allah ? Jadikan ujian sebagai sarana untuk mewujudkannya. Jadikan masalah sebagai angin untuk menaikkan layang-layang diri. Maka hidup SuksesBahagia dunia-akhirat, Insya Allah akan kita raih. Aamin ...


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Kamis, 21 Juni 2012

PANASNYA KEHIDUPAN: Pelajaran dari Zyra

Beberapa hari yang lalu, Zyra panas. Tentu hal ini membuat saya dan istri khawatir, terlebih, panasnya agak tinggi dan dalam jangka waktu yang cukup lama bila dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya. Setelah kembali normal, ternyata Zyra menambah kebiasaan dan kemampuannya. Dia lebih banyak bergerak, terutama untuk bagian tangan, dan sewaktu di tidurkan. Dan, tadi pagi saya menyaksikan sendiri dia tengkurap, kembali telentang, dan tengkurap lagi. Tampak lebih ringan. Sebelumnya memang dia sudah bisa tengkurap, cuman terlihat kesusahan.

Ocehannya pun bertamabah. Sudah mulai jelas mengucapkan kata "aa.....yaaah". Yang lebih mengagetkan lagi, ketika disodorkan gelas yang berisi air putih, dia memegangnya dengan dua tangan, dan mendekatkan ke mulutnya, lalu .... dia minum .... Wah..... Zyra pintar dan cerdas !!!! Alhamdulillah, makasih Ya Allah untuk semua ini ...

Sahabat,

Ada point penting yang saya dapatkan dari proses perkembangan dan pertumbuhan anak saya (dan mungkin untuk beberapa balita lainnya) yaitu mengalami kenaikan suhu badan (panas) ketika akan bertambah kemampuannya. 

Kehidupan ini adalah sebuah siklus yang telah Tuhan "rancang" dengan indahnya. Sehingga, ada proses dan tahapan kehidupan yang tidak bisa kita hindari kecuali dengan menikmatinya. Panas-nya bayi menjelang perubahan menuju peningkatan dalam dirinya adalah sebuah proses kehidupan. Namun, ternyata itu tidak hanya berlaku pada bayi saja. Untuk orang dewasa-pun, proses tersebut tetap berjalan. Bedanya adalah jenis panas-nya.

Panas-nya orang dewasa lebih kepada terpenuhinya hidup dengan masalah-masalah dan ujian-ujian. Semakin banyak masalah dan ujian hidup, kemudian ia mampu menghadapinya, maka ia akan menjadi sosok manusia yang tangguh, yang akan mampu meraih segala apa yang diharapkannya sebagaimana dalam doa-doa yang dimohonkannya kepada Tuhan.

Ya, Tuhan akan mengabulkan doa kita dengan terlebih dahulu menguji kita. Layakkah kita mendapatkan apa yang diminta. Persis seperti seorang anak yang meminta sesuatu kepada orang tuanya yang bijak. Katakanlah si anak meminta dibelikan mobil. Tentu orang tua yang bijak, akan menilai dulu, apakah anaknya layak mendapatkan mobil? Ia akan melihat dari kemampuan anaknya dalam berkendara, ketelatenannya dalam merawat mobil, dan lain sebagainya. Ketika sudah dinilai layak, maka diberikannya mobil itu.

Sahabat,

Pernahkah Anda membuat seduhan teh celup? Teh celup, untuk mendapatkan sensasi nikmat, tentu harus dimasukkan kedalam air yang panas, bukan air yang dingin. Semakin panas, semakin terasa tehnya.

Sahabat,

Nah, mulai sekarang, ketika kita mengalami masalah dan ujian hidup, nikmatilah, itulah panas-nya kehidupan untuk hidup lebih baik lagi. Sebagaimana bayi yang menikmati dan melewati panas-nya ketika akan bertambah kemampuan dan tingkah lakunya.

Layakkan diri kita untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sebagaimana teh celup yang melayakkan dirinya, untuk semakin nikmat ketika dimasukkan ke dalam air panas.


Salam,

Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia



View Details

Selasa, 12 Juni 2012

Sup Batu: Ciptakan Mindset Positif !


Pada suatu hari, tiga orang bijaksana berjalan melintasi sebuah desa kecil. Desa itu tampak miskin. Tampak dari sawah-sawah sekitarnya yang sudah tidak menghasilkan apa-apa lagi. Ya, memang telah terjadi perang di negeri itu - dan sebagai rakyat jelata - merekalah yang kena dampaknya. Macetnya distribusi pupuk, bibit, dan kesulitan-kesulitan lain membuat sawah mereka tidak mampu menghasilkan apa-apa lagi. Cuma beberapa puluh orang yang masih setia tinggal di desa itu.

Sekonyong-konyong beberapa orang mengerubuti tiga orang bijaksana itu. Dengan memijit-mijit tangan dan punggung tiga orang itu, orang-orang desa memelas dan meminta sedekah, roti, beras, atau apalah yang bisa dimakan.

Satu dari tiga orang bijaksana itu lalu bertanya kepada penduduk desa itu, “Apakah kalian tidak punya apa-apa, hingga kalian meminta-minta seperti ini ?”

“Kami tidak memiliki apapun untuk dimakan, hanya batu-batu berserakan itu yang kita miliki.” Jawab salah satu penduduk desa.

“Maukah kalian kuajari untuk membuat sup dari batu-batu itu ?” tanya orang bijaksana sekali lagi.

Dengan setengah tidak percaya, penduduk itu menjawab, “Mau..”

“Baiklah ikutilah petunjukku.” Orang bijaksana itu menjelaskan, “Pertama-tama, ambil tiga batu besar itu, lalu cucilah hingga bersih !” perintah orang bijaksana sambil menunjuk tiga buah batu sebesar kepalan tangan. Orang-orang pun mengikuti perintahnya.

Sesudah batu itu dicuci dengan bersih hingga tanpa ada pasir sedikitpun di permukaannya. Orang bijaksana itu lalu menyuruh penduduk untuk menyiapkan panci yang paling besar dan menyuruh panci itu untuk diisi dengan air. Ketiga batu bersih itupun lalu dimasukkan ke dalam panci - dan sesuai dengan petunjuk orang bijaksana itu - batu-batu itupun mulai direbus.

“Ada yang dari kalian tau bumbu masak ? Batu-batu itu tidak akan enak rasanya jika dimasak tanpa bumbu.” Tanya orang bijaksana.

“Aku tahu !” seru seorang ibu, kemudian ia mengambil sebagian persediaan bumbu dapurnya, kemudian meraciknya, dan memasukkannya kedalam panci besar itu.

“Adakah dari kalian yang memiliki bahan-bahan sup yang lain ?” Tanya orang bijaksana itu. “Sup ini akan lebih enak jika kalian menambahkan beberapa bahan lain, jangan cuma batu saja.”

Beberapa penduduk mulai mencari bahan-bahan makanan lain di sekitar desa. Beberapa waktu kemudian dua orang datang dengan membawa tiga kantung kentang. “Kami menemukannya di dekat kali, ternyata ada banyak sekali kentang liar tumbuh disana.” Katanya. Kemudian orang itu mengupas, mencuci, dan memotong-motong kentang-kentang itu dan memasukkannya ke dalam panci.

Kurang dari satu menit, seorang ibu datang dengan membawa buncis dan sawi. “Aku masih punya banyak dari kebun di belakang halaman rumahku.” Kata ibu itu, lalu ibu itu meraciknya dan memasukkannya ke dalam panci.

Sesaat, datang pula seorang bapak dengan tiga ekor kelinci di tangannya. “Aku berhasil memburu tiga ekor kelinci, kalau ada waktu banyak, mungkin aku bisa membawa lebih lagi, soalnya aku baru saja menemukan banyak sekali kawanan kelinci di balik bukit itu.” Dengan bantuan beberapa orang, tiga kelinci itu pun disembelih dan diolah kemudian dimasukkan ke dalam panci.

Merasa telah melihat beberapa orang berhasil menyumbang sesuatu. Penduduk-penduduk yang lain tidak mau kalah, mereka pun mulai mencari-cari sesuatu yang dapat dimasukkan ke dalam panci sebagai pelengkap sup batu.

Kurang dari satu jam, beberapa penduduk mulai membawa kol, buncis, jagung, dan bermacam-macam sayuran lain. Tak hanya itu, anak-anak juga membawa bermacam-macam buah dari hutan. Mereka berpikir akan enak sekali jika buah-buah itu bisa dijadikan pencuci mulut sesudah sup disantap. Ada pula seorang bapak yang membawa susu dari kambing piaraannya, dan ada pula yang membawa madu dari lebah liar yang bersarang di beberapa pohon di desa itu.

Beberapa jam kemudian sup batu itu telah matang. Panci yang sangat besar itu sekarang telah penuh dengan berbagai sayuran dan siap disantap. Dengan suka cita, penduduk itu makan bersama dengan lahapnya. Mereka sudah sangat kenyang, hingga mereka lupa ‘memakan’ batu yang terletak di dasar panci.

Tiga orang bijaksana itu hanya tersenyum melihat tingkah para penduduk itu. Dan mereka pun sadar, sekarang waktunya mereka untuk meneruskan perjalanan. Mereka mohon diri untuk meninggalkan desa itu.

Sebelum beranjak pergi, seorang bapak sekonyong-konyong memeluk dan menciumi ketiga orang itu sambil berkata, “Terima kasih telah mengajari kami untuk membuat sup dari batu....”

Sahabat,

Apa hikmah yang bisa kita ambil dari cerita di atas? Ya, cerita di atas mengajari kita untuk mengolah pikiran agar menciptakan sudut pandang yang benar terhadap setiap persoalan yang datang melanda. Akhirnya, kita akan menempuh jalan kebahagiaan dalam hidup. Karena mampu menjadikan musibah menjadi anugerah, dan menjadikan anugerah sebagai penggugah untuk lebih mensyukuri atas apa yang Tuhan berikan. Bukan meratapi setiap masalah hingga membuat kita begitu pasrah yang tak bermakna. Ada begitu banyak peluang nikmat di sekeliling kita. Maka, temukanah dengan sudut pandang (mindset) yang benar, yang positif, kitalah yang menciptakan jalan kebahagiaan itu.


Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Jumat, 04 Mei 2012

Manusia, Mahluk Yang Sempurna

Tersebutlah seorang pria yang sedang meratapi nasib hidupnya, yang tak kunjung keluar dari lubang penderitaan. Ia membenci hidupnya. Ia membenci dirinya sebagai manusia. Ia menganggap dirinya hanyalah sebagi sampah yang tidak berarti.

Suatu hari, tatkala ia sedang duduk di teras rumahnya, ia melihat matahati yang bersinar terang. “Ah, alangkah senangnya menjadi matahari. Dinanti kehadirannya setiap hari. Wah, aku mau berubah menjadi matahari saja.” pikirnya. Dan ajaib, pikiran lamunannya menjadi kenyataan, ia pun menjadi matahari.

Satu sampai tiga hari menjadi matahari, terasa sangat bahagia. Hari-harinya penuh dengan senyuman kegembiraan. Hari ke empat, mulai ia merasakan kejenuhan. Terlebiih, ketika musim berganti menjadi penghujan, sering ia tertutupi oleh awan hitam, hingga sinarnya tidak sampai di bumi. Maka ia menginginkan untuk berubah menjadi awan. Dan, seperti keajaiban yang pernah ia peroleh, ia pun menjadi awan hitam.

Menjadi awan tebal dan hitam, membuat ia bergembira karena bisa mengahalangi sinar matahari. Namun tiba-tiba ia merasa terombang-ambing. Maka ia pun mencari penyebabnya. Ternyata, yang membuatnya terombang-ambing kesana-kemari adalah angin. Setelah mengetahui angin bisa membuat awan terbang tidak karuan, ia beraharap bisa menjadi angin. Dan, ia pun berubah lagi menjadi angin.

Gagah dan sombong ia tunjukkan dirinya setelah menjadi angin. Tidak hanya awan yang ia goyangkan, benda-benda lain pun sanggup ia terbangkan. Wuihhh, bahagianya ia mengetahui dirinya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.

Dalam kesombongannya terbang kesana-kemari dengan mendorong barang-barang berbobot, tiba-tiba ia terhentikan oleh dinding yang sangat kuat. Ia mengeceknya. Dan ia dapati, berdiri kokoh didepannya sebuah gunung tinggi menjulang. Ia berpikir, “Ah, ternyata angin kalah sama gunung. Coba saya menjadi gunung.” Kontan, ia pun berubah lagi menjadi gunung.

Benar, setelah menjadi gunung, angin sebesar apapun tidak mampu merobohkannya, bahkan menjadikan angin kembali menyerang balik dirinya. Ia gembira, merasa dirinya hebat, tak terkalahkan, ia mencintai dirinya sebagai gunung.

Adalah seekor landak yang memiliki kebiasaan melubangi tanah. Maka, landak mampu menjadikan tanah berlubang besar. Dan ketika lubang landak ciptakan di setiap lereng gunung, maka robohlah gunung itu. Gunung merasa dirinya terancam kembali. Ia merasa dirinya tidak berguna. Ia ingin menjadi landak yang mampu melubangi gunung, hingga gunung roboh, sehingga dialah yang terkuat.

Tapi landak hanyalah seekor hewan kecil. Dengan mudahnya landak ditangkap manusia. Baik untuk peliharaan, atau untuk dimusnahkan. Setelah ia merenung, ternyata, manusialah mahluk yang paling “hebat” di muka bumi ini. Manusialah yang paling berkuasa. Maka, tidaklah pantas untuk meratapi hidup dan kehidupan yang telah Tuhan berikan. Adapun masalah dan cobaan hidup, adalah sarana untuk menjadikan manusia semakin tangguh. Ketika manusia tangguh, ia akan mampu menaklukan matahari, awan, angin, gunung, dan landak.

Sehingga, pria tersebut bertaubat dan berjanji untuk tidak membenci dirinya. Ia bangkit dari masalah hidupnya. Ia mencintai dirinya. Ia mengoptimalkan potensi yang Tuhan berikan kepadanya. Ia tersadar, manusia adalah mahluk yang diciptakan dengan kesempurnaan. Masalah dan cobaan hidup, adalah bagian dari kesempurnaan itu sendiri.

Wallahua’lam …



Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Selasa, 03 April 2012

Sepak Bola dan Kehidupan (bag. 2, selesai)

Pada artikel kemarin, kita mengungkap pelajaran terselubung dari pertandingan sepak bola, yaitu bertapa berharganya waktu dan pentingnya memiliki goalhidup. Nah, kali ini, kita ungkap kembali pelajaran rahasia lainnya.

Dalam usaha menciptakan goal, pemain bola senantiasa bergerak menciptakan peluang atau mengoptimalkan setiap peluang yang ada, dan berusaha mengarahkan bola ke arah gawang lawan, melalui sebuah kerja sama tim yang cantik.

Begitulah dalam pencapaian tujuan hidup kita. Kita harus selalu bergerak, bergerak ke arah tujuan yang ingin kita capai. Bergerak menunjukkan sebuah kehidupan itu sendiri. Dan, kemampuan kita dalam menghidupkan kehidupan seperti yang kita inginkan, adalah makna kesuksesan sebenarnya.

Kita harus menciptakan peluang dan mengoptimalkan peluang yang bertebaran disekeliling kita. Dengan 'bergerak' peluang akan tercipta dan peluang yang ada pun tidak terbuang sia-sia.

Namun bergerak 'fisik' tidaklah cukup. Perlu adanya gerak jiwa. Ya, gerak jiwa, sebagaimana pesepak-bola yang tidak hanya mengandalkan gerakan fisik untuk menciptakan goal, tapi mereka juga menggunakan insting, feeling, dan perhitungan cermat untuk sebuah tendangan, atau melakukan pengoperan bola ke rekan yang lain. Maka kita juga perlu menggerakan jiwa, sehingga akan lebih menguatkan gerakan fisik kita dalam upaya pencapaian tujuan hidup.
Contoh gerak jiwa yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita menggerakan pikiran dan hati kita dari kutub negatif ke kutub positif. Lho kok? Ya, hal ini sangatlah penting. Atau juga bagaimana kita mengaktifkan gerakan jiwa berupa niat (nawaitu). Niat adalah titik positif awal untuk 'memudahlan' kita menjalani proses menghidupkan kehidupan seperti yang kita inginkan.

Akhirnya, gerakan jiwa sebenarnya jauh lebih penting dalam pencapaian tujuan hidup. Gerakan fisik tanpa disokong oleh gerakan jiwa, sia-sia, karena tidak ada makna. Namun gerakan jiwa yang tanpa gerakan fisik, bisa mengubah segalanya. Kok bisa? Tengoklah sosok Syekh Ahmad Yaasin, pemimpin pergerakan muslim Palestina. Ia cacat fisik, namun ketika jiwanya bergerak, ia mampu menggerakan orang-orang yang ada disekitarnya.

Sementara kita adalah mahluk sosial, maka tentulah kiranya kita menyadari benar bahwa tujuan tercapai ketika kita mampu bersinergi dengan manusia yang lain. Inilah hakikat kerja sama dalam kehidupan, melakukan penyelarasan diri terhadap sekelilingnya. Menyelaraskan diri berarti melakukan efek sinergi dalam kehidupan. Kita memerlukan orang lain untuk mencapai tujuan hidup (baca: kesuksesan). Ada peran orang-orang yang berada disekeliling kita.

Ada pelanggaran, ada kartu yang dikeluarkan wasit (juru adil). Pelanggaran ringan, peringatan lisan hingga kartu kuning, dan pelanggaran berat adalah kartu merah.

Hidup yang Allah anugerahkan ini, memiliki aturan mainnya. Itulah hukum Allah. Ada perintah, ada larangan. Maka ketika kita 'melanggar' aturan hukum Allah, kita akan diberi sanksi oleh-Nya. Ketika pelanggaran kecil kita lakukan, maka kita mendapatkan kartu kuning. Dalam konteks kehidupan keseharian kita, kartu kuning itu berwujud 'peringatan-peringatan' dari-Nya. Bisa peringatan yang langsung menimpa kita, atau peringatan yang tercermin dalam kejadian yang tidak diinginkan disekitar kita, misalkan banjir, tanah longsor, gunung meletus, dlsb. Dan peringatan yang langsung menimpa kita, seperti sakit, kehilangan benda berharga yang dimiliki (karena kurang bersedekah, misalkan) dlsb.

Maka, jika pelanggaran berat telah kita lakukan, misalkan kita menyekutukan-Nya, maka kita mendapat kartu merah langsung. Ya kartu merah atau larangan untuk masuk surga-Nya.

Selalu ada hadangan dan tekel dari musuh ketika pesepak-bola menggiring bola mendekati goal (gawang lawan).

Itulah proses semakin dekatnya kita dengan tujuan hidup yang telah kita tentukan. Akan ada selalu masalah, hambatan, tantangan, ujian, atau kegagalan yang mengiringinya. Semakin dekat dengan tujuan, semakin besar tantangan dan hambatannya. Persis ketika penghadang yang paling tangguh (stopper atau back). Namun, kita harus mampu untuk bangkit kembali, sebagaimana pula mereka pesepak-bola yang akan selalu bangkit lagi ketika dijatuhkan oleh lawan-lawannya, sehingga bisa mendekati gawang lawan, dan kemudian mencetakkan goal. Bangkit, bangkit, dan bangkit selalu disaat hambatan datang melanda.

Sahabat,

Ada waktu tambahan (injury time atau additional time) dalam pertandingan sepak bola, dan para pemain semakin termotivasi untuk mengakhiri pertandingan dengan kemenangan.

Usia tambahan mungkin tidak ada dalam kamus kehidupan manusia. Namun, yang terjadi sebenarnya adalah bahwa waktu-waktu kita ini adalah waktu tambahan yang Allah berikan. Artinya, spirit injury time harus kita miliki, sebagai upaya kita untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna.

Hal ini senada dengan hadits Nabi yang pada intinya mengajarkan kita untuk tidak berpatah semangat untuk berbuat baik bagi sesama. Kalaupun esok akan kiamat, hari ini kita tetap 'menanam' pohon kebaikan. Tentu kita ingin mengakhiri hidup dengan julukan khusnul khatimah, ya kan?

Yang keluar sebagai pemenang, adalah tim yang memiliki lebih banyak goal, dan layak mendapatkan trophy kemenangan.

Trophy kemenangan hidup adalah hidup dalam pelukan surga-Nya. Merekalah yang memiliki banyak amalan hasanah. Makna lainnya, trophy kemenangan hidup adalah kesuksesan. Dan yang mendapatkannya adalah mereka yang banyak menghidupkan goal dalam hidupnya.

Sahabat,

Itulah pelajaran rahasia atau terselubung dari pertandingan sepak bola. Semoga kita menjadi lebih mawas diri dalam melangkah, melangkah menuju tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu hidup dalam dekapan surga-Nya. Amiin ...



Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Senin, 02 April 2012

Sepak Bola dan Kehidupan (bag. 1)

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari pertandingan sepak bola. Ya, kita tidak hanya menikmati indahnya tarian artis sepak bola di lapangan hijau, namun dibalik semua itu, ada pelajaran tersembunyi, yang hampir kita tidak mengetahuinya.

Pada kesempatan ini, saya akan mencoba menguak pelajaran tersembunyi dari pertandingan sepak bola. Sehingga dengannya, diharapkan kita tidak hanya menikmati tontonannya belaka, tetapi tuntunannya juga.

Pertandingan sepak bola, waktunya telah ditentukan, yaitu 90 menit (2 X 45 menit).

Kehidupan kita-pun, juga telah ditentukan waktunya oleh Allah. Hanya saja, kita tidak diberitakan dengan detail, berapa waktu kita hidup di dunia ini. Tapi justru kerahasiaan ini adalah nikmat yang tak terkira. Bayangkan jika, Anda mengetahui kalaulah hidup Anda tinggal 1 jam lagi, tentu entah perasaan apa yang akan berkecamuk dalam diri Anda. Anda pasti ‘galau’ tak karuan. Yang katanya sebagian orang, jika kita mengetahui kapan kita dipanggil-Nya, maka kita akan termotivasi untuk memperbanyak ibadah, menurut saya itu adalah keliru. Lihat saja, sahabat Anda yang akan melangsungkan akad nikah. Apakah akad nikah adalah sesuatu yang membahagiakan? Sudah pasti, ya kan? Nah, bagaimana perasaan sahabat Anda itu? Saya pun pernah merasakan ‘kegalauan’ yang tak terkira ketika akan melangsungkan akad nikah. Apalagi jika itu adalah kematian, yang kadang kita 'menakutinya'.

Jadi, pen-rahasia-an waktu hidup kita di dunia adalah nikmat yang besar. Namun meski demikian, Allah telah memberikan rambu-rambunya, yaitu kalaulah kehidupan di dunia ini ‘sementara’.
Kembali ke sepak bola. Para pemain sepak bola, dengan waktu yang tersedia, mereka berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingannya. Waktu satu detik pun bagi mereka sangatlah berharga. Nah, sekarang tengoklah diri kita sendiri. Kita tidak tahu kapan waktu kita berakhir. Maka, masih pantaskah jika kita berleha-leha, bersantai, bermaksiat, dan tidak mengoptimalkan waktu yang Allah berikan ‘sementara’ ini?

Hmmm, saya jadi ciut ketika melihat diri ini. Jujur, begitu banyak menit-menit yang terlewati begitu saja tanpa sesuatu yang berarti didalamnya. Padahal, kita akan lebih dimintai pertanggungjawabannya atas waktu yang kita lewati ini.

Pemain sepak bola, sebanyak mungkin berusaha untuk mencetak goal ke gawang lawan.

Dengan waktu terbatasnya, pesepak bola menargetkan sebanyak-banyaknya goal untuk kemenangan timnya. Nah, waktu kita yang tak terbatas terbatasnya ini, berapa goal yang ingin kita ciptakan?

Goal artinya tujuan. Maka, tujuan apa yang ingin kita raih sebagai bentuk kemenangan kehidupan kita di dunia ini? Atau jangan-jangan kita tidak mengetahui tujuan hidup kita untuk apa. Ingat ! Waktu kita tak terbatas terbatasnya. Tentukan goal hidup ini sekarang juga !!!

Sahabat,

Pelajaran terlesulubung apa lagi yang ada didalamnya?
Kita lanjutkan di artikel selanjutnya ya …


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Rabu, 14 Maret 2012

Tangan Di Atas Itu Lebih Baik ...

Alkisah, ada seorang pemuda yang akan merantau ke negeri seberang, untuk mencari nafkah.  Sebelum berangkat, dia berpamitan kepada guru spiritualnya (guru ngajinya) untuk memohon restu dan doa keselamatan.

“Kyai (panggilan untuk guru ngaji), saya mohon doa restu dan keselamatan serta keberkahan. Semoga apa yang saya harapkan di negeri seberang untuk mengais rezeki bisa berhasil.”

 “Ya, saya doakan. Semoga Allah memberikan kemudahan kepadamu.”

Maka, berangkatlah pemuda itu, diiringi tatapan haru dari gurunya.

Setelah lama berjalan, dia beristirahat untuk melepaskan lelah sambil membuka perbekalan yang dibawanya. Disaat sedang menyantap makanannya, dia melihat ada seekor burung yang terluka kakinya dan tidak bisa terbang. Setelah lama dia menyasikan burung yang kesakitan itu, datanglah seekor burung yang lain. Dan ternyata burung yang baru datang itu, membawa makanan untuk diberikan kepada burung yang tidak bisa terbang. Kemudian terbang lagi, dan datang lagi untuk beberapa waktu kemudian.

“Aha, betapa bodohnya aku !” pikir pemuda itu.

“Buat apa saya pergi jauh-jauh ke negeri seberang untuk mencari rezeki. Burung yang tidak bisa terbang, bisa mendapatkan rezekinya (makanannya) dari burung lain. Ini artinya, aku pun, tanpa harus pergi jauh mencari rezeki, rezeki akan datang menghampiriku. “

Setelah punya pikiran seperti itu, dia akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalannya ke negeri seberang. Dia berpikir, dia bisa seperti burung yang tidak bisa terbang itu. Dia bisa mendapatkan rezeki tanpa harus bersusah payah mencarinya.

Sesampainya di kampung halamannya sendiri, dia menemui kyai-nya. Dan menyampaikan pembatalannya untuk pergi merantau dengan alas an dia mendapatkan “pelajaranan” dari burung yang terluka, yang tidak bisa terbang, namun bisa mendapatkan rezekinya lewat pemberian burung yang lainnya. Maka, kyai-nya pun berkata,

“Wahai muridku, tidakkah ada dalam pikiranmu, keinginan untuk menjadi seperti burung yang memberikan makanan terhadap burung yang terluka dan tidak bisa terbang itu ? Menurutmu, mana yang lebih mulia, burung yang terluka atau burung yang memberikan makanan ?”

Glekkkkk….

Tiba-tiba memerahlah wajah pemuda itu. Dia malu. Dia sadar telah melakukan kekeliruan dalam “membaca” sesuatu. Dan diapun akhirnya melanjutkan pengembaraannya untuk mencari dan menjemput rezeki. Dia berjanji akan seperti burung yang selalu memberikan makanannya kepada burung yang terluka dan tidak bisa terbang. Dia bertekad akan menjadi manusia yang selalu membantu manusia lain yang kekurangan. Dia yakin, itu lebih mulia. Dia yakin, TANGAN DI ATAS LEBIH BAIK DARI PADA TANGAN DI BAWAH !!!

Sahabat, semoga bermanfaat.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindseter SuksesBahagia


View Details

Jumat, 09 Maret 2012

Tinggalkan Beban ...




Anda pasti pernah menonton film Taichi Master. Film ini membuat saya terkesan ketika Jet Lee (tokoh utama film tersebut) digambarkan sedang mengalami depresi berat. Saudara seperguruannya yang menguasai ilmu silat sebanding dengannya telah menyalahgunakan kemampuan yang dimiliki untuk berbuat kejam kepada orang lain. Kemudian dalam sebuah adegan digambarkan, ada serombongan orang yang sedang memikul kayu dipunggungnya berjalan di pematang sawah. Tampak seorang berlari-lari menemui salah satu pemikul kayu tersebut dan membawa kabar bahwa istrinya di rumah baru saja melahirkan.
Laki-laki yang mendengar kabar itu hanya tersenyum dan malah bingung apa yang harus diperbuatnya. Kemudian salah seorang dari temannya berkata dengan mantap,” Mengapa termenung, segera tanggalkan beban dipunggungmu dan sambutlah hari baru.”
Serta merta lelaki itu melepaskan ikatan punggungnya, meletakkan kayu yang ia pikul dan segera bergegas pulang.
Sang jagoan Jet Lee yang mendengar dialog tersebut tergugah. Ia tersenyum. Ada perubahan dalam raut wajahnya. Dengan bibirnya ia bergumam mengulang kalimat yang baru saja didengarnya, “ Mengapa termenung, segera tanggalkan beban dipunggungmu dan sambutlah hari baru.”
Lalu ia pulang ke rumah, menuju kamar dan memperhatikan sekelilingnya. Ia ingat sang guru dulu pernah membekalinya sebuah buku. Lalu ia baca buku itu dan mulai mempraktekkan gerakan-gerakan yang terdapat di dalam buku tersebut. Ia menemukan jurus baru yang lembut namun penuh kekuatan, itulah jurus taichi.
Sahabat,
Sesungguhnya apa yang membelenggu diri kita untuk mencapai kesuksesan? Mengapa seseorang sering menganggap kegagalan adalah akhir dari segalanya? Mungkin mereka tidak memiliki cara atau pendekatan lain untuk menuntaskan apa yang tidak bisa mereka kerjakan.
Kegagalan hanyalah peringatan bahwa kita harus mencoba menyelesaikan masalah dengan cara lain. Jalan menuju kesuksesan selalu dipenuhi dengan kegagalan. Orang yang sukses adalah mereka yang telah menghadapi begitu banyak kegagalan, dan mereak berhasil menghadapinya.
Masa depan tidak sama dengan dengan masa lalu. Delam kehidupan ini, mungikin kita telah benyak mengalami kegagalan. Tapi hari ini ada lembaran baru dan mungkin saja harapan kita akan terwujud, asalkan kita berani mencobanya sekali lagi. Belajarlah dari semua masa lalu dan raihlah masa depan dengan penuh keyakinan.
Hal yang lalu biarlah berlalu dan kita telah membayarnya. Sebagai konsekuensinya, kita tidak harus menebisnya lagi. Tentukan rencana baru dan hilangkan ketakutan dari pikiran kita. Teruslah melangkah (lihat tulisan saya beberapa bulan yang lalu, Bakar Jembatan).
Mulai sekarang, tinggalkanlah bayang-bayang kegagalan masa lalu. Gagal melakukan sesuatu pada masa lalu tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak bisa dikerjakan pada masa depan.
Lihatlah bahwa didepan ada hamparan luas taman keindahan. Di depan terbentang harapan baru. Di sana kita akan menemukan hari baru. Dan saya yakin, akan selalu tercipta jurus-jurus baru dalam hidup kita. JURUS KESUKSESAN.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia 

 
Inspirated from Jumadi Subur

View Details

Selasa, 06 Maret 2012

Tukang Kursi Bambu


Ketika pulang, saya melihat seorang pedagang kursi bambu yang sedang istirahat, berteduh di pinggir jalan di bawah pohon. Sekilas saya menangkap kelitihan yang amat berat diwajahnya. Tetesan keringat diwajahnya melukiskan tanggungjawab dia sebagai kepala keluarga (asumsi saya, dia sudah bekeluarga. Terlihat dari fisiknya yang menua). Mungkin dia sedang membayangkan isti dan anak-anaknya menunggunya pulang dengan membawa hasil jualan kursi bambu. Mungkin juga dia sedang menghitung-hitung berapa besar hutang keluarganya ke warung sebelah, karena belum punya uang ketika mau belanja sembako. 

Sungguh tak dapat dideskripsikan bagaimana pikirannya melayang-melayang jauh entah kemana bersama beban-beban hidupnya. Maklum, dari dua buah kursi yang dibawanya, belum terjual. 
Tersentak saya dari lamunan. Terlalu naïf untuk memikirkan orang lain. Saya harus melihat diri sendiri. Bagaimana dengan saya? Sementara saya juga dapat melihat, penjual kursi tadi, masih memiliki semangat, semangat bertanggungjawab terhadap keluarganya, apapun yang harus dikerjakannya selagi itu adalah jalan halal. Saya malu pada diri sendiri dan juga penjual tadi. Sering saya merasa malas melakukan aktivitas pekerjaan di kantor. Dan lebih parahnya lagi, saya sering kurang bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan kepada saya. Astaghfirullah. Padahal apa yang telah saya dapatkan, sudah lebih dari cukup.

Entah sudah fitrah atau bukan, kadang manusia merasa selalu kurang dengan apa yang sudah didapatkannya. Pantas jika Rasulullah bersabda: “Jika manusia mendapatkan dua lembah emas, maka dia akan minta yang ketiga .“ Bukan tidak boleh kita berusaha mencari harta, dengan niatan bahwa harta yang didapatkan akan digunakan sepenuhnya dalam rangka ibadah dan mendekatkan diri pada-Nya. Jangan salah, generasi para sahabat-pun memiliki banyak harta. Kita lihat Usman bin Affan. Dia menyumbangkan 1000 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya untuk perang. Sudah pasti dia memiliki banyak harta dan keistimewaannya adalah hartanya digunakan untuk dakwah. 

Abdurrahman bin Auf, hartawan sukses yang merajai pasar di Madinah. Mush’ab bin Umair, orang kaya namun ketika syahid kain kafannya tidak cukup untuk menutupi tubuhnya. Dan masih banyak lagi sahabat yang lain, yang menunjukkan bagaimana mereka menggunakan hartanya semata-mata untuk kepentingan dakwah.

Jadikanlah harta yang kita dapatkan dan kita miliki sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. Hati-hatilah, jangan sampai kita terjangkit penyakit wahn yaitu cinta harta (dunia) takut mati. Naudzubillahimindzalik. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari bix\sikan syaitan yang akan menggelincirkan kita.

Akhirnya saya pulang kerumah dengan mendapatkan ilmu yang sangat berharga dari seorang penjual kursi bambu. Bagaimana agar kita tetap semangat mencari nafkah dan bersabar serta tawakal pada Allah SWT.



Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Kamis, 23 Februari 2012

Kita Tidak Menerima Apa Yang Diinginkan ...




Sahabat SuksesBahagia !!

Seringkali, perjuangan adalah sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini. Jika Tuhan memperbolehkan hidup kita lalui tanpa cobaan, hal ini akan membuat kita lemah. Kita tidak akan sekuat seperti apa yang kita harapkan.

Kita meminta kekuatan... dan Tuhan memberi kita kesulitan untuk kita hadapi dan membuat hidup kita menjadi kuat. Kita meminta kebijksanaan... dan Tuhan memberi kita masalah-masalah yang harus kita pecahkan Kita meminta kemakmuran...
dan Tuhan memberi otak dan kekuatan untuk bekerja Kita meminta keberanian... dan Tuhan memberikan rintangan untuk kita hadapai Kita meminta cinta... dan Tuhan memberikan orang-orang yang dalam kesulitan untuk kita bantu Kita meminta pertolongan... dan Tuhan memberikan kita kesempatan


"Kita tidak menerima apa yang kita inginkan..., tapi kita menerima apa yang kita butuhkan"


Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


gambar: catatan-akhwat.blogspot.com

View Details
 

Labels

Popular Posts