• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts

Senin, 09 Januari 2012

Tunjuklah, Siapa Salah ?


Karena merasa ada yang salah dengan pendengaran istrinya (tuli), Parjo berkonsultasi kepada salah satu dokter THT. Ia bercerita, betapa pusingnya ia ketika berbicara dengan istrinya, karena harus teriak-teriak (volumenya dibersarin dikit…). Setelah semua ia ceritakan, dokterpun memberikan obat, dan menyarankan Parjo untuk selalu menge-cek pendengaran istrinya, dengan mengatur jarak ketika akan berbicara dengan istrinya itu. Dimulai dari sekitar 50 langkah, ia harus mengecek pendengaran istrinya, terus maju hingga tinggal 1 langkah lagi jarak ia dan istrinya. Hal tersebut dilakukan, untuk menentukan dosis obat yang harus ia berikan kepada istrinya. Parjo pun pulang dengan hati riang, karena tidak akan lama lagi, ia akan mudah ketika harus berbicara dengan istrinya.


Sesampainya di rumah, terlihat, istrinya sedang memasak di dapur. “Ah, ini kesempatan bagus, saya pengin tahu, apakah dari jarak 50 langkah ia mesih bisa mendengar atau tidak.” Pikirnya setelah mengetahui sang istri sedang ada di dapur.



Ia atur jaraknya hingga kira-kira 50 langkah. “Mamah, kita akan makan apa hari ini ?” teriak Parjo.


Tak terdengar ada jawaban. “Wah, sepertinya dosisnya harus tinggi neeh,”


Ia lanjutkan dengan mengurangi jarak, sambil teriak, hingga sampailah tinggal satu langkah lagi. “Mah, kita akan makan apa hari ini ?”


“Papah ini bagaimana ? Mamah sudah menjawab sampai puluhan kali, kalau kita akan makan sop ayam !”
Terkejut Parjo mendengar jawaban istrinya. “Sudah puluhan kali Mamah menjawab ? Oow, apakah Papah yang tuli ya ?


Sahabat saya yang SuksesBahagia,


Ketika satu jari telunjuk kita tujukan untuk orang lain, ternyata tiga atau empat jari lainnya, mengarah tepat ke diri kita sendiri. Betapa Allah telah memberikan sebuah peringatan berharga bagi keberlangsungan hidup yang penuh rahmat dan kasih sayang.


Disaat perjalanan hidup kita jauh dari kesuksesan dan kebahagiaan, janganlah langsung menuduh orang luar sebagai sumber penyebabnya. Karena kita sendirilah “jangan-jangan” sebagai sumber dari setiap masalah yang menjauhkan kita dari hidup sukse-bahagia. Karena kita “rela” membiarkan rasa dan pikiran kegagalan memenuhi hati dan pikiran.


Sahabat saya yang SuksesBahagia,


Lihatlah kedalam, tengoklah “dalamnya” diri ini. Kunci mendapatkan hidup penuh sukses-bahagia, adalah disaat diri ini mampu membaca situasi didalamnya.


Ketika melihat ada kesalahan dan kekurangan didalamnya, segera perbaiki, ubah haluan dan cara pandang dalam bersikap, bijaklah !


Ketika melihat ada “kesempurnaan” dan potensi kesuksesan-kebahagiaan didalamnya, kuatkan sebagai tekad untuk terus melangkah, yakinlah !


Dan, sesungguhnya, kekurangan ataupun kesempurnaan yang ada didalamnya itu adalah HARAPAN. Harapan untuk hidup lebih baik.



Salam SuksesBahagia !!!

KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia




View Details

Jumat, 06 Januari 2012

Film Real Steel : Pelajaran apa didalamnya ?



Anda pasti sudah menonton film Real Steel yang dibintangi oleh Hugh “Wolverine” Jackman, bukan ? Film yang menceritakan kehidupan Charlie Kenton yang telah “pension” dari dunia pertinjuan dikarenakan beralihnya penggunaan tinju manusia menjadi tinju antar robot-robot petarung, juga sarat memiliki makna yang mendalam tentang kehidupan. Pada kesempatan ini, saya akan mencoba mengungkap dan menyingkap makna positif dari film Real Steel, lebih dari sekedar hiburan di waktu senggang.

Jangan menyepelekan hal-hal yang kecil. Dalam film tersebut, robot Atom hanyalah sampah, dan dianggap “kecil” jika dibandingkan dengan robot-robot petarung lainnya. Sehingga pada awalnya Charlie tidak tertarik untuk memilikinya, kecuali Max (anaknya Charlie) yang menemukan “sisi lain” dari kekuatan robot Atom. Ah, ini adalah pelajaran buat kita. Ya, jangan pernah menyepelekan sesuatu, karena adakalanya sesuatu  yang kita anggap tidak berguna justru memiliki potensi yang luar biasa.

Begitu pula dalam hal urusan kehidupan ruhiyah (yang tujuan utamanya adalah kehidupan bahagia di akhirat sana). Jangan pernah kita menganggap dosa-dosa kecil sebagai sesuatu yang tiada dampaknya. Karena pada saatnya nanti, dosa-dosa yang kita anggap kecil itu akan menjadi kekuatan besar buat kita terjerumus ke dalam neraka-Nya.
Jangan pernah pula kita menyepelekan ibadah-ibadah kecil, sebagai sesuatu yang tiada manfaatnya. Karena sebagaimana dosa kecil, ibadah kecil-pun pada saatnya akan menjadi kekuatan maha dahsyat bagi kita untuk sampai ke surga-Nya.

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
(Q.S. Al-Zalzalah [99] : 7-8)

Kasih-sayang adalah kekuatan besar untuk bangkit dari keterpurukan.Pada awalnya, hubungan Charlie dan Max tidaklah harmonis, terlebih, ada kecenderungan kalau Charlie “membuang” Max. Namun naluri hubungan ayah-anak yang terjadi diantara mereka, menyebabkan mereka akhirnya mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidup (kalah bertanding). Sungguh, naluri hubungan ayah-anak adalah cinta dan kasih-sayang dan itu merupakan kekuatan besar yang harus senantiasa menghiasi kehidupan kita.

Kasih-sayang adalah anugerah dan jadikanlah itu sebagai penggerak utama kita untuk mencapai apa yang kita impikan. Pernah tahu kisah seorang ibu yang mampu mengankat mobil ketika anaknya tergencet dibawahnya dalam sebuah kecelakaan ? Itu salah satu contoh betapa kasih-sayang mempu memberikan dorongan dan energy dahysat.

Maka, berikanlah kasih-sayang untuk diri sendiri dulu sebelum memberikannya kepada orang lain. Dengannya kita akan terdorong oleh energy dahsyat untuk selalu bangkit dari setiap masalah. Kita harus cemburu ketika masalah menghiasi hari-hari kita, karena kita sangat mengasihi diri ini. Ayo ! Sayangi diri untuk bangkit dari setiap masalah dan keterpurukan hidup.

Sang Pemenang tidak harus menjadi yang nomor satu.Diakhir film tersebut, Atom melawan Zeus, robot yang tak pernah terkalahkan dan selalu berhasil mengalahkan lawannya sebelum satu menit berakhir. Namun Atom mampu memberikan perlawan hingga ronde terakhir, bahkan kalau bukan karena bel, robot Zeus akan hancur dan terkalahkan. Memang dari hasil penilaian juri, Zeus keluar sebagai pemenangnya (menang angka), tapi, Atom mendapat julukan sang Juara Rakyat. Ya, rakyat biasa yang mampu menembus pertandingan tingkat atas dan berkualitas. Max dan Charlie sangatlah puas dengan hasil itu, terutama dengan gelar sebagai Juara Rakyat.

Dalam keseharian, kita terjebak oleh sebuah paradigmna, bahwa yang menang ialah yang nomor satu. Memang tidaklah salah, yang menjadi salah adalah cara pandang kita yang menyebabkan kita melakukan tindakan-tindakan yang keluar dari aturan atau syariat atau norma. Lihatlah misalkan dalam perebutan posisi kepala daerah, demi menjadi yang nomor satu (pemenang) mereka para calon akan menghalalkan segala cara. Atau dalam kehidupan perusahaan, demi untuk menjadi nomor satu di perusahaannya, seseorang rela melakukan tindakan yang melanggar aturan norma dan agama.

Ah, kita harus mengubah paradima mulai sekarang, bahwa pemenang tidaklah harus menjadi yang nomor satu. Pemenang adalah mereka yang mampu mengambil hikmah dari setiap kegagalan atau kekalahan dalam pertarungan hidup.

Sahabat,

Itulah makna dan pelajaran yang diambil dari film Real Steel. Dan tentunya masih banyak lagi makna-makna lain didalamnya. Ayo, temukan !!!

Salam SuksesBahagia !!!


KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Kamis, 05 Januari 2012

BUKALAH HATIMU



Dikisahkan, ada seorang anak muda yang merasa dirinya tidak bahagia. Setiap hari, dari jendela kamarnya dia melihat taman dan pemandangan alam yang sangat indah, orang berlalu lalang, anak-anak bermain dengan gembira. Tetapi fenomena itu tidak membuat hatinya bahagia. Justru dia tidak mengerti, mengapa orang-orang di luar sana bisa tertawa-tawa bersama atau setidaknya menunjukkan wajah yang gembira.

Karena melihat keadaan di sekitarnya, hatinya yang hambar, terusik pada pertanyaan, "Apa rahasia bahagia?"

Demi mendapatkan jawaban tersebut, si pemuda memutuskan keluar dari kamarnya dan mulai bertanya kepada siapa saja yang mungkin bisa memberi jawabannya.

"Maaf Pak, saya mau bertanya, dari mana bahagia itu?" tanyanya kepada seorang bapak yang tampak gembira melihat anak-anak yang sedang berlarian.

"Bahagia? Dari mana datangnya? Lihat saja anak-anak itu," jawab si bapak santai. Si pemuda mencermatinya dan tidak mengerti mengapa melihat anak-anak itu adalah kebahagiaan.

Dia pun berjalan terus dan berusaha bertanya ke beberapa orang lainnya tetapi tetap saja tidak menemukan jawabannya, apa dan bagaimana bahagia itu. Hingga tibalah dia di depan rumah seorang petani yang sedang beristirahat sambil meniup seruling dengan nikmatnya.

Si pemuda menunggu sampai lagunya selesai dan mengajukan pertanyaan yang sama. "Ayo, masuklah kemari," si petani mempersilakan si pemuda dengan ramah.

"Bapak sedang membuat seruling baru. Lihatlah! Begini caranya." Tangannya pun sibuk memperagakan memilih bambu, mengusap dan membersihkan bulu-bulu halusnya dengan cermat. "Setelah bersih, kini saatnya meratakan dan kemudian melubanginya."
 
"Bapak, saya kemari bukan belajar membuat suling dan apa hubungannya semua ini dengan kebahagiaan?" tanya si pemuda dengan kesal.

"Anak muda, jangan marah dulu. Perhatikan dulu apa yang hendak Bapak jelaskan. Bambu sekecil ini bisa mendatangkan nada yang indah, rahasianya ada di lubang-lubang kecil ini. Nah, sama dengan kebahagiaan yang kamu tanyakan. Buatlah lubang dan biarkan dia terbuka di dalam hatimu. Karena tanpa kamu pernah membuka hati, sama halnya kamu tidak pernah memberi kesempatan pada hatimu sendiri dan selamanya kamu tidak akan mengenal, apa itu bahagia. Mudah kan? Apakah kau mengerti?"

"Ya Pak, saya mengerti. Terima kasih."

Sahabat,

Merasa senang dan bahagia adalah keadaan hati. Seringkali kita melihat ataupun mendengar banyak orang yang memiliki harta berlimpah tetapi hidup tidak bahagia. Ada pula orang yang hidupnya biasa-biasa saja, tetapi tampak sekali kebahagiaan melingkupinya.

Membuka hati berarti bisa menerima keadaan apapun kita hari ini, namun TETAP berikhtiar mengejar mimpi yang kita harapkan. Mampu menikmati hidup ini secara positif dan bernilai bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dengan sikap mental hidup seperti itu, PASTI setiap saat kita bisa menikmati kebahagian secara alami.



Salam SuksesBahagia !!!


KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia


Inspirated from Andri Wongso

View Details

Rabu, 04 Januari 2012

Tangga 2 SuksesBahagia # Konsisten Dalam Kebaikan (bagian 2)




Konsistensi Membawa Kebahagiaan dan Kesuksesan

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan :"Tuhan kami adalah Allah SWT"kemudian mereka istiqomah, maka para malaikat akan turun kepada mereka(dengan mengatakan) Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah SWT kepadamu. (Q.S. Fushshilat [41] :30)

Ayat di atas menyebutkan bahwa orang yang istiqamah (konsisten), akan optimis (berani, tidak takut) dan tidak merasa sedih selama hidup di dunia, serta mendapatkan kegembiraan di akhirat dengan surga yang di janjikan-Nya.

Hal itu merupakan sebuah konsekuensi atas konsistensi kita. Kita akan dekat dengan Tuhan. Kebahagiaan akan senantiasa menyelimuti hati dan kehidupan kita. Dan kesuksesanpun akan didapatkan. Sulitkah untuk mencapai sebuah konsistensi dalam hidup ini ?
Kesulitan ada bagi manusia yang tidak memiliki komitmen diri. Kesulitan ada bagi manusia yang “tidak yakin” dengan janji Allah. Kesulitan ada bagi manusia yang menganggap bahwa konsisten adalah beban berat.

Agar kita mudah meraih derajat konsistensi, yang harus kita lakukan adalah dengan memandang buah atau hasil dari tindakan konsistensi kita. Artinya, kita memfokuskan diri akan kebahagiaan dan kesuksesan yang akan kita raih. Saya jamin, kita semua ingin mendapatkannya, bukan ?

Seperti seekor kucing yang menginginkan ikan di atas meja. Kucing itu akan terus focus dan mencari waktu yang tepat untuk meraihnya. Dengan fokusnya itu, kucing pun perlahan-lahan mendekati ikan yang diinginkannya. Meskipun sangat sulit untuk meraihnya, tapi dengan focus yang dimilikinya itu, akhirnya kucing pun mampu mendapatkan ikan yang ada di atas meja.

Begitupun dengan kita. Fokuskanlah diri ini kepada hasil yang akan didapatkan, yaitu kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup. Maka, secara perlahan, sifat kosistensi akan kita miliki. Dan pada akhirnya akan menjadi karakter kita.

Konsisten Tidak Flat (Lurus, Ajeg, Tetap)

Saya lebih suka mendefinisikan istiqamah (konsisten) dengan kata TEGUH, bukan lurus atau tetap. Mengapa ? Karena kehidupan manusia terbatasi oleh ruang dan waktu. Dimana ke-dua hal itu akan mengalami yang namanya perubahan.

Ada sebuah cerita dari seorang ustadz yang bernama Pak S.Pd. Mengapa titel S.Pd saya sebutkan, karena itu merupakan sebuah prestise baginya dan ia akan marah bila namanya disebut tanpa disebutkan pula titel S.Pd-nya. Karena ke-S.Pd-annya itu, Pak S.Pd pun kerap kali diminta kesediaannya untuk tampil pada setiap kegiatan keagamaan di kampung kami.

Pada pengajian mingguan yang rutin diadakan di musholla kami, ia sering diminta untuk tampil memberikan sedikit mukadimah atau ceramah pembuka. Isi ceramahnya tentang “Istiqomah”. Katanya, kalau kita istiqomah dalam menjalankan agama, maka Tuhan akan menurunkan rahmatnya.

Kemudian ketika Pak S.Pd diminta kembali untuk mengisi sambutan pada peringatan mauled nabi, kembali ia membawakan tema dan isi yang sama tentang “Istiqomah”. Lalu pada kesempatan sholat taraweh, Pak S.Pd kembali dipercaya untuk membawakan kultum. Dan, lagi-lagi ia berbicara tentang “Istiqomah”. Jadi, pada setiap tampil memberikan ceramah di depan publik, Pak S.Pd selalu membawakan tema tentang “Istiqomah”.

Akhirnya salah seorang warga di kampung kami ada memperhatikan hal tersebut. Dia berkata kepada kami pada suatu kesempatan berkumpul di musholla. “Mengapa ya, Pak S.Pd yang satu itu setiap kali diberi kesempatan ceramah di acara apa saja selalu membawakan tema istiqomah, seolah dalam agama itu tidak ada lagi tema yang lain?”

“Ooooo….,” jawab teman saya yang lain, “Itu artinya beliau memang orang yang istiqomah alias konsisten.”

“Maksudnya?”

“Pak S.Pd itu memang orang yang istiqomah. Buktinya ‘kan setiap kali menyampaikan ceramah beliau selalu istiqomah dengan temanya. Nah, karena ia orang yang istiqomah makanya dia tidak pernah menyampaikan ceramah dengan tema yang lain selain tema istiqomah walau terkesan ia selalu mengulang-ulangnya. Beliau ingin membuktikan pada dunia bahwa manusia itu harus satu antara sikap dan perkataannya. Beliau ingin menunjukkan integritasnya, gitu,” kata teman menjelaskan.

“Ooooo… gitu ya. Baru paham dah kita,” ungkap satunya.

Nah, besoknya pada kesempatan pengajian pemuda di musholla, ketika Pak S.Pd dipercaya untuk tampil ceramah, jamaah yang hadir pun sudah bisa menebak apa isi ceramahnya, “Pasti tentang istiqomah lagi, nih!” Dan, ternyata betul juga. Isi ceramahnya kembali masalah istiqomah.

“Benar-benar orang yang istiqomah bapak yang satu ini…,” pikir jamaah.

Aha, apakah ustadz tersebut bisa dikatakan orang yang istiqamah (konsisten). Menurut saya tidak, tapi AJEG, tetap, datar, dan lurus, sehingga cenderung membosankan.

Sementara ke-teguh-an, mengisyaratkan adanya sebuah perubahan (yang disebabkan oleh tantangan), tanpa harus mengubah prinsip (keimanan) yang telah diyakininya. Sehingga, hal ini senada dengan konsep konsisten yang diperkenalkan oleh Drs. Ahsin W. Al-Hafidz, M.A sebagai berikut: istiqomah (sifat konsisten) adalah keadaan atau upaya seseorang untuk tetap teguh mengikuti jalan lurus yang telah ditunjuk oleh Allah.

Tengoklah kisah Bilal bin Rabah, sahabat Rasul. Ketika disiksa dengan penyiksaan yang terkejam, dia “konsisten” dengan prinsip keimanannya. “Ahad, Ahad, Ahad….” Yach, hanya itulah yang selalu terucap ketika setiap pukulan dan cambukan menghujani tubuhnya.

Konsistensi lain yang ditunjukkan Bilal ini adalah menjalankan shalat sunah setelah berwudhu (orang memeberi nama syukrul wudhu), sehingga Rasul bermimpi jika terompahnya Bilal berjalan-jalan di syurga. Setelah diketahui ternyata, Bilal konsisten mengerjakan shalat sunah syukrul wudhu itu.

Atau kisah dari seorang putra mahkota, yang kerajaan dan orang tuanya (rajanya) direbut dan dibantai. Putra mahkota itu pun dijadikan tawanan para pemberontak. Untuk menghancurkan masa depan putra mahkota, para pemberontak membuangnya pada sebuah pulau yang dipenuhi dengan kemaksiatan, keangkara murkaan, tembat perjudian, tempat perjinahan, tempat minuman keras beredar dengan bebas. Namun setelah hampir satu tahun, putra mahkota itu tidak “terlibat” dalam praktek kemaksiatan itu. Maka penasaranlah para pemberontak yang menahannya kemudian bertanya, “Hai putra mahkota, mengapa kau tidak tertarik untuk minum-minuman keras, jinah, dan judi di tempat ini ?”. Sang putra mahkota menjawab, “Sejak aku dilahirkan, aku telah disiapkan untuk menjadi seorang raja. Maka sangat tidak pantas, jika calon raja berbuat sekehendak nafsunya !”

Yah, putra mahkota dalam cerita di atas dengan jelas menggambarkan sebuah konsistensi diri terhadap prinsip hidupnya. Prinsip hidupnya adalah tidak layak sorang (calon) raja berbuat sekenhendak nafsunya seperti binatang. Bagaimana jadinya jika seperti itu ?


Jadi, konsisten adalah bentuk keteguhan terhadap prinsip (keimanan), meskipun halangan dan tantangan selalu datang menggoda. 



(bersambung)






KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Selasa, 03 Januari 2012

Tangga 2 SuksesBahagia # Konsisten Dalam Kebaikan (bagian 1)

Pada postingan sebelumnya, telah kita bahas Tangga 1 SuksesBahagia # Kenali Diri. Ia adalah langkah awal dalam perjalanan menempuh kehidupan yang penuh dengan kesuksesan dan kebahagiaan. Nah, kali ini, akan saya sampaikan Tangga 2 SuksesBahagia # Konsisten Dalam Kebaikan (istiqamah). Selamat membaca, dan jangan lupa, implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tangga 2# Konsisten Dalam Kebaikan (Istiqamah)


Air adalah salah satu kebutuhan vitalhidup kita. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari AIR yang paling mendasar adalah sifatnya yang selalu mencari tempat yang rendah. Hal ini merupakan suatu isyarat bagi kita, bahwa dalam hidup ini manusia seharusnya tidak berpatah arang dalam berusaha menggapai cita-citanya. “Dimana ada kemauan, disitu pasti ada jalan”, begitu pepatah mengatakan.

Kita mendapati, betapa istiqomahnya air dalam menempuh perjalanan untuk mencapai tempat yang rendah. Dari tempat yang tinggi, air meluncur membelah bumi hingga menjadi aliran yang kita sebut sungai. Disitu air mengalir bebas menuju tempat rendah mana saja yang ia sukai. Tidak jarang air itu secara beramai-ramai mengalir, menghantam, atau menghanyutkan apa saja yang mengganggu perjalannya. Dengan tekadnya, dia terus berusaha menuju tempat yang rendah.


Kalau ia menemui onggokan tanah yang kuat atau apa saja yang menghalangi perjalanannya, maka ia akan membuat manuver dengan membuat kelokan dan mencari jalan alternatif, atau berpisah dengan kawan-kawannya melingkari penghalang itu, yang akhirnya terjadi dua aliran. Sepintas aliran itu terlihat saling bercerai, tapi kalau kita jeli, itu merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuannya.


Bila rintangan itu bendungan kokoh maka ia akan membuat kumpulan yang nantinya sebagian diantara mereka tidak dapat terbendung lagi, dengan begitu ia dapat meneruskan perjalanannya. Dan andaipun kumpulannya kurang, ia akan mencari jalan lain yaitu menguap. Ia akan berkumpul bersama diangkasa dalam gumpalan awan, dan apabila telah mencapai titik kulminasinya, ia akan membentuk titik-titik hujan. Semakin tebal awan itu, semakin lebat pula hujan yang turun. Dengan begitu ia akan mencapai tempat tujuannya, yaitu tempat yang rendah.


Sahabat,


Betapa besarnya pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa perjalanan air itu, yakni kosistensinya, dan tak mengenal putus asa dalam mencapai tujuannya. Dan sifat itu pula yang semestinya senantiasa menjiwai diri kita. Imam Syafi’i dalam salah satu syairnya, menjadikan dinamika sifat air ini sebagai suatu bukti bahwa dalam bergerak dan beraktifitas akan ada kebaikan, dalam diam dan tanpa karya akan banyak kerugian dan kerusakan.

Cerita tentang air di atas telah mengispirasi saya tentang makna sebuah keistiqamahan atau konsistensi dalam menjalani hidup dan kehidupan ini. Tapi itulah kurang lebih isyarat makna, hakikat, dan manfaat dari sebuah kata “istiqamah” atau konsisten (semoga penyamaan arti antara istiqamah dan konsisten adalah benar) yang akan kita bahas pada bab ini sebagai tangga ke-dua untuk mencapai puncak SuksesBahagia.

Ya, setelah Kita mampu mengenal siapa diri Kita sesungguhnya, maka beramalshaleh-lah (melakukan aktivitas yang baik dan bermanfaat) secara istiqamah (konsisten). Hal ini adalah sebagai perwujudan kebahagiaan atas kehidupan sukses yang Tuhan sediakan kepada kita.

Dalam QS. Al-Ashr [103] ayat 2-3, Allah berfirman : “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali yang beriman dan beramal shaleh…

Manusia yang rugi adalah manusia yang tidak bisa merasakan hidup SuksesBahagia di dunia dan di akhirat. Agar tidak merugi, Allah menyebutkan syarat yaitu bahwa manusia harus beriman dan beramal shaleh.


Beriman berarti meyakini Allah dengan segala konsekuensinya, termasuk didalamnya meyakini “kekuatan dan kelemahan” diri yang dianugerahkan-Nya kepada kita. Hal ini telah kita bahas di tangga #1,  konsep mengenai makrifatun-nafsi. Dan setelah beriman, Allah menyebutkan syarat agar kita bisa hidup SuksesBahagiaadalah dengan beramal-shaleh (melakukan aktivitas yang baik dan bermanfaat). Tentunya aktivitas kebaikan yang konsisten dikerjakan, meskipun aktivitas tersebut kecil atau sepele.


Rasulullah saw, dengan indah bersabda: “Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari” (langgeng atau berkesinambungan) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)

 Ketika Allah menyukai amalan-amalan kita, maka sebagai konsekuensinya, kita akan semakin merasa dekat dengan Allah. Buah manis dari kedekatan ini adalah tercapainya hati yang tenang, bersih, dan tunduk (salimul qulub) yang dengannya kebahagiaan hidup dapat kita raih dengan penuh kesuksesan. 



(bersambung)




KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Senin, 02 Januari 2012

Renungan Pergantian Tahun : Ada apa dengan tiupan terompet ?




Sekitar jam 00.00 tanggal 1 Januari 2012, saya terbangunkan oleh suara terompet dan petasan. Ya, di malam tahun baru ini, tidak ada agenda istimewa buat saya dan istri, artinya, kami melewati malam itu sebagaimana malam-malam lainnya. Kecuali, sebelum tidur, kami membuat resolusi untuk satu tahun ke depan.

Kembali kepada terbangunkannya saya oleh suara menggelegar dan tiupan terompet panjang, saya tertegun cukup lama, kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan, mengapa harus dengan meniup terompet dan membunyikan petasan dalam rangka menyambut tahun baru ?

Ah, mungkin ini adalah peringatan-Nya. Saya yakin, ketika manusia merayakan tahun baru dengan meniup terompet dan membunyikan petasan, itu bukanlah hal yang “kebetulan”, tapi merupakan “scenario-Nya” yang ditanamkan ke dalam manusia. Sudah pasti, karena scenario-Nya, akan ada peringatan dan makna di dalamnya. Nah, pada tulisan kali ini, saya akan mencoba mencari makna dan peringatan-Nya.

Salah satu peristiwa ketika datangnya kiamat (akhir dari kehidupan) adalah ditiupnya terompet besar (sangkakala) oleh malaikat Isrofil.

Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup (alam semesta menjadi hancur).
(Q.S. Al-Haaqah [69] : 13)

(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam.
(Q.S. An-Naazi’at [79] : 6)

Merinding diri saya ketika mengingat ayat-ayat di atas. Tiupan terompet di malam tahun baru, merupakan isyarat akan semakin dekatnya hari kebangkitan itu. Semakin bertambah tahun, semakin mendekatklah akhir dari kehidupan ini. Tiupan terompet di malam tahun baru adalah tahapan menuju ditiupnya terompet besar. Ya Allah, sudah sipakah diri ini menghadapinya ? Sementara waktu itu semakin dekat ?

Peristiwa lain disaat kiamat adalah terguncangnya bumi dengan goncangan besar, disertai dengan dentuman dan ledakan gunung-gunung atau kilatan hujan meteor di langit luas.

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?"
(Q.S. Al-Zalzalah [99] : 1-3)

Ah, lagi-lagi saya diingatkan oleh firman-Nya, tentang goncangan dan dentuman dahsyat di hari akhir. Mungkinkah ledakan petasan (atau kilatan kembang api) juga peringatan-Nya bagi kita ? Jika tahun yang bertambah adalah ciri mendekatnya hari akhir itu ? Ya Allah, sudah siapkah diri ini menghadapinya ? Sementara waktu itu semakin dekat ?

Setelah beberapa menit kemudian, tiupan terompet dan ledakan petasan yang menggema-pun berakhir. Mungkin berakhir pulalah perayaan tahun baru itu. Dan saya-pun menghela nafas panjang, lalu bangkit, dan munajat kepada-Nya. Bersyukur karena kehidupan ini belum berakhir sebagaimana berakhirnya kehidupan ketika ada tiupan sangkakala dan tergoncangnya bumi karena letusan gunug-gunung serta hujan meteor. Bersyukur karena masih ada waktu dari-Nya untuk lebih menyiapkan diri, dalam penantian menuju pertemuan dengan-Nya.

Tahun telah bertambah, dan semakin berkuranglah usia kehidupan ini. Mari kita isi sisa waktu yang disediakan-Nya, dengan kesungguhan (berjihad) dalam mencari keridhaan-Nya. Mengisi waktu dengan meningkatkan kebermanfaatan dan kemaslahatan bagi sesama. Mengisi waktu dengan amalan yang semakin mendekatkan diri ini dengan-Nya.

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S. Al-Ankabut [29] : 69)

Semoga Allah memberikan jalan dan memudahkan kita untuk melaluinya. Amiin…..


Salam SuksesBahagia !!!


KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia


View Details
 

Labels

Popular Posts