• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts

Kamis, 15 Maret 2012

PADI & ILALANG


Perjalanan pulang dari Jakarta melintasi area persawahan dengan padi yang menguning di Tol Cipularang adalah hal yang paling mengesankan, indah, dan mengagumkan. Sungguh, ciptaan-Nya semakin menguatkan iman kepada-Nya.
Pikiranpun menerawang jauh ke masa silam ketika masih kecil. Teringat jelas bagaimana mendiang almarhum ayah sering mengajak saya pergi ke sawah milik keluarga kami, untuk menanam padi. Ya, menanam padi merupakan pengalaman berharga buat saya. Sayang, semua itu kini tinggallah kenangan, terutama sejak ayah di panggil oleh-Nya.
Berbicara menanam padi, ada hal yang menarik pikiran saya selama ini, dan patut kita renungkan bersama. Yaitu bahwa :
Kalau kita menanam padi, pasti tumbuh juga ilalang disampingnya. Kalau kita mananam kebaikan, pastilah tumbuh benih-benih keburukan disana.
Artinya adalah keburukan bisa menyertai setiap kebaikan yang kita lakukan. Bisa berasal dari diri kita sendiri atau dari orang lain. Sebagai contoh: kita memberikan sedekah kepada panti asuhan sebagai suatu kebaikan. Nah biasanya, akan muncul benih keburukan. Yang berasal dari diri kita itu namanya RIYA (riya itu adalah keburukan lho, bahkan termasuk kategori syirik) dan yang berasal dari orang lain adalah prasangka negative kalau kita hanya ingin ketenaran belaka agar mendapat “label” sang dermawan (paradigm orang lain).
Untuk keburukan dari diri kita, sebaiknya kita kembali melihat niatan kita, dan kemudian diluruskan atau dibersihkan jika ada benih-benih riya didalamnya (ikhlaskan). Sementara untuk keburukan dari luar, abaikan saja, toh yang tahu ikhlas tidaknya adalah kita dan Tuhan, bukan? Jangan sampai ketakutan dikatakan sok dermawan, membuat kita jadi tidak mau bersedekah.
Jadi, tanamlah padi meski ada ilalang yang tumbuh. Bukankah ilalang bisa kita cabut dan dibuang agar padi tetap tumbuh subur ?
Kalau kita menanam ilalang, tidaklah akan ada tumbuh padi di sampingnya. Kalau keburukan yang kita lakukan, kebaikan tidak akan pernah ada didalamnya.
Artinya keburukan tidak akan menghasilkan kebaikan, bahkan akan menghasilkan keburukan yang semakin banyak. Contoh: kita berbuat jahat ke orang lain dengan memfitnah atau membuka aibnya. Apa yang akan terjadi biasanya ? Ya benar, berita buruk itu akan semakin menyebar dan menyebar. Lalu, apa yang akan dikatakan orang kepada kita ? Hm,,, biasanya kita akan segera mendapat “gelar” sang penggosip atau pemitnah. Baikkah gelar itu ? Sudah jelas itu adalah keburukan yang akan terus melekat dalam diri kita. Belum lagi akhrinya kita pun akan dimurkai oleh-Nya (stempel negative dari Tuhan, hiii… na’udzubillah).
Maka, janganlah menanam ilalang karena tidak mungkin padi akan tumbuh didalamnya.

Semoga bermanfaat !!!



Salam SuksesBahagia,

Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Rabu, 14 Maret 2012

Tangan Di Atas Itu Lebih Baik ...

Alkisah, ada seorang pemuda yang akan merantau ke negeri seberang, untuk mencari nafkah.  Sebelum berangkat, dia berpamitan kepada guru spiritualnya (guru ngajinya) untuk memohon restu dan doa keselamatan.

“Kyai (panggilan untuk guru ngaji), saya mohon doa restu dan keselamatan serta keberkahan. Semoga apa yang saya harapkan di negeri seberang untuk mengais rezeki bisa berhasil.”

 “Ya, saya doakan. Semoga Allah memberikan kemudahan kepadamu.”

Maka, berangkatlah pemuda itu, diiringi tatapan haru dari gurunya.

Setelah lama berjalan, dia beristirahat untuk melepaskan lelah sambil membuka perbekalan yang dibawanya. Disaat sedang menyantap makanannya, dia melihat ada seekor burung yang terluka kakinya dan tidak bisa terbang. Setelah lama dia menyasikan burung yang kesakitan itu, datanglah seekor burung yang lain. Dan ternyata burung yang baru datang itu, membawa makanan untuk diberikan kepada burung yang tidak bisa terbang. Kemudian terbang lagi, dan datang lagi untuk beberapa waktu kemudian.

“Aha, betapa bodohnya aku !” pikir pemuda itu.

“Buat apa saya pergi jauh-jauh ke negeri seberang untuk mencari rezeki. Burung yang tidak bisa terbang, bisa mendapatkan rezekinya (makanannya) dari burung lain. Ini artinya, aku pun, tanpa harus pergi jauh mencari rezeki, rezeki akan datang menghampiriku. “

Setelah punya pikiran seperti itu, dia akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalannya ke negeri seberang. Dia berpikir, dia bisa seperti burung yang tidak bisa terbang itu. Dia bisa mendapatkan rezeki tanpa harus bersusah payah mencarinya.

Sesampainya di kampung halamannya sendiri, dia menemui kyai-nya. Dan menyampaikan pembatalannya untuk pergi merantau dengan alas an dia mendapatkan “pelajaranan” dari burung yang terluka, yang tidak bisa terbang, namun bisa mendapatkan rezekinya lewat pemberian burung yang lainnya. Maka, kyai-nya pun berkata,

“Wahai muridku, tidakkah ada dalam pikiranmu, keinginan untuk menjadi seperti burung yang memberikan makanan terhadap burung yang terluka dan tidak bisa terbang itu ? Menurutmu, mana yang lebih mulia, burung yang terluka atau burung yang memberikan makanan ?”

Glekkkkk….

Tiba-tiba memerahlah wajah pemuda itu. Dia malu. Dia sadar telah melakukan kekeliruan dalam “membaca” sesuatu. Dan diapun akhirnya melanjutkan pengembaraannya untuk mencari dan menjemput rezeki. Dia berjanji akan seperti burung yang selalu memberikan makanannya kepada burung yang terluka dan tidak bisa terbang. Dia bertekad akan menjadi manusia yang selalu membantu manusia lain yang kekurangan. Dia yakin, itu lebih mulia. Dia yakin, TANGAN DI ATAS LEBIH BAIK DARI PADA TANGAN DI BAWAH !!!

Sahabat, semoga bermanfaat.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindseter SuksesBahagia


View Details

Selasa, 13 Maret 2012

Nikmat Manakah Yang Kita Dustakan ?


Zyra, anak saya, dirawat di RS selama dua hari. Ia harus di 'fototerapi' atau di sinar. Ya, dari hasil pemeriksaan dokter spesialis anak, kadar bilirubinnya tinggi, yaitu 15, sementara batas maksimal untuk balita adalah 10. 

Salah satu penyebabnya adalah Zyra tidak dijemur dibawah sinar matahari pagi. Hal ini tentu terjadi karena hampir satu minggu sejak kelahirannya, kota Bandung diselimuti mendung di pagi hari, dan hujan di sore harinya. Namun, alhamdulillah, Zyra hanya membutuhkan waktu 48 jam untuk fototerapi. Sekarang kadar bilirubinnya di bawah 10 (7).

Sahabat,

Dari Zyra, saya 'tersadarkan' kembali kalaulah Allah SWT itu Maha Pengasih (ar-Rahmaan). Hanya karena sinar matahari terhalangi awan, anak saya tidak bisa bermandikan sinar segarnya, dan itu mengakibatkan naiknya kadar bilirubin. 

Selama 48 jam di sinar, biaya yang saya keluarkan adalah Rp 600 ribu, artinya untuk 12 jam (siang hari diambil rata-rata 12 jam) penyinaran, saya harus membayar Rp 150 ribu. 

Bayangkan jika, kita harus membayar biaya sinar matahari yang Allah berikan. Kalau usia kita sudah mencapai 30 tahun misalkan, maka kita harus membayar sinar matahari sebesar Rp 19.710.000.000,-. 

Allahu Akbar !!! Namun Allah tidak meminta bayaran itu.

Sungguh, Allah Maha Pengasih, Dialah Ar-Rahmaan.

Nikmat manakah yang kau dustakan ????????


Semoga bermanfaat !!

Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho | MSB

View Details

Jumat, 09 Maret 2012

Tinggalkan Beban ...




Anda pasti pernah menonton film Taichi Master. Film ini membuat saya terkesan ketika Jet Lee (tokoh utama film tersebut) digambarkan sedang mengalami depresi berat. Saudara seperguruannya yang menguasai ilmu silat sebanding dengannya telah menyalahgunakan kemampuan yang dimiliki untuk berbuat kejam kepada orang lain. Kemudian dalam sebuah adegan digambarkan, ada serombongan orang yang sedang memikul kayu dipunggungnya berjalan di pematang sawah. Tampak seorang berlari-lari menemui salah satu pemikul kayu tersebut dan membawa kabar bahwa istrinya di rumah baru saja melahirkan.
Laki-laki yang mendengar kabar itu hanya tersenyum dan malah bingung apa yang harus diperbuatnya. Kemudian salah seorang dari temannya berkata dengan mantap,” Mengapa termenung, segera tanggalkan beban dipunggungmu dan sambutlah hari baru.”
Serta merta lelaki itu melepaskan ikatan punggungnya, meletakkan kayu yang ia pikul dan segera bergegas pulang.
Sang jagoan Jet Lee yang mendengar dialog tersebut tergugah. Ia tersenyum. Ada perubahan dalam raut wajahnya. Dengan bibirnya ia bergumam mengulang kalimat yang baru saja didengarnya, “ Mengapa termenung, segera tanggalkan beban dipunggungmu dan sambutlah hari baru.”
Lalu ia pulang ke rumah, menuju kamar dan memperhatikan sekelilingnya. Ia ingat sang guru dulu pernah membekalinya sebuah buku. Lalu ia baca buku itu dan mulai mempraktekkan gerakan-gerakan yang terdapat di dalam buku tersebut. Ia menemukan jurus baru yang lembut namun penuh kekuatan, itulah jurus taichi.
Sahabat,
Sesungguhnya apa yang membelenggu diri kita untuk mencapai kesuksesan? Mengapa seseorang sering menganggap kegagalan adalah akhir dari segalanya? Mungkin mereka tidak memiliki cara atau pendekatan lain untuk menuntaskan apa yang tidak bisa mereka kerjakan.
Kegagalan hanyalah peringatan bahwa kita harus mencoba menyelesaikan masalah dengan cara lain. Jalan menuju kesuksesan selalu dipenuhi dengan kegagalan. Orang yang sukses adalah mereka yang telah menghadapi begitu banyak kegagalan, dan mereak berhasil menghadapinya.
Masa depan tidak sama dengan dengan masa lalu. Delam kehidupan ini, mungikin kita telah benyak mengalami kegagalan. Tapi hari ini ada lembaran baru dan mungkin saja harapan kita akan terwujud, asalkan kita berani mencobanya sekali lagi. Belajarlah dari semua masa lalu dan raihlah masa depan dengan penuh keyakinan.
Hal yang lalu biarlah berlalu dan kita telah membayarnya. Sebagai konsekuensinya, kita tidak harus menebisnya lagi. Tentukan rencana baru dan hilangkan ketakutan dari pikiran kita. Teruslah melangkah (lihat tulisan saya beberapa bulan yang lalu, Bakar Jembatan).
Mulai sekarang, tinggalkanlah bayang-bayang kegagalan masa lalu. Gagal melakukan sesuatu pada masa lalu tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak bisa dikerjakan pada masa depan.
Lihatlah bahwa didepan ada hamparan luas taman keindahan. Di depan terbentang harapan baru. Di sana kita akan menemukan hari baru. Dan saya yakin, akan selalu tercipta jurus-jurus baru dalam hidup kita. JURUS KESUKSESAN.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia 

 
Inspirated from Jumadi Subur

View Details

Kamis, 08 Maret 2012

Panggil Aku, Zyra !

 

Sahabat, hari ini usiaku menginjak di hari ke 7. Ayahku mengaqiqahkan aku dan memberiku nama yang sangat bagus. Hm, tapi, sebelum aku sebutkan nama pemberian ayahku, aku mau sedikit curhat dulu ya ...

Sahabat, kata bunda, aku berada dirahimnya lebih dari 40 minggu. Sempat membuat khawatir bunda. Terlebih, bunda hampir dikatakan tidak pernah mules perutnya, dimana, perut yang mules adalah pertanda akan lahirnya bayi dari dalam rahim ibunya. Oleh karena itu, bunda harus di-induksi, atau dirangsang untuk mules.

Aku juga tidak tahu mengapa aku seakan tidak mau lahir kedunia. Ah, mungkin aku terlalu nyaman ya di dalam rahim bunda. 

Sahabat, setelah hampir menghabiskan dua labu induksi (infus), akhirnya, bunda merasa mules-mules perutnya. Wah, bahagia katanya, sudah pembukaan tiga. Namun, tiba-tiba pas di cek lagi, ternyata pembukaannya kembali ke pembukaan dua. Sontak, hal ini membuat kaget bunda dan tentu juga ayah. Jika saja sampai sore kondisi tidak membaik, bunda akan pulang ke rumah untuk istirahat, dan kembali lagi untuk di cek. Jika masih seperti itu (pembukaan lambat), bunda harus di operasi cesar untuk melahirkanku. Hhhh, aku sedih sahabat, membuat bunda repot ...

Sahabat, hari itu hari Jumat. Maka, ayah mempersiapkan dirinya untuk menjalankan ibadah shalat jumat. Ayah berkata pada bunda, "Sayang, sabar dan ikhlas ya, ayah mau jumatan, ayah mau minta sama Allah, agar anak kita segera bisa lahir ke dunia ini." Nah, setelah ayah berkata seperti itu, bunda di cek lagi (periksa dalam). Ajaib, pembukaan tujuh !!! Betapa bahagianya bunda dan ayah pada waktu itu. Dari pembukaan dua, langsung ke pembukaan tujuh.

Akhirnya, setelah ayah pulang dari shalat jumat, bunda masuk ke ruang bersalin, karena sudah membukaan sembilan. Alhamdulillah, tepat jam 14.08, aku lahir ke dunia dengan selamat melalui persalinan normal. Hari itu hari Jumat, tanggal 2 Maret 2012.

Sahabat, itulah sepenggal kisahku sampai di hari yang ke tujuh hidup di dunia ini. Dan, nama yang diberikan ayah untukku adalah ZAFIRA AZRA ADZKIA. Zafira itu berasal dari bahasa arab Zhaafira yang artinya KESUKSESAN. Kata ayah, ayah kan Mindsetter SuksesBahagia, jadi mencari nama yang menunjukkan kata sukses atau bahagia, dan ketemulah nama Zafira ini. Azra itu artinya lemah lembut. Ini adalah inspirasi bunda setelah melihat di televisi, seorang balita yang bernama Azra, selamat dari maut akibat gempa besar di Turki. Sementara Adzkia itu artinya cerdas. Sehingga jika digabungkan, arti namaku adalah Sebuah kesuksesan yang diraih melalui kelemah-lembutan yang diperkuat dengan kecerdasan. Bagus ya .... Hehehe ...

Dan sahabat, sahabat bisa panggil aku ZYRA ...

Bandung, 8 Maret 2012



View Details

Selasa, 06 Maret 2012

Tukang Kursi Bambu


Ketika pulang, saya melihat seorang pedagang kursi bambu yang sedang istirahat, berteduh di pinggir jalan di bawah pohon. Sekilas saya menangkap kelitihan yang amat berat diwajahnya. Tetesan keringat diwajahnya melukiskan tanggungjawab dia sebagai kepala keluarga (asumsi saya, dia sudah bekeluarga. Terlihat dari fisiknya yang menua). Mungkin dia sedang membayangkan isti dan anak-anaknya menunggunya pulang dengan membawa hasil jualan kursi bambu. Mungkin juga dia sedang menghitung-hitung berapa besar hutang keluarganya ke warung sebelah, karena belum punya uang ketika mau belanja sembako. 

Sungguh tak dapat dideskripsikan bagaimana pikirannya melayang-melayang jauh entah kemana bersama beban-beban hidupnya. Maklum, dari dua buah kursi yang dibawanya, belum terjual. 
Tersentak saya dari lamunan. Terlalu naïf untuk memikirkan orang lain. Saya harus melihat diri sendiri. Bagaimana dengan saya? Sementara saya juga dapat melihat, penjual kursi tadi, masih memiliki semangat, semangat bertanggungjawab terhadap keluarganya, apapun yang harus dikerjakannya selagi itu adalah jalan halal. Saya malu pada diri sendiri dan juga penjual tadi. Sering saya merasa malas melakukan aktivitas pekerjaan di kantor. Dan lebih parahnya lagi, saya sering kurang bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan kepada saya. Astaghfirullah. Padahal apa yang telah saya dapatkan, sudah lebih dari cukup.

Entah sudah fitrah atau bukan, kadang manusia merasa selalu kurang dengan apa yang sudah didapatkannya. Pantas jika Rasulullah bersabda: “Jika manusia mendapatkan dua lembah emas, maka dia akan minta yang ketiga .“ Bukan tidak boleh kita berusaha mencari harta, dengan niatan bahwa harta yang didapatkan akan digunakan sepenuhnya dalam rangka ibadah dan mendekatkan diri pada-Nya. Jangan salah, generasi para sahabat-pun memiliki banyak harta. Kita lihat Usman bin Affan. Dia menyumbangkan 1000 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya untuk perang. Sudah pasti dia memiliki banyak harta dan keistimewaannya adalah hartanya digunakan untuk dakwah. 

Abdurrahman bin Auf, hartawan sukses yang merajai pasar di Madinah. Mush’ab bin Umair, orang kaya namun ketika syahid kain kafannya tidak cukup untuk menutupi tubuhnya. Dan masih banyak lagi sahabat yang lain, yang menunjukkan bagaimana mereka menggunakan hartanya semata-mata untuk kepentingan dakwah.

Jadikanlah harta yang kita dapatkan dan kita miliki sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya. Hati-hatilah, jangan sampai kita terjangkit penyakit wahn yaitu cinta harta (dunia) takut mati. Naudzubillahimindzalik. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari bix\sikan syaitan yang akan menggelincirkan kita.

Akhirnya saya pulang kerumah dengan mendapatkan ilmu yang sangat berharga dari seorang penjual kursi bambu. Bagaimana agar kita tetap semangat mencari nafkah dan bersabar serta tawakal pada Allah SWT.



Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

View Details
 

Labels

Popular Posts