• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts
Tampilkan postingan dengan label teladan sahabat Nabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teladan sahabat Nabi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Februari 2013

Menyikapi Kemungkaran

quranAkhir-akhir ini, begitu banyak kasus kriminal terjadi disekeliling kita. Hanya karena dendam, orang tega membunuh anak dari orang yang ia dendami. Menculik anak orang, minta tebusan, lalu dibunuhlah anak culikannya itu. Begitu pula begitu teganya seorang ayah, memperkosa anak kandungnya sendiri, yang masih di bawah umur, hingga hamil. Ada apa dengan semua ini?

Sementara itu, sang penguasa, sibuk mengurus “dapur-nya” sendiri. Seakan hal itu lebih penting dan mendesak dari pada merosotnya ahlak dan moral bangsa ini. Ya, merosotnya “elektabilitas” lebih berbahaya baginya, daripada merosotnya ahlak di tengah ummat. Ada apa dengan negeri ini?


View Details

Kamis, 07 Februari 2013

Bagaimana Aku Menjadi Orang Yang Mukhlis Dalam Setiap Amalku?

ikhlaskanSetan senantiasa menghadang langkah manusia untuk merusak amal shalih mereka, dan seorang mukmin akan senantiasa dalam jihad melawan iblis musuhnya hingga ia berjumpa dengan Rabb- Nya kelak dalam keadaan beriman dan ikhlas semata karena-Nya dalam setiap amalnya. Diantara hal-hal yang dapat menimbulkan keikhlasan adalah:

1. Doa

Hidayah semua ada di tangan Allah dan hati manusia berada diantara dua jari dari jari-jemari Allah Yang Maha Pengasih, Ia membolak-balikkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, kembalilah kepada Dzat yang seluruh hidayah berada di tangan-Nya, tampakkanlah rasa butuh dan kehinaanmu kepada-Nya, mintalah dari-Nya keikhlasan senantiasa.

Konon do’a ‘Umar Ibnul Khatthab radhiyallahu ‘anhu yang paling sering ia ucapkan ialah:

“Ya Allah jadikanlah amalku shalih semuanya, dan jadikanlah ia ikhlas karena-Mu, dan janganlah Engkau jadikan untuk seseorang dari amal itu sedikitpun”.

2. Menyembunyikan amal


View Details

Sabtu, 08 Desember 2012

Dari Penjual Susu sampai ke Umar bin Abdul Aziz

muraqabatullahMasih ingatkah Anda, kisah seorang wanita penjual susu pada masa Khalifah Umar bin Khattab? Kisah yang telah mengalirkan berbagai inspirasi kepada ummat Islam.  Kisah yang sangat sarat dengan warna keimanan dan semangat ketakwaan.

Malam hari...


View Details

Rabu, 05 Desember 2012

Kekuatan Memaafkan

memaafkanSeorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia  pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap  ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang.


View Details

Sabtu, 01 Desember 2012

Bersabarlah dengan Hukum-Nya

downloadIbnu Hajar rahimahullah dulu adalah seorang hakim besar Mesir di masanya. Beliau jika pergi ke tempat kerjanya berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai-keledai dalam sebuah arak-arakan.


View Details

Jumat, 30 November 2012

Tangisan Rasulullah Menggoncangkan Arasy

Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang  laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:


View Details

Kamis, 23 Agustus 2012

Kelirunya Ucapan Hari Raya di Indonesia

Umat Muslim baru saja merayakan 'Idul Fitri. Dan hampir semua orang mendadak menjadi puitis ketika ingin mengucapkan hari raya ini beserta mohon maaf kepada sesamanya. Namun ternyata ada kekeliruan dalam mengucapkan hari raya 'Idul Fitri ini.

Pada kesempatan ini, akan saya publishkan artikel tentang kekeliruan itu, dan apa yang seharusnya kita ucapkan pada saat merayakan 'Idul Fitri. Artikel ini saya dapatkan dari mailing-list Pembaca Asma Nadia. Semoga bermanfaat.


View Details

Rabu, 15 Agustus 2012

Sidang Itsbat: “Ternyata Pemerintah Salah”

Negara kita memang belum bisa disebut dengan Negara Islam. Tapi setidaknya ini jauh lebih baik ketimbang kita tidak punya Negara. Iya kan? Belum lagi ditambah dengan kebijakan pemerintah yang jelas-jelas sudah banyak memberikan manfaatnya buat Islam. Pesantren tumbuh di mana-mana, kebebasan untuk menjalankan ritual ibadah agama Islam juga dilindungi oleh Negara, partai-partai Islam diberi ruang yang besar untuk tumbuh dan berjuang, ormas-ormas Islam juga sangat dihargai, jilbab sudah menjamur di mana-mana, dan sederet kebaikan lainnya yang sudah Negara ini berikan kepada Islam.


View Details

Kamis, 26 Juli 2012

Ramadhan, Saatnya Optimalisasi Diri


“ … di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah … “

Kalimat di atas adalah cuplikan dari isi khutbah Rasulullah ketika menyambut bulan Ramadhan, dan hampir selalu disampaikan oleh ustadz-ustadz ketika ceramah tarawih atau kuliah subuh.

Namun kadang terjadi dis-orientasi ibadah karena terjebak dalam paradigma “tidurmu ibadah”. Sehingga kita menemukan, masjid-masjid di siang hari penuh oleh jamaah yang melaksanakan tidur siang. Bahkan, yang tidak terbiasa tidur siang pun dengan dalih ada pahala di dalam tidur, akhirnya menjadwalkan diri untuk tidur siang. Bisa jadi produktivitas umat Islam turun karena adanya dis-orientasi ibadah ini.

Padahal, tentu tidaklah demikian adanya yang dimaksudkan Rasulullah. Ketika beliau bersabda tidurmu ibadah yang artinya berpahala itu sebenarnya menunjukkan tingginya nilai dan kemuliaan yang Allah SWT berikan selama bulan Ramadhan. Aktivitas apa pun, dengan syarat iman dan ikhlas, selama bulan Ramadhan. akan menjadi investasi akhirat yang tak ternilai harganya.

Seharusnya, mindset kita diubah. Tidur saja berpahala, tentu jika kita aktif beraktivitas, misalkan bekerja dengan giat, enerjik, semangat, dan bergairah, akan memiliki nilai pahala yang jauh lebih besar.

Ingat ! Ramadhan adalah bulan optimalisasi diri. Optimalisasi atas potensi yang telah Allah limpahkan kepada kita. Ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah.

Optimalisasi ruhiyah adalah bagaimana kita membangun kesadaran keimanan dan menaikkannya ke tangga takwa. Shaum, sebagai ibadah utama di bulan Ramadhan, mengajarkan kita jika Allah itu ada dan selalu mengawasi kita. Lihat, keimanan telah menjadikan kita tidak berani makan satu suap pun di siang hari, walaupun sedang berada sendirian di rumah. Ini adalah bentuk optimalisasi ruhiyah yang nantinya harus tetap kita jaga di bulan luar Ramadhan.

Optimalisasi fikriyah adalah bagaimana kita mengendalikan pikiran untuk terhindar dari lintasan dan hal-hal yang negatif (lihat artikel sebelumnya disini). Tadarus Quran, pada dasarnya memiliki makna jika kita harus melakukan yang namanya penafsiran melalui tafakkur dan tadabbur, sehingga pikiran kita “tersibukkan” dengan mengingat-Nya dari pada yang dibenci-Nya. Tadarus Quran seharusnya pengkajian secara mendalam akan makna kandungan yang ada didalamnya. Inilah bentuk optimalisasi fikriyah. Jadi, tadarus tidak hanya sebatas “tilawah”.

Optimalisasi jasadiyah, ini sudah kita maklumi bersama. Shaum itu menyehatkan fisik. Dan, jauh akan lebih sehat lagi jika fisik atau jasad ini digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat. Bekerja adalah bagian dari optimalisasi jasadiyah. Tidak dengan alasan sedang shaum, lantas kita bermalas-malasan atau malah tidur seharian.

Sahabat,

Sekali lagi, Ramadhan adalah bulan OPTIMALISASI DIRI, bukan untuk bersantai-santai (tidur) meski itu bernilai ibadah. Karena, ketika kita mengoptimalkan diri dengan aktivitas-aktivitas positif, itu jauh lebih bernilai lebih dari pada sekedar tidur. Lihat dalam shirah, betapa banyak perang-perang Rasul dan sahabat melawan kaum kafir itu di bulan Ramadhan. So ...?


Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho





View Details

Selasa, 24 Juli 2012

Lebih Wangi Dari Minyak Kasturi

Benarkah bau mulut orang berpuasa lebih wangi dari minyak kasturi ?


Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda :”……bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih disukai oleh Allah daripada minyak kasturi….”
(HR. Ahmad)

Cuplikan hadist di atas saya dapatkan dari Ustadz-Ustadz yang biasa ceramah sebelum shalat Tarawih. Hm,,, benarkah ? Kok bisa ya di mata Allah bau mulut orang yang puasa lebih wangi ? Bagaimana jika dihadapan manusia ya ? Bau… ya tetap bau kalii ya….

Dan, bau mulutnya orang yang tidak puasa, bagaimana ya ….

Serentetan pertanyaan muncul seketika dalam benak saya. Saya mencoba menggali, apa kandungan pesan didalamnya. Karena, tidaklah serta merta Rasul bersabda jika tidak ada maknanya.

Sampailah akhirnya pada sebuah pemikiran (ini baru pemikiran saya ya, boleh dikritik atau disalahkan), bahwa emang wajar jika Allah lebih menyukai bau mulut orang yang berpuasa karena orang yang berpuasa biasanya,

  1. Lebih banyak diam (sedikit bicara).
  2. Dan disaat kita berdiam diri, disitulah Allah yang berbicara. Artinya bahwa,
  3. Kita akan menjadi manusia yang memiliki kecerdasan “mendengarkan” yang baik. Ingat, telinga kita ada dua, dan mulut cuma satu. Hal ini setidaknya melatih kita untuk menjadi pendengar yang baik. Sehingga,
  4. Kalaupun harus berkata, kata-kata yang terucap dari mulut kita penuh hikmah.Tentu kita tidak mau puasa kita rusak hanya gara-gara mengucapkan kata-kata yang kasar, kotor, sia-sia (seperti ghibah). Tentu kita tidak mau menjadi golongan yang disebutkan Rasul hanyalah mendapat pahala lapar dan haus dari puasanya. Yang biasanya seorang suami (misalkan) berkata kasar kepada istrinya, maka selama puasa dia akan mampu menahannya. Oleh karena itu,
  5. Mulutnya akan lebih banyak digunakan untuk berdzikir atau tilawah quran.Dengannya kita tidak hanya mendapatkan pahala lapar dan haus, tapi juga pahala berdzikir yang tentunya sudah dilipatgandakan oleh Allah SWT. Sehingga wajarlah bila,
  6. Mulut orang yang berpuasa (meskipun bau) itu lebih Allah sukai, karena hanya digunakan untuk berdzikir, tilawah quran, menyampaikan hikmah, jauh dari perkataan kasar, kotor, dan sia-sia.

Nah, untuk selanjutnya, agar mulut kita tetep disukai Allah, maka setelah Ramadhan ini kita harus tetap,

·         Memperbanyak diam. Berkata hanya untuk kebenaran, dakwah, dan hikmah.
·         Memperbanyak dzikir lisan dan tilawah.
·         Menjaga mulut dari perkataan kasar, kotor, dan sia-sia (contoh: ghibah)



Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Selasa, 26 Juni 2012

Mari, Kita Audit Diri Sendiri !

Senin, 25 Juni 2012, perusahaan tempat kerja saya di assessment audit oleh badan setifikasi ISO untuk ISO 9001 : 2008, tentang Manajemen Mutu. Saya sebagai penanggungjawab departemen Learning Center, tak luput dari proses assessment audit tersebut. Hampir 1 jam, saya diwawancarai dan diaudit. Alhamdulillah, proses audit di departemen saya terbilang cukup lancar.

Ada hal yang menarik yang saya rasakan pada saat proses audit tersebut, yaitu adanya perasaan "tidak nyaman" ketika ditanya-tanya atau diperiksa seperti itu. Perasaan tersebut timbul bukan karena saya takut tidak bisa menunjukkan bukti dokumen atau arsip, tapi lebih kepada sebuah pikiran "Ngapain kamu tanya-tanya segala, ini kan departemen saya, saya yang paling tau apa yang dilaksanakan" (hanya contoh kalimat belaka).

Artinya, ada kecenderungan jika saya dan mungkin juga Anda (sebagai manusia), tidak suka atau tidak nyaman jika di audit, di evaluasi, di periksa, dan di hitung-hitung amalannya (kegiatannya). Apalagi jika ada sesuatu yang disembunyikan.

Coba perhatikan, ada orang atau pemerintah yang tidak suka ketika ada yang mengkritiknya. Karena dia merasa paling benar. Bahkan diberi nasehat pun (yang notabene merupakan hal positif) ada orang yang tidak mau menerimanya.

Mindset ini (tidak suka di audit) harus di-manage. Mengapa ? Sebab, suka tidak suka proses audit akan selalu ada, bahkan Tuhan telah menjanjikannya, jika kita akan ditimbang amalannya selama hidup di dunia. 

Bagaimana me-manage-nya ?

Yuk kita lihat pernyataan Sahabat Umar ibnu Khattab r.a. Ia berkata : hisablah dirimu sebelum dihisab, dan timbanglah sebelum ia ditimbang, bila itu lebih mudah bagi kalian dihari hisab kelak untuk menghisab dirimu dihari ini, dan berhiaslah kalian untuk pertemuan akbar, pada saat amalan dipamerkan dan tidak sedikitpun yang dapat tersembunyii dari kalian.

Pernyataan tersebut adalah sebuah langkah awal "kemudahan" dalam me-manage diri. Dan juga akan mendatangkan kemudahan hidup bagi diri kita untuk selalu mawas diri dari perbuatan yang tidak disukai Tuhan. Sehingga  ketika Tuhan mengaudit kita, kita telah siap karena tidak ada hal-hal yang disembunyikan. Karena kita sendiri yang telah mengaudit dan memperbaikinya.

Oleh karena itu sahabat SuksesBahagia,

Pernahkah kita menyendiri dan menghisab apa yang telah dikatakan dan diperbuat ? Pernahkan kita satu hari menghitung keburukan diri sebagaimana menghitung kebaikan-kebaikan yang pernah diperbuat ? Bahkan apakah kita pernah mengkhayal ketaatan yang dibanggakan ? 

Bila Kita mendapatkan bahwa kebanyakan dari amalan kita itu dipenuhi dengan riya' lalu bagaimana mungkin kita dapat bersabar pada keadaan seperti ini, dan perjalanan ini dipenuhi dengan ketidak senangan dan marabahaya ? Dan bagaimana kita menghadap Tuhan sedangkan kita dipenuhi dengan beban dan dosa-dosa ?

Langkah tersebut adalah upaya agar kita senang dan bahagia ketika akan di audit oleh Tuhan, bukan sebaliknya.

Semoga Bermanfaat,


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Senin, 23 April 2012

Menakar Kesabaran Diri


Allah SWT berfirman, yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

(Q.S. Ali ‘Imran [3] : 200)

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa untuk hidup beruntung, yaitu hidup yang SuksesBahagia, hendaklah kita bersabar atas setiap masalah dan halangan hidup, serta menguatkan kesabarannya itu. Artinya, ketika ada orang yang berkata,”Sabar itu ada batasnya” itu tidaklah tepat. Karena kesabaran itu sendiri ada kata kerja aktif, maksudnya, kesabaran adalah bagian dari proses perjalanan hidup dan kehidupan itu sendiri. Selama jiwa ini masih menyatu dengan raga, maka selama itu pula kesabaran menyertainya.

Kebalikan dari sifat sabar adalah keluh kesah. Menyalahkan keadaan atau kondisi yang menimpanya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, begitu kira-kira gambaran orang-orang yang selalu mengeluhkan ketidakberuntungannya dalam menjalani hidup ini. Semestinya, ketika jatuh dan tertimpa tangga, kita segera mendirikan tangga itu sendiri agar kita bisa menaikinya dengan segera.

Sahabat SuksesBahagia,

Cerita di bawah ini, memberikan pelajaran berharga tentang konsep sabar dalam kehidupan. Setidaknya kita bisa melihat, dimanakah kadar kesabaran yang kita miliki ini? Dan, bagaimana kita semestinya menempatkan sabar dalam kehidupan ini?


Tersebutlah seorang alim yang sedang menunaikan ibadah haji di Baitullah. Ketika tawaf, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya. Ia berkata, ”Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah itu, hal ini karena pasti ia tidak pernah menderita dan bersedih hati.”

Tiba-tiba wanita itu mendengar apa yang diucapkan oleh orang alim itu. Kemudian wanita itu bertanya, ”Apa yang telah engkau katakan tadi wahai tuan? Demi Allah, aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati karena derita, dan tak seorang pun yang mau mengalaminya seperti halnya diriku ini.”

Orang alim itu bertanya, ”Apa gerangan peristiwa yang telah membuatmu menderita?”
Wanita itu menjawab, “Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih hewan kurban dan aku memiliki dua orang anak yang sudah mulai pandai bermain dan yang satu lagi masih menyusu. Ketika aku terbangun dari tidur untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang paling besar berkata pada adiknya, “Hai adikku, maukah aku tunjukkan kepadamu bagaimana ayah menyembelih kambing?”

Adiknya menjawab, “Mau.” Lalu dia suruh adiknya berbaring dan disembelihnya leher adiknya itu. Kemudian ia merasa ketakutan setelah melihat darah memuncrat deras dari leher adiknya dan berlari ke bukit yang mana di sana ia dimangsa srigala buas.  Lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu hingga mati karena kehausan. Dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar menemui suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju periuk yang berisi air panas. Ditariknya periuk itu dan tumpahlah air panas  terkena ke badannya, maka melepuhlah seluruh tubuhnya. Dan kini, aku tinggallah sebatang kara di antara mereka semua, karena bayiku pun akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kesakitan yang amat sangat.”

Lalu orang alim itu bertanya, “Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi musibah yang sangat berat itu?”

Wanita itu menjawab, “Tidak ada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dan keluh kesah, melainkan ia menemukan di antaranya ada jalan yang berbeda. Adalah sabar, diiringi dengan tindakan lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Sementara keluh kesah, maka orang itu tidak akan mendapatkan apa-apa, sia-sialah perbuatannya, dan hanya menambah berat perasaannya.”

Sahabat SuksesBahagia,

Demikianlah cerita itu, cerita yang dapat dijadikan teladan dimana kesabaran sangat ditekankan oleh agama dan harus dimiliki oleh kita yang telah mengaku beriman kepada Allah, karena yang namanya cobaan atau musibah, tidak akan pernah luput dari kehidupan kita.

Allah SWT berfirman dalam hadis qudsi yang artinya:

“Tidak ada balasan  bagi hamba-Ku yang mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari keluarganya di dunia, kemudian ia bersabar, melainkan surga baginya.”

Begitu pula dengan keluh kesah, hal itu sangat dicela oleh agama dan hukumnya haram. Karena berarti dengan keluh kesah, kita mengeluhkan ciptaan-Nya, padahal, tidak ada yang sia-sia dengan ciptaan-Nya. Karena itu Rasulullah bersabda, “Tiga macam tanda-tanda kekafiran terhada Allah yaitu: merobek baju sambil meratapi mayit, berkeluh kesah, dan menghina nasab orang lain.”

Dan sabdanya pula, “Berkeluh kesah itu termasuk kebiasaan jahiliyah. Dan orang yang suka berkeluh kesah, jika ia mati sebelum bertaubat, maka Allah akan memakaikan pakaian untuknya dari uap api neraka.”

(HR. Ibnu Majah)

Semoga kita dijadikan Allah sebagai hamba-Nya yang ahli sabar (ash-shabirin).


Wallahua’lam …


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Jumat, 20 April 2012

Ratapan Gadis Kecil di Batu Nisan


Sahabat, di bawah ini akan saya kisahkan sebuah cerita ulama besar, Hasan al Bashri. Didalamnya penuh hikmah yang bisa kita ambil sebagai pedoman menuju hidup SuksesBahagia. Sukses semasa hidup di dunia, dan Bahagia tatkala hidup abadi di dalam surga, kelak di yaumul akhir. Mari kita simak bersama kisahnya.

Siang itu, kota Bashrah sedikit tertutup awan mendung. Tidak heran bila, siang itu udara yang biasanya panas berubah menjadi sangat sejuk. Sangat tepat bagi orang yang lelah untuk melepas penatnya sejenak selepas beraktivitas. Hasan Al-Bashri, ulama besar yang lahir di Madinah pada tahun 21 Hijriyah ini pun duduk-duduk di depan rumahnya yang sederhana. Tapi tiba-tiba lewat beberapa orang mengusung keranda jenazah. Hasan pun segera bergabung dalam iring-iringan pengantar jenazah tersebut.

Dari belakang tampak seorang gadis kecil berlari-lari kecil sambil menangis, menyusul iring-iringan itu. Ternyata, gadis itu adalah anak dari orang yang jenazahnya sedang diusung. “Ayah! Mengapa engkau begitu cepat menginggalkan aku!” rengek gadis kecil itu terus-menerus hingga selesai proses pemakamannya.

Saat semua sudah pulang, gadis itu masih berderai air matanya. Tidak heran bila dalam hati kecil Hasan Al-Bashri timbul perasaan iba terhadapnya yang telah merasa kehilangan kasih sayang ayahnya. Maka, ia putuskan untuk bertakziyah ke rumah gadis itu guna menghibur kepedihan yang baru saja dialaminya.
 
Esok harinya, tatkala Hasan Al-Bashri hendak ke rumah gadis kecil itu, ternyata dia sudah muncul melintas di depan rumah Hasan. Sambil menangis dan berteriak, ia menuju makam ayahnya. Hasan pun mengikutinya dari belakang, ingin mengetahui apa yang akan dilakukan gadis kecil itu.

Sesampai di depan makam ayahnya, gadis itu memeluk makamnya dengan pipi kanan diletakkan digundukan tanah merah sembari meratap. Dibalik persembunyiannya, Hasan mendengar apa yang diucapkan gadis kecil itu. “Ayah … malam tadi engkau terbaring sendirian dalam kubur yang gelap ini. Jika malam sebelumnya aku bisa menyalakan lampu untukmu, siapakah yang bisa menerangimu sekarang? Jika malam sebelumnya aku bisa menggelarkan tikar untuk alas tidurmu, siapakah sekarang yang menggelarkannya untukmu ayah? Jika malam sebelumnya aku bisa memijit-mijit ayah, siapakah sekarang yang memijitmu ayah?”

“Ayah … jika malam sebelumnya aku yang menyelimutimu tatkala engkau kedinginan, sekarang siapakah yang melakukannya untukmu? Jika malam sebelumnya ayah masih bisa memanggilku dan aku pun menjawab, lalu siapakah semalam yang engkau panggil dan siapa pula yang menjawabmu? Jika hari sebelumnya ayah minta makan dan memintaku menyiapkannya, apakah semalam ayah makan dan siapa yang menyiapkannya?”

Hasan, yang mendengarkan ratapan gadis itu, tak kuasa menahan air matanya. Maka dicobanya mendekati gadis kecil itu sembari member nasehat. “Wahai anakku, janganlah engkau ucapkan kata-kata seperti itu. Seharusnya engkau ucapkan kata-kataku ini: “Ayah, engkau telah ku kafani dengan kafan yang bagus, masihkah engkau memakainya? Kata orang shalih, kain kafan orang yang meninggal ada yang diganti dengan kain kafan dari surga dan ada pula yang dari api neraka. Manakah diantara kain kafan itu yang ayah kenakan?

“Ayah, kemarin aku telah meletakkan tubuhmu yang segar bugar dalam kubur. Masih bugarkah tubuh ayah sekarang? Ayah, para ulama mengatakan, semua manusia akan ditanya tentang keimanannya. Ada yang bisa menjawab dengan lancar, namun ada pula yang tak mampu menjawabnya. Apakah ayah bisa menjawab atau hanya diam membisu?”

“Ayah, katanya kuburan itu bisa menjadi luas atau bertambah sempit tergantung amal penghuninya sewaktu hidup di dunia. Bahkan, katanya kuburan itu bisa merupakan secuil taman surga, namun bisa juga merupakan lubang besar menuju neraka. Apakah kuburan ayah sekarang ini bertambah luas atau semakin menyempit, taman surga atau lubang neraka?”

Hasan membelai gadis itu sembari mengajarkan kata-kata yang tepat untuk ayah gadis kecil yang telah almarhum itu, dengan penuh kasih sayang kebapakan. Kemudian ia melanjutkan kata-katanya,

“Ayah, katanya liang kubur bisa menghangati mayat sebagaimana pelukan seorang ibu kepada anaknya, tetapi bisa juga seperti lilitan ular yang dapat meremukkan badan atau tubuh mayit. Bagaimanakah keadaan tubuh ayah sekarang?”

“Ayah, katanya orang yang berada dalam kubur itu ada yang menyesali, mengapa sewaktu hidup di dunia tidak memperbanyak amal shalih dan ada yang menyesali mengapa dulu melakukan maksiat. Apakah ayah termasuk yang menyesali perbuatan maksiat atau karena sedikit melakukan amal shalih?”

“Ayah, dulu setiap aku memanggilmu, engkau selalu menjawab. Namun kini, setiap aku memanggil, engkau tak akan pernah menjawab. Kini kita telah terpisah dan tak akan bertemu sampai hari kiamat. Semoga Allah tidak menghalangi perjumpaanku denganmu, ayah ….”

Gadis kecil itu pun terdiam sejenak. Tak lama kemudian ia berkata,”Nasihat tuan sangat baik sekali. Saya menyampaikan terima kasih banyak.”

Setelah berucap demikian, gadis itu mendoakan ayahnya dengan lembut tanpa ratapan. Kemudian Hasan Al-Bashri mengajaknya pulang. Di rumah, gadis kecil itu makin tekun beribadah dan tumbuh menjadi muslimah yang taat dan rendah hati.

Sahabat,

Hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah tersebut di atas? Ya, itu adalah nasehat untuk kita juga. Bahwasannya kita akan kembali pulang menuju tempat asal kita. Kehidupan kita ini ibarat sebuah lingkaran yang berawal pada satu titik, semakin lama semakin jauh, namun semakin mendekati dan menuju titik awal dari mana kita memulainya.

Oleh karenanya, bukan kapan kita akan kembali ke titik awal, dimana kita kembali ke titik awal. Namun, sedang dalam perbuatan atau amalan apa kita tiba di titik awal, dan bekal apa yang kita bawa untuk kehidupan yang sesungguhnya?

Wallahua’lam. Semoga menjadi alat muhasabah diri, agar senantiasa menyiapkan diri untuk berjumpa dengan-Nya.


Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Senin, 16 April 2012

Pesan Nabi dalam Riyadhus Shalihin


Sahabat SuksesBahagia,

Begitu banyak contoh konsep hidup menuju kesuksesan di dunia dan kebahagiaan di akhirat yang telah Rasulullah contohkan. Beliau adalah guru kehidupan yang wajib kita teladani gerak langkahnya semasa hidup. Sirah-nya mewariskan sebuah visi hidup menuju kesempurnaan dan kemuliaan dihadapan-Nya.

Pada postingan kali ini, saya akan menyampaikan sekelumit sirah Rasulullah, yang saya ambil dari kitab Riyadhus Shalihin, Bab Haram Berdusta, no hadits 5. Didalamnya terdapat konsep hidup menuju kesuksesan dan kebahagiaan yang hakiki.

Dari Samurah bin Jundub ra., ia berkata: Rasulullah SAW sering bertanya kepada para sahabatnya: “Adakah salah seorang diantara kalian yang bermimpi?” Maka para sahabatpun menceritakan kepada beliau apa yang diimpikannya.

Pada suatu pagi, beliau bersabda kepada kami:” Tadi malam ada dua orang yang mendatangiku dan berkata,”Marilah kita pergi,” dan akupun pergi bersama kedua orang itu. Di dalam perjalanan itu, kami mendapatkan seseorang yang berbaring, didekatnya ada seseorang lagi yang berdiri dengan memegang batu yang cukup besar, lantas ia memukul-mukulkan batu itu kepada orang yang berbaring, sehingga remuklah kepala dan batu itu menggelinding kesana-kemari. Setelah kepala yang remuk itu pulih kembali, maka orang yang berdiri itu mengambil batu tersebut dan berbuat seperti apa yang diperbuat sebelumnya. Aku bertanya kepada kedua orang itu:”Maha Suci Allah, apakah ini?” Tetapi kedua orang itu berkata kepadaku,”Marilah kita pergi, marilah kita pergi.” Maka kamipun melanjutkan perjalanan.


Kemudian saya mendapatkan seseorang yang terbaring terlentang, sedang didekatnya ada orang lain yang berdiri dengan memegang semacam gergaji dari besi, kemudian ia membelah salah satu sisi mukanya yaitu dari mulut sampai tengkuknya, dari hidung sampai tengkuknya, dan dari mulai mata sampai tengkuknya, kemudian pada sisi muka yang lain dengan perlakuan yang sama dengan sisi muka yang pertama. Apabila telah selesai, maka muka itu utuh kembali dan apabila sudah utuh, maka diperlakukan lagi seperti sebelumnya. Aku bertanya,”Maha Suci Allah, siapakah orang-orang itu? Tetapi kedua orang itu berkata,” Marilah kita pergi, marilah kita pergi.” Maka kamipun melanjutkan perjalanan.

Kemudian kami mendapatkan semacam tungku yang sangat besar dan aku mendengar bahwa di situ ada ribut-ribut dan suara-suara yang mengerikan, kemudian aku melihatnya, dan disitu ada orang-orang laki-laki dan perempuan yang telanjang serta dinyalakannya api dari bawah. Apabila api itu didekatkan kepada mereka, maka menjeritlah mereka itu. Aku bertanya,”Siapakah mereka itu?” Tetapi kedua orang itu berkata,” Marilah kita pergi, marilah kita pergi.” Maka kamipun melanjutkan perjalanan.

Kemudian kami mendapatkan sungai yang berwarna merah seperti darah dan di dalam sungai itu ada orang yang sedang berenang dan ditepi sungai ada orang yang mengumpulkan batu. Apabila orang yang berenang itu sudah sampai di tepi, maka orang yang mengumpulkan batu itu mendekatinya, kemudian ia membuka mulutnya lantas ia masukan batu itu ke dalam mulutnya. Setelah itu ia kembali berenang dan kembali lagi ke tepi. Setiap kali ia kembali ke tepi, ia membuka mulutnya lantas dimasukannyalah batu itu ke dalam mulutnya. Aku bertanya,”Siapakah orang-orang itu?” Tetapi kedua orang itu berkata,” Marilah kita pergi, marilah kita pergi.” Maka kamipun melanjutkan perjalanan.

Kemudian kami mendapatkan seseorang yang sangat kejam dan didekatnya ada api yang menyala dan ia selalu mengelilinginya. Aku bertanya kepada kedua orang itu,”Siapakah ini?” Tetapi kedua orang itu berkata,” Marilah kita pergi, marilah kita pergi.” Maka kamipun melanjutkan perjalanan.

Kemudian kami mendapatkan sebuah taman yang luas, disitu penuh dengan berbagai macam bunga dan ada orang tinggi hamper saja aku tidak bisa melihat kepalanya karena sangat tingginya, dan disekitar itu banyak anak yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Aku bertanya kepada kedua orang itu,”Siapakah orang itu dan siapakah anak-anak itu?” Tetapi kedua orang itu berkata,” Marilah kita pergi, marilah kita pergi.” Maka kamipun melanjutkan perjalanan.

Kemudian kami mendapatkan sebuah pohon yang sangat besar dan sangat indah yang belum pernah aku lihat ada pohon yang besar melebihi pohon itu. Kedua orang itu berkata kepadaku,”Marilah kita naik.” Maka kami pun menaiki pohon itu.

Kemudian kami mendapatkan sebuah istana yang terbuat dari batu emas dan permata, kami mendekati dan mengetuk pintu gerbang istana itu, lantas, dibukalah pintu itu dan kami pun masuk ke dalamnya. Di situ kami disambut oleh orang-orang yang sangat tampan, tetapi ada juga orang-orang yang sangat jelek. Kedua orang itu berkata kepada orang-orang jelek,”Pergi dan mandilah di sungai itu.” Disitu memang terdapat sungai yang melintang dimana airnya sangat jernih. Maka mereka pun pergi dan mandi di sungai itu. Setelah selesai mandi, mereka datang kepada kami dan mereka sudah tidak jelek lagi, bahkan mereka sangat tampan. Kedua orang yang membawa aku berkata,” Ini adalah surga ‘Adn dan inilah tempat tinggalmu nanti.”

Kemudian aku melihat ke atas dan kulihat sebuah mahligai seperti awan putih. Kedua orang itu berkata kepadaku,”Inilah tempat tinggalmu.” Aku berkata kepada kedua orang itu,”Semoga Allah selalu memberkahi kalian berdua, tinggalkanlah aku, karena aku akan masuk ke dalam mahligai itu.” Kedua orang itu berkata,”Kalau sekarang belum saatnya kamu memasukinya.”

Aku berkata kepada kedua orang itu,”Sejak tadi aku melihat beberapa keajaiban, maka apakah arti sebenarnya keajaiban-keajaiban itu?” Kedua orang itu berkata kepadaku,”Kini akan aku terangakan kepadamu.

Yang pertama, seseorang yang kepalanya di pukuli dengan batu, itu adalah seseorang yang mempelajari dan mengerti al-Quran kemudian ia tidak mengamalkan isinya, dan orang yang suka meninggalkan shalat fardhu.

Yang kedua,orang yang dibelah dari mulut sampai ke tengkuknya, itu adalah orang yang suka membuat berita bohong sehingga berita itu sampai tersiar kemana-mana.

Yang ketiga,orang laki-laki dan perempuan yang telanajang di atas semacam tungku, mereka adalah orang-orang yang berbuat zina baik laki-laki maupun perempuan.

Yang keempat, orang yang berenang di dalam sungai kemudian dimasukanlah batu ke dalam mulutnya, ia adalah orang yang makan riba.

Yang kelima,orang yang sangat tinggi yang berada di taman, ia adalah Nabi Ibrahim, adapun anak-anak yang berada disekitarnya adalah anak-anak yang mati dalam keadaan bersih (anak-anak yang mati ketika masih kecil)

Yang keenam,orang yang sebagian sangat tampan dan sebagian jelek adalah mereka yang mencampur-adukkan amal saleh dan perbuatan jahat, kemudian Allah mengampuni dosa-dosanya.”

(H.R. Bukhari)

Sahabat SuksesBahagia,

Semoga hadits di atas memberikan hikmah dan pelajaran kehidupan bagi kita semua. Temukan didalamnya, dan amalkan untuk kehidupan lebih bermakna, kehidupan penuh kesuksesan dan kebahagiaan yang hakiki. Sungguh, kebahagiaan yang hakiki adalah disaat kita berada di dalam surga-Nya bersama para nabi dan orang-orang shalih. Amiin …


Wallahua’lam



Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Jumat, 16 Maret 2012

Obat Hati ...


Sahabat, 

Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi mengenai obat hati yang paling mujarab. Ya, obat hati, obat qalbu kita, yang terkadang merasa 'galau' dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Obat hati ini, saya nukil dari buku manajemen qalbu terkenal, La Tahzan karya ulama besar Al-Qarni. Semoga bermanfaat ...

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain,
Melapangkan Dada

Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan sebaik rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya.

Mereka akan merasakan "buah"nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang, tenteram dan damai.

Ketika diri Anda diliputi kesedihan dan kegundahan, berbuat baiklah terhadap sesama manusia, niscaya Anda akan mendapatkan ketentraman dan kedamaian hati. Sedekahilah orang yang papa, tolonglah orang-orang yang terzalimi, ringankan beban orang yang menderita, berilah makan orang yang kelaparan, jenguklah orang yang sakit, dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya Anda akan merasakan kebahagiaan dalam semua sisi kehidupan Anda!

Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan manfaat psikologis dari kebajikan itu terasa seperti obat-obat manjur yang tersedia di apotik orang-orang yang berhati baik dan bersih. Menebar senyum manis kepada orang-orang yang "miskin akhlak" merupakan sedekah jariyah. Ini, tersirat dalam tuntunan akhlak yang berbunyi, "... meski engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah berseri."
(Al-Hadits)

Sedang kemuraman wajah merupakan tanda permusuhan sengit terhadap orang lain yang hanya diketahui terjadinya oleh Sang Maha Gaib. Seteguk air yang diberikan seorang pelacur kepada seekor anjing yang kehausan dapat membuahkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Ini merupakan bukti bahwa Sang Pemberi pahala adalah Dzat Yang Maha Pemaaf, Maha Baik dan sangat mencintai kebajikan, serta Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.

Wahai orang-orang yang merasa terancam oleh himpitan kesengsaraan, kecemasan dan kegundahan hidup, kunjungilah taman-taman kebajikan, sibukkan diri kalian dengan memberi, mengunjungi, membantu, menolong, dan meringankan beban sesama. Dengan semua itu, niscaya kalian akan mendapatkan kebahagiaan dalam semua sisinya; rasa, warna, dan juga hakekatnya.

{Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Rabb-nya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.}
(QS. Al-Lail: 19-21)


Ganti Itu dari Allah

Allah tidak pernah mencabut sesuatu dari Anda, kecuali Dia menggantinya dengan yang lebih baik. Tetapi, itu terjadi apabila Anda bersabar dan tetap ridha dengan segala ketetapan-Nya.

"Barangsiapa Kuambil dua kekasihnya (matanya) tetap bersabar, maka Aku akan mengganti kedua(mata)nya itu dengan surga." (Al-Hadits)

dan,

"Barangsiapa Kuambil orang yang dicintainya di dunia tetap mengharapkan ridha(Ku), niscaya Aku akan menggantinya dengan surga." (Al-Hadits)

Yakni, barangsiapa kehilangan anaknya tetap berusaha untuk bersabar, maka di alam keabadian kelak akan dibangunkan untuknya sebuah Baitul Hamd (Istana Pujaan).

Maka, Anda tak usah terlalu bersedih dengan musibah yang menimpa Anda, sebab yang menentukan semua itu adalah Dzat yang memiliki surga, balasan, pengganti, dan ganjaran yang besar.

Para waliyullah yang pernah ditimpa musibah, ujian dan cobaan akan mendapatkan penghormatan yang agung di surga Firdaus. Itu tersirat dalam
firman-Nya,

{Selamat atasmu karena kesabaranmu. Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu.}
(QS. Ar-Ra'd: 24)

Betapapun, kita harus selalu melihat dan yakin bahwa di balik musibah terdapat ganti dan balasan dari Allah yang akan selalu berujung pada kebaikan kita. Dengan begitu, kita akan termasuk,

{Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempuma dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.}
(QS. Al-Baqarah: 157)

Ini merupakan ucapan selamat bagi orang-orang yang mendapat musibah dan kabar gembira bagi orang-orang yang mendapat bencana.

Umur dunia ini sangat pendek dan gudang kenikmatannya pun sangat miskin. Adapun akhirat, lebih baik dan kekal. Sehingga, barangsiapa di dunia mendapat musibah ia akan mendapat kesenangan di akhirat kelak, dan barangsiapa hidup sengsara di dunia ia akan hidup bahagia di akhirat.

Lain halnya dengan mereka yang memang lebih mencintai dunia, hanya mendambakan kenikmatan dunia saja, dan lebih senang pada keindahan dunia. Hati mereka akan selalu gundah gulana, cemas tidak mendapatkan kenikmatan dunia dan takut tidak nyaman hidupnya di dunia. Mereka ini hanya menginginkan kenikmatan dunia saja, sehingga mereka selalu memandang musibah sebagai petaka besar yang mematikan. Mereka juga akan memandang setiap cobaan sebagai sesuatu yang gelap gulita selamanya. Ini adalah karena mereka selalu memandang ke arah bawah telapak kakinya dan hanya mengagungkan dunia yang sangat fana dan tak berharga ini.

Wahai orang-orang yang tertimpa musibah, sesungguhnya tak ada sesuatu pun yang hilang dari kalian. Kalian justru beruntung, karena Allah selalu menurunkan sesuatu kepada para hamba-nya dengan "surat ketetapan" yang di sela-sela huruf kalimatnya terdapat suatu kelembutan, empati, pahala, ada balasan, dan juga pilihan. Maka dari itu, siapa saja yang tertimpa musibah yang hebat, ia harus menghadapinya dengan sabar, mata yang jernih dan pola pikir yang panjang. Dengan begitu, ia akan menyaksikan bahwa buah manis dari musibah itu adalah:

{Lalu, diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.}
(QS. Al-Hadid: 13)

Dan sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik, lebih abadi, lebih utama, dan lebih mulia.

"Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang."

Kejujuran itu kekasih Allah. Keterusterangan merupakan sabun pencuci hati. Pengalaman itu bukti. Dan seorang pemandu jalan tak akan membohongi rombongannya. Tidak ada satu pekerjaan yang lebih melegakan hati dan lebih agung pahalanya, selain berdzikir kepada Allah.

{Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.}
(QS. Al-Baqarah: 152)


Berdzikir kepada Allah adalah surga Allah di bumi-Nya. Maka, siapa yang tak pernah memasukinya, ia tidak akan dapat memasuki surga-Nya di akhirat kelak. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari pelbagai kerisauan, kegundahan, kekesalan dan goncangan. Dan dzikir merupakan jalan pintas paling mudah untuk meraih kernenangan dan kebahagian hakiki. Untuk melihat faedah dan manfaat dzikir, coba perhatikan kembali beberapa pesan wahyu Ilahi. Dan cobalah mengamalkannya pada hari-hari Anda, niscaya Anda akan mendapatkan kesembuhan.

Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna. Bahkan, dengan berdzikir kepada-Nya segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendirinya.

Tidak mengherankan bila orang-orang yang selalu mengingat Allah senantiasa bahagia dan tenteram hidupnya. Itulah yang memang seharusnya terjadi. Adapun yang sangat mengherankan adalah bagaimana orang-orang yang lalai dari berdzikir kepada Allah itu justru menyembah berhala-berhala dunia. Padahal,

[(Berhala-berhala) itu mati tidak hidup dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.]
(QS. An-Nahl: 21)

Wahai orang yang mengeluh karena sulit tidur, yang menangis karena sakit, yang bersedih karena sebuah tragedi, dan yang berduka karena suatu musibah, sebutlah nama-Nya yang kudus! Betapapun,

{Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?}
(QS. Maryam: 65)

Semakin banyak Anda mengingat Allah, pikiran Anda akan semakin terbuka, hati Anda semakin tenteram, jiwa Anda semakin bahagia, dan nurani Anda semakin damai sentausa. Itu, karena dalam mengingat Allah terkandung nilai-nilai ketawakalan kepada-Nya, keyakinan penuh kepada- Nya, ketergantungan diri hanya kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan pengharapan kebahagiaan dari-Nya. Dia senantiasa dekat ketika si hamba berdoa kepada-Nya, senantiasa mendengar ketika diminta, dan senantiasa mengabulkan jika dimohon. Rendahkan dan tundukkan diri Anda ke hadapan-Nya, lalu sebutlah secara berulang-ulang nama-Nya yang indah dan penuh berkah itu dengan lidah Anda sebagai pengejawantahan dari ketauhidan, pujian, doa, permohonan dan permintaan ampunan Anda kepada-Nya.

Dengan begitu, niscaya Anda — berkat kekuatan dan pertolongan dari-Nya — akan mendapatkan kebahagiaan, ketenteraman, ketenangan, cahaya penerang dan kegembiraan. Dan,

{Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia, dan pahala yang baik di akhirat.}
(OS. Ali 'Imran: 148)


Shalat.... Shalat....

{Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertohngan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.}
(QS. Al-Baqarah: 153)

Jika Anda diliputi ketakutan, dihimpit kesedihan, dan dicekik kerisauan, maka segeralah bangkit untuk melakukan shalat, niscaya jiwa akan kembali tenteram dan tenang. Sesungguhnya, shalat itu — atas izin Allah — sangatlah cukup untuk hanya sekadar menyirnakan kesedihan dan kerisauan.

Setiap kali dirundung kegelisahan, Rasulullah s.a.w. selalu meminta kepada Bilal ibn Rabbah, "Tenangkanlah kami dengan shalat, wahai Bilal."
 
(Al-Hadits) Begitulah, shalat benar-benar merupakan penyejuk hati dan sumber kebahagian bagi Rasulullah s.a.w.

Saya telah banyak membaca sejarah hidup beberapa tokoh kita. Dan umumnya, mereka sama dalam satu hal: saat dihimpit banyak persoalan sulit dan menghadapi banyak cobaan, mereka meminta pertolongan kepada Allah dengan shalat yang khusyu'. Begitulah mereka mencari jalan keluar, sehingga kekuatan, semangat dan tekad hidup mereka pun pulih kembali.

Shalat Khauf diperintahkan untuk dikerjakan pada saat-saat genting. Yakni ketika nyawa terancam oleh hunusan pedang lawan yang dapat menyebabkan kekalahan. Ini merupakan isyarat bahwa sebaik-baik penenang jiwa dan penentram hati adalah shalat yang khusyu'. Bagi generasi umat manusia yang sedang banyak menderita penyakit kejiwaan seperti saat ini, hendaklah rajin mengenal masjid dan menempelkan keningnya di atas lantai tempat sujud dalam rangka meraih ridha dari Rabbnya.

Dengan begitu, niscaya ia akan selamat dari pelbagai himpitan bencana. Akan tetapi, bila ia tidak segera mengerjakan kedua hal tadi, niscaya air matanya justru akan membakar kelopak matanya dan kesedihan akan mehancurkan urat syarafnya. Maka, menjadi semakin jelas bahwa, seseorang tidak memiliki kekuatan apapun yang dapat mengantarkannya kepada ketenangan dan ketenteraman hati selain shalat. Salah satu nikmat Allah yang paling besar — jika kita mau berpikir — adalah bahwa shalat wajib lima waktu dalam sehari semalan dapat menebus dosa-dosa kita dan mengangkat derajat kita di sisi Rabb kita.

Bahkan, shalat lima waktu juga dapat menjadi obat paling mujarab untuk mengobati pelbagai kekalutan yang kita hadapi dan obat yang sangat manjur untuk berbagai macam penyakit yang kita derita. Betapapun, shalat mampu meniupkan ketulusan iman dan kejernihan iman ke dalam relung hati, sehingga hati pun selalu ridha dengan apa saja yang telah ditentukan Allah.

Lain halnya dengan orang yang lebih senang menjauhi masjid dan meninggalkan shalat. Mereka niscaya akan hidup dari satu kesusahan ke kesusahan yang lain, dari guncangan jiwa yang satu ke guncangan jiwa vang lain, dan dari kesengsaraan yang satu ke kesengsaraan yang lain.


Sumber : La-Tahzan


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Senin, 06 Februari 2012

Belajar Kehidupan kepada Muhammad SAW



Peringatan Maulid (kelahiran) Nabi Muhammad, dirayakan dengan beragam acara dan kegiatan. Ada yang melakukan ‘perenungan’ dengan tabligh akbar (tema biasanya adalah meneladani ahlak Rasulullah), shalawatan (barjanji, yaitu membacakan kisah kehidupan Rasulullah. Meskipun pada pelaksanaannya, banyak diantara jamaah yang tidak mengerti atau memahaminya), atau acara-acara lainnya sesuai dengan adat warga setempat (dalih pelaksanaannya adalah melestarikan “kearifan local”). Namun yang paling ‘memalukan’ dan sepertinya hampir setiap tahun terjadi adalah kericuhan dikala acara perebutan makanan yang disediakan oleh panitia (nasi tumpeng). Bahkan diberitakan kemarin, nenek-nenek sampai terinjak dan jatuh tersungkur hanya demi ‘ngalap berkah’ dari makanan yang didoakan.

Ah, jika Rasul mulia mengetahui hal itu, tentu beliau akan sangat gerah. Selain peringatan ‘ulang tahun’ tidak disyariatkan, peringatan-peringatan didaerah adalah bentuk akulturasi budaya. Ada kesan, Islam itu bisa ‘dibiaskan’, yang penting warga senang. Saya faham betul dengan ‘fikih dakwah’ yang dilakukan oleh para Wali (terutama di Jawa) yang dikondisikan dengan budaya setempat. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana dengan generasi pendakwah sekarang ?

Sudahlah, sepertinya tidak perlu untuk mencari ‘kambing hitam’. Toh tanggal kelahiran Rasul juga masih banyak perdebatan. Namun, mengenang sosok Nabi Muhammad adalah sesuatu yang harus selalu dilakukan, tanpa menunggu tanggal kelahirannya. Termasuk ‘meneladani ahlak Rasulullah’ pun tidak harus di bulan Rabi’ul Awwal ini. Setiap saat, setiap waktu, kapanpun, dan dimanapun, kita sebagai umat muslim, mengenang dan meneladani untuk kemudian diaplikasikan bagaimana cara Rasulullah ‘hidup’ di dunia ini.

Sahabat,

Mari kita selalu ‘mengkiblatkan’ diri kita kepada Rasulullah Muhammad SAW. Mengkiblatkan diri dalam arti bagaimana seyogyanya kita menjalani kehidupan ini. Sungguh, tidak hanya kehidupan yang bahagia yang Rasul jalani, kehidupan penuh kegetiran pun pernah beliau alami. Maka, temukan caranya bagaimana beluai menjalani kegetiran-kegetiran hidup, yang kadang juga menghantui pikiran kita. Pada akhirnya, kita akan menjadi ummatnya yang ‘sempurna’. Sempurna dalah ikhtiar, sempurna dalam tawakal, sempurna dalam kesabaran, sempurna dalam keikhlasan, sempurna dalam menyikapi setiap permasalahan untuk tetap menjadi indah.

Sahabat,

Kenanglah saat beliau berdakwah di Thaif. Bagaimana beliau mampu memiliki kesempurnaan dalam menjadikan hidup SuksesBahagia. Kisah di Thaif adalah kisah yang begitu menggetirkan, melebihi kegetiran di perang Uhud.

Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW, sehingga kakinya terluka. Tindakan brutal penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membelanya dan melindunginya, tapi kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.

Saat itu, Rasulullah SAW berdoa,

“Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih ladi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?

Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”

Dari do’a ini tentu semua begitu memahami betapa beratnya cobaan Rasulullah SAW saat itu dalam menghadapi penganiayaan dengan penuh ridho, ikhlas dan sabar, serta tidak pernah berputus asa. Seperti sejumlah cerita yang diriwayatkan kembali Ulama Hadist terkenal, Imam Bukhori dan Muslim dari Asiyah RA (istri Rasulullah SAW).

Ia (Aisyah) berkata, “Wahai Rasulullah SAW, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa Uhud?“ Jawab Nabi saw, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarnu’ts-Tsa’alib.

Lalu aku angkat kepalaku, dan aku pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ Rasulullah SAM melanjutkan.

“Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.” Jawab Rasulullah SAW, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“

Subhanallah..!!

Ternyata, Rasulullah telah lebih dulu mengajarkan kita untuk memiliki kemampuan ‘Mindset Programming’ dan ‘Reframing’ untuk menghasilkan ‘Mindset Positive’. Ah, NLP dan teori-teori mind programming ternyata ‘barang baru’. Tapi mengapa kita ‘mendewakannya’ ?

Ayo, saatnya kembali kepada teladan umat, Muhammad Rasulullah SAW !!!

Salam SuksesBahagia !!!


IMAM NUGROHO

Follow me @imamkamal


View Details
 

Labels

Popular Posts