Senin, 23 April 2012

Menakar Kesabaran Diri


Allah SWT berfirman, yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

(Q.S. Ali ‘Imran [3] : 200)

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa untuk hidup beruntung, yaitu hidup yang SuksesBahagia, hendaklah kita bersabar atas setiap masalah dan halangan hidup, serta menguatkan kesabarannya itu. Artinya, ketika ada orang yang berkata,”Sabar itu ada batasnya” itu tidaklah tepat. Karena kesabaran itu sendiri ada kata kerja aktif, maksudnya, kesabaran adalah bagian dari proses perjalanan hidup dan kehidupan itu sendiri. Selama jiwa ini masih menyatu dengan raga, maka selama itu pula kesabaran menyertainya.

Kebalikan dari sifat sabar adalah keluh kesah. Menyalahkan keadaan atau kondisi yang menimpanya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, begitu kira-kira gambaran orang-orang yang selalu mengeluhkan ketidakberuntungannya dalam menjalani hidup ini. Semestinya, ketika jatuh dan tertimpa tangga, kita segera mendirikan tangga itu sendiri agar kita bisa menaikinya dengan segera.

Sahabat SuksesBahagia,

Cerita di bawah ini, memberikan pelajaran berharga tentang konsep sabar dalam kehidupan. Setidaknya kita bisa melihat, dimanakah kadar kesabaran yang kita miliki ini? Dan, bagaimana kita semestinya menempatkan sabar dalam kehidupan ini?


Tersebutlah seorang alim yang sedang menunaikan ibadah haji di Baitullah. Ketika tawaf, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya. Ia berkata, ”Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah itu, hal ini karena pasti ia tidak pernah menderita dan bersedih hati.”

Tiba-tiba wanita itu mendengar apa yang diucapkan oleh orang alim itu. Kemudian wanita itu bertanya, ”Apa yang telah engkau katakan tadi wahai tuan? Demi Allah, aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati karena derita, dan tak seorang pun yang mau mengalaminya seperti halnya diriku ini.”

Orang alim itu bertanya, ”Apa gerangan peristiwa yang telah membuatmu menderita?”
Wanita itu menjawab, “Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih hewan kurban dan aku memiliki dua orang anak yang sudah mulai pandai bermain dan yang satu lagi masih menyusu. Ketika aku terbangun dari tidur untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang paling besar berkata pada adiknya, “Hai adikku, maukah aku tunjukkan kepadamu bagaimana ayah menyembelih kambing?”

Adiknya menjawab, “Mau.” Lalu dia suruh adiknya berbaring dan disembelihnya leher adiknya itu. Kemudian ia merasa ketakutan setelah melihat darah memuncrat deras dari leher adiknya dan berlari ke bukit yang mana di sana ia dimangsa srigala buas.  Lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu hingga mati karena kehausan. Dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar menemui suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju periuk yang berisi air panas. Ditariknya periuk itu dan tumpahlah air panas  terkena ke badannya, maka melepuhlah seluruh tubuhnya. Dan kini, aku tinggallah sebatang kara di antara mereka semua, karena bayiku pun akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kesakitan yang amat sangat.”

Lalu orang alim itu bertanya, “Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi musibah yang sangat berat itu?”

Wanita itu menjawab, “Tidak ada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dan keluh kesah, melainkan ia menemukan di antaranya ada jalan yang berbeda. Adalah sabar, diiringi dengan tindakan lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Sementara keluh kesah, maka orang itu tidak akan mendapatkan apa-apa, sia-sialah perbuatannya, dan hanya menambah berat perasaannya.”

Sahabat SuksesBahagia,

Demikianlah cerita itu, cerita yang dapat dijadikan teladan dimana kesabaran sangat ditekankan oleh agama dan harus dimiliki oleh kita yang telah mengaku beriman kepada Allah, karena yang namanya cobaan atau musibah, tidak akan pernah luput dari kehidupan kita.

Allah SWT berfirman dalam hadis qudsi yang artinya:

“Tidak ada balasan  bagi hamba-Ku yang mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari keluarganya di dunia, kemudian ia bersabar, melainkan surga baginya.”

Begitu pula dengan keluh kesah, hal itu sangat dicela oleh agama dan hukumnya haram. Karena berarti dengan keluh kesah, kita mengeluhkan ciptaan-Nya, padahal, tidak ada yang sia-sia dengan ciptaan-Nya. Karena itu Rasulullah bersabda, “Tiga macam tanda-tanda kekafiran terhada Allah yaitu: merobek baju sambil meratapi mayit, berkeluh kesah, dan menghina nasab orang lain.”

Dan sabdanya pula, “Berkeluh kesah itu termasuk kebiasaan jahiliyah. Dan orang yang suka berkeluh kesah, jika ia mati sebelum bertaubat, maka Allah akan memakaikan pakaian untuknya dari uap api neraka.”

(HR. Ibnu Majah)

Semoga kita dijadikan Allah sebagai hamba-Nya yang ahli sabar (ash-shabirin).


Wallahua’lam …


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts