• Blogger widget
  • Nice work
  • Aditya Subawa
Recent Posts

Selasa, 31 Juli 2012

Layang-Layang dan Kehidupan Kita


Saya pernah menulis artikel tentang layang-layang (klik disini). Waktu itu, pendekatan yang digunakan untuk mengungkap rahasia kehidupan dari permainan layang-layang adalah mulai dari proses pembutannya hingga akhirnya bisa terbang ke angkasa dengan tali benang yang kokoh.

Nah, ternyata ada hal lain yang bisa kita ungkap dari permainan layang-layang, terkait dengan rahasia kehidupan didalamnya.

Layang-layang memerlukan angin untuk bisa terbang. Tak ada angin, maka tak bisa layang-layang itu naik ke atas. Semakin besar angin berhembus, semakin tinggi layang-layang itu naik terbang ke angkasa.

Sahabat,

Kehidupan kita akan senantiasa di uji oleh Allah SWT dalam menjalani perannya sebagai khalifah. Ujian itu bisa berupa masalah-masalah kehidupan dan juga kebaikan-kebaikannya.

Dalam hal kebaikan-kebaikan dalam kehidupan, nampaknya kita merasa itu sudah sepantasnya kita terima dari Allah SWT. Sehingga kadang kita tidak merasa itu sebuah ujian dari-Nya. Padahal, ujian kebiakan itu lebih “menjebak“ kita untuk lalai dan jauh dari rasa syukur kepada-Nya. Maka, hati-hatilah kita, ketika mendapatkan kebaikan dari Allah. Segera bersyukur!

Namun, dalam hal ujian yang berupa masalah-masalah, tampaknya kita merasakan adanya ketidakadilan Allah. Kita sering berfikir, Allah itu tidak sayang sama kita, dan membiarkan kita terjerembab dalam lubang masalah. Padahal, jika kita sadar akan besarnya nilai dari ujian masalah ini ketika kita mampu menghadapinya, kita tentu malah bersyukur ketika Allah memberikan masalah-masalah kehidupan.

Itulah mengapa ketika betapa sulitnya kita mengimplementasikan Rukun Iman yang ke 6 (enam), yaitu Iman Kepada Qadha dan Qadar. Sering kita merasa “tidak terima“ atas qadha dan qadar-Nya.

Sahabat,

Kembali ke permainan layang-layang di atas. Angin yang diperlukan untuk menaikkan dan menerbangkan layang-layang itu ibarat ujian (baik itu ujian masalah atau kebaikan) bagi kehidupan kita. Artinya, kita memerlukan ujian dari Allah untuk menaikkan diri, sehingga menempati level tertinggi di hadapan-Nya. Lihatlah perjalan para kekasih Allah (Rasul dan Nabi). Betapa dalam kehidupannya, mereka senantiasa dipenuhi dengan ujian-ujian. Dan semakin tinggi dan berat ujian itu, semakin membuat Allah mencintai mereka.

Ingin menjadi kekasih Allah ? Jadikan ujian sebagai sarana untuk mewujudkannya. Jadikan masalah sebagai angin untuk menaikkan layang-layang diri. Maka hidup SuksesBahagia dunia-akhirat, Insya Allah akan kita raih. Aamin ...


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

View Details

Jumat, 27 Juli 2012

Arti Kesetiaan ...


Kisah nyata yang bagus sekali untuk contoh kita semua yang saya dapat dari millis sebelah (kisah ini pernah ditayangkan di MetroTV). Semoga kita dapat mengambil pelajaran.

Ini cerita Nyata, beliau adalah Bapak Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yang sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dalam memajukan industri Reksadana di Indonesia. Apa yang diutarakan beliau adalah Sangat Benar sekali. Silahkan baca dan dihayati.
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit. Istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 (empat) orang anak.
Disinilah awal cobaan menerpa. Setelah istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 (dua) tahun. Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.


Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum.
Untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa saja yang dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 (empat) buah hati mereka. Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari, ke empat anak Pak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia yang merawat. Yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil !
Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata, “Pak, kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-kata, “Sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa ibu pun akan mengijinkannya, kapan Bapak menikmati masa tua Bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya. ”Anak-anakku,  jikalau perkawinan & hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah. Tapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian..”

Sejenak kerongkongannya tersekat. “Kalian yang selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit..”

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno, dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan mereka pun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno, “Kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa?”

Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita..” Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata,dan dia memberi saya 4 (empat) orang anak yang lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”

Sahabat,

Semoga kita bisa belajar dari Pak Suyatno, arti tentang cinta, hidup, dan perngabdian, serta memaknai arti hidup itu sendiri. Apa yang akan kita capai selain kebahagiaan dan ketenangan. Dan, kebahagiaan serta ketenangan itu bisa kita raih, disaat kita telah memberikan kebahagiaan dan ketenangan kepada orang lain.

Semoga bermanfaat.

Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho



View Details

Kamis, 26 Juli 2012

Ramadhan, Saatnya Optimalisasi Diri


“ … di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah … “

Kalimat di atas adalah cuplikan dari isi khutbah Rasulullah ketika menyambut bulan Ramadhan, dan hampir selalu disampaikan oleh ustadz-ustadz ketika ceramah tarawih atau kuliah subuh.

Namun kadang terjadi dis-orientasi ibadah karena terjebak dalam paradigma “tidurmu ibadah”. Sehingga kita menemukan, masjid-masjid di siang hari penuh oleh jamaah yang melaksanakan tidur siang. Bahkan, yang tidak terbiasa tidur siang pun dengan dalih ada pahala di dalam tidur, akhirnya menjadwalkan diri untuk tidur siang. Bisa jadi produktivitas umat Islam turun karena adanya dis-orientasi ibadah ini.

Padahal, tentu tidaklah demikian adanya yang dimaksudkan Rasulullah. Ketika beliau bersabda tidurmu ibadah yang artinya berpahala itu sebenarnya menunjukkan tingginya nilai dan kemuliaan yang Allah SWT berikan selama bulan Ramadhan. Aktivitas apa pun, dengan syarat iman dan ikhlas, selama bulan Ramadhan. akan menjadi investasi akhirat yang tak ternilai harganya.

Seharusnya, mindset kita diubah. Tidur saja berpahala, tentu jika kita aktif beraktivitas, misalkan bekerja dengan giat, enerjik, semangat, dan bergairah, akan memiliki nilai pahala yang jauh lebih besar.

Ingat ! Ramadhan adalah bulan optimalisasi diri. Optimalisasi atas potensi yang telah Allah limpahkan kepada kita. Ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah.

Optimalisasi ruhiyah adalah bagaimana kita membangun kesadaran keimanan dan menaikkannya ke tangga takwa. Shaum, sebagai ibadah utama di bulan Ramadhan, mengajarkan kita jika Allah itu ada dan selalu mengawasi kita. Lihat, keimanan telah menjadikan kita tidak berani makan satu suap pun di siang hari, walaupun sedang berada sendirian di rumah. Ini adalah bentuk optimalisasi ruhiyah yang nantinya harus tetap kita jaga di bulan luar Ramadhan.

Optimalisasi fikriyah adalah bagaimana kita mengendalikan pikiran untuk terhindar dari lintasan dan hal-hal yang negatif (lihat artikel sebelumnya disini). Tadarus Quran, pada dasarnya memiliki makna jika kita harus melakukan yang namanya penafsiran melalui tafakkur dan tadabbur, sehingga pikiran kita “tersibukkan” dengan mengingat-Nya dari pada yang dibenci-Nya. Tadarus Quran seharusnya pengkajian secara mendalam akan makna kandungan yang ada didalamnya. Inilah bentuk optimalisasi fikriyah. Jadi, tadarus tidak hanya sebatas “tilawah”.

Optimalisasi jasadiyah, ini sudah kita maklumi bersama. Shaum itu menyehatkan fisik. Dan, jauh akan lebih sehat lagi jika fisik atau jasad ini digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat. Bekerja adalah bagian dari optimalisasi jasadiyah. Tidak dengan alasan sedang shaum, lantas kita bermalas-malasan atau malah tidur seharian.

Sahabat,

Sekali lagi, Ramadhan adalah bulan OPTIMALISASI DIRI, bukan untuk bersantai-santai (tidur) meski itu bernilai ibadah. Karena, ketika kita mengoptimalkan diri dengan aktivitas-aktivitas positif, itu jauh lebih bernilai lebih dari pada sekedar tidur. Lihat dalam shirah, betapa banyak perang-perang Rasul dan sahabat melawan kaum kafir itu di bulan Ramadhan. So ...?


Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho





View Details

Selasa, 24 Juli 2012

Lebih Wangi Dari Minyak Kasturi

Benarkah bau mulut orang berpuasa lebih wangi dari minyak kasturi ?


Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda :”……bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih disukai oleh Allah daripada minyak kasturi….”
(HR. Ahmad)

Cuplikan hadist di atas saya dapatkan dari Ustadz-Ustadz yang biasa ceramah sebelum shalat Tarawih. Hm,,, benarkah ? Kok bisa ya di mata Allah bau mulut orang yang puasa lebih wangi ? Bagaimana jika dihadapan manusia ya ? Bau… ya tetap bau kalii ya….

Dan, bau mulutnya orang yang tidak puasa, bagaimana ya ….

Serentetan pertanyaan muncul seketika dalam benak saya. Saya mencoba menggali, apa kandungan pesan didalamnya. Karena, tidaklah serta merta Rasul bersabda jika tidak ada maknanya.

Sampailah akhirnya pada sebuah pemikiran (ini baru pemikiran saya ya, boleh dikritik atau disalahkan), bahwa emang wajar jika Allah lebih menyukai bau mulut orang yang berpuasa karena orang yang berpuasa biasanya,

  1. Lebih banyak diam (sedikit bicara).
  2. Dan disaat kita berdiam diri, disitulah Allah yang berbicara. Artinya bahwa,
  3. Kita akan menjadi manusia yang memiliki kecerdasan “mendengarkan” yang baik. Ingat, telinga kita ada dua, dan mulut cuma satu. Hal ini setidaknya melatih kita untuk menjadi pendengar yang baik. Sehingga,
  4. Kalaupun harus berkata, kata-kata yang terucap dari mulut kita penuh hikmah.Tentu kita tidak mau puasa kita rusak hanya gara-gara mengucapkan kata-kata yang kasar, kotor, sia-sia (seperti ghibah). Tentu kita tidak mau menjadi golongan yang disebutkan Rasul hanyalah mendapat pahala lapar dan haus dari puasanya. Yang biasanya seorang suami (misalkan) berkata kasar kepada istrinya, maka selama puasa dia akan mampu menahannya. Oleh karena itu,
  5. Mulutnya akan lebih banyak digunakan untuk berdzikir atau tilawah quran.Dengannya kita tidak hanya mendapatkan pahala lapar dan haus, tapi juga pahala berdzikir yang tentunya sudah dilipatgandakan oleh Allah SWT. Sehingga wajarlah bila,
  6. Mulut orang yang berpuasa (meskipun bau) itu lebih Allah sukai, karena hanya digunakan untuk berdzikir, tilawah quran, menyampaikan hikmah, jauh dari perkataan kasar, kotor, dan sia-sia.

Nah, untuk selanjutnya, agar mulut kita tetep disukai Allah, maka setelah Ramadhan ini kita harus tetap,

·         Memperbanyak diam. Berkata hanya untuk kebenaran, dakwah, dan hikmah.
·         Memperbanyak dzikir lisan dan tilawah.
·         Menjaga mulut dari perkataan kasar, kotor, dan sia-sia (contoh: ghibah)



Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia


View Details

Sabtu, 21 Juli 2012

Waspadai Ketika "HP" Kita Berdering


Sering dalam keseharian hidup di negeri yang penduduknya mayoritas non muslim, kita sibuk memilih memilah dan memikirkan apa-apa yang masuk kedalam mulut, yang mengalir melalui kerongkongan, dan yang singgah di perut, apakah itu barang haram atau halal.

Tak sadar 24 jam diri terjaga bertanya, waspada kalau ada barang haram yang masuk kedalam perut kita. Tiap aktivitas yang berhubungan dengan perut selalu kita jaga untuk selalu menghindari barang haram. Contohlah, dalam berbelanja, ketika di supermarket, berbagai bungkusan makanan yang mau dibeli disigi, ditelisik tiap tulisan yang tertera jangan-jangan ada E471nya (emulgator yang mengandung ekstrak daging babi) atau tulisan-tulisan aneh yang mengundang rasa curiga. Kapan perlu penjaga toko pun dipanggil, ditanya, ini artinya apa, itu maksudnya apa. Belum lagi kalau mau beli ayam sepotong, diri sibuk sana sini bertanya di mana toko Turki atau Maroko yang menjual daging halal, jarak jauh 40 menit pun dengan bersepeda tidak masalah, asal mendapatkan daging halal. Belumlah lagi jikalau ada undangan makan, baik resmi maupun tak resmi, langsung memilih makanan vegetarian. Itulah, mulut selalu kita jaga kehalalannya.

Tetapi tengoklah jiwa, selungilah mata hati dan pikiran, ternyata pintu-pintu haram yang sembunyi-sembunyi memasuki rumah diri kita sering lewat melalui pintu ini. Barang haram masuk tanpa kita sadari, tanpa pernah kita merasakan , kadang terjadi secara otomatis tanpa bisa disadari. Salah satu pintu itu namanya lidah. Pintu-pintu yang lain adalah mata, telinga, mulut, kaki, tangan, kemaluan, hati dan pikiran. Soal lidah, terjagakah lidah ini ketika berada asyik bercengkrama membicarakan orang.

Dari kesemua pintu ini, pintu yang sulit deteksi oleh orang lain yang tak tampak oleh mata ketika dimasuki benda asing adalah pintu HP (hati dan pikiran). Orang lain bisa mengingatkan ketika pintu mulut mau menelan barang haram. Orang lain bisa menegur saat pintu telinga asyik menguping pembicaraan yang haram. Pintu kaki dan tangan bisa dengan mudah dikenali mau kemana. Tetapi soal pintu HP hanyalah yang punya HP dan Allah SWT sang Maha Pembuatnya sajalah yang tahu kapan dia membuka dan menutup. Pernahkah kita bayangkan betapa dahsyatnya pintu HP ini jika terbuka, mengelana dan mengembara, tanpa dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Melalu pintu ini hal-hal yang dilarang oleh agama, yang diharamkan sering berseliweran tanpa disadari.

Bayangan itu bisa dimasuki tamu masa silam, tamu masa sekarang bahkan oleh tamu masa datang. Contoh sederhananya, pintu ini bisa terbuka ketika pintu mata dimasuki seorang wanita yang kebetulan lewat didepan hidung dengan bau parfum yang aduhai, dari pintu mata dengan mudah pintu HP bisa terbuka menganga, setelah daun pintunya bergoyang-goyang disenggol bayangan romantis yang tidak-tidak, sehingga tak sadar dia tiba-tiba sudah menerobos merasuki rumah tubuh dan jiwa.

Pintu mulut sering kita jaga dari kemasukan benda-benda haram, tetapi pintu HP sering kita sepelekan menguncinya rapat-rapat dari terjangan tamu-tamu haram yang tak diundang. Ponsel atau HP sering kita hidupkan jangan sampai kelamaan mati, takut kalau ada call yang masuk. Tapi pintu HP, mungkin kita tak selalu serius mengawasinya dari call yang tak diundang. Kadang-kadang ketika duduk di mesjid mendengar ceramah pun dia masih saja mau menerima call soal gossip yang tidak-tidak. Kalau sudah begini, konsistenkah diri kita untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang haram ?

Beruntunglah kita, bulan Ramadhan telah tiba, semoga kita dilatih untuk mengawasi pintu HP ini. Karena dari pintu ini lah jalan masuknya nafsu dan syahwat. Kalau pintu ini selalu kita rawat dan jaga dengan serius dan teliti, si tamu nafsu dan syahwat tak bisa lagi masuk semaunya. Lain halnya, jika pintu ini tidak kita urus, sehingga mor-mornya karatan, untuk menutup pun tak bisa, walhasil si tamu nafsu dan syahwat dengan leluasa masuk mengacak-acak rumah tubuh dan jiwa kita sampai kumuh, sehingga sukar untuk dibersihkan sebersih-bersihnya lagi.

Semoga kita sudah berani yakin, bahwa HP kita ini sudah bisa otomatis mereject call haram yang mengetuk dan sebaliknya selalu siap menerima call halal yang masuk. Amin.


Ahdar


Salam SuksesBahagia !!!

View Details

Jumat, 20 Juli 2012

Siapkan Diri Menyambuat Ramadhan


Pemerintah lewat Kementrian Agama akhirnya memutuskan bahwa tanggal 1 Ramadhan 1433 H sebagai awal ibadah shaum tahun ini jatuh di hari Sabtu, 21 Juli 2012. Tentu keputusan tersebut telah melalui proses yang panjang dan sistematis dengan penuh tanggung jawab. Adapun yang memutuskan tanggal 1 Ramadhan 1433 H jatuh di hari Jumat, 20 Juli 2012, tetap menjalankan ibadah shaum-nya.

Ah, perbedaan ini tidaklah perlu dibesar-besarkan. Yang terpenting adalah bagaimana kesiapan kita menjelang menikmati jamuan Allah yang sangat besar dan istimewa. Ya, bulan Ramadhan adalah bulan jamuan yang sangat istimewa. Mengapa? Karena, kualitas dan keberkahan bulan ini tidaklah berubah sejak jaman Rasulullah dan para sahabatnya. Artinya, setiap tahun bulan Ramadhan ini memiliki keistimewaan yang tidak pernah berkurang sedikitpun. Ketika Rasul bersabda (jaman dulu) jika ibadah sunnah di bulan Ramadhan itu sama nilainya dengan ibadah wajib, maka hal itu pun berlaku hingga sekarang.

Nah, yang menjadi permasalahannya adalah mengapa kualitas output atau hasil tarbiyah dan pembinaan Ramadhan jaman Rasul dan para sahabatnya itu lebih baik dari jaman kita sekarang? Tak lain dan tak bukan adalah kembali kepada individu umat Islam sekarang.

Rasul dan para sahabat, menjelang bulan Ramadhan sibuk dengan persiapan ruhiyah, maka kita jaman sekarang sibuk menentukan kapan awal puasa dan saling mengklaim jika pendapatnyalah yang paling benar. Yang menggunakan metode hisab mengatakan bukan jamannya lagi menggunakan rukyah, kan sudah modern. Yang menggunakan metode rukyah, inilah yang dicontohkan Rasul. Wuihhh, untung semalam tidak terjadi perdebatan itu di saat sidang isbat.

Oleh karena itu, sehari menjelang shaum, mari kembali kita fokuskan diri untuk mencapai target kualitas tertinggi sebagai manusia yang bertakwa. Membuat daftar agenda amalan harian sebagai misi untuk mencapai visi manusia yang bertakwa. Gunakan pengalaman tahun lalu sebagai acuan untuk pembuatan agenda tersebut. Naikkan bobotnya. Dan evaluasilah setiap harinya.

Hal-hal di atas jauh lebih bermakna jika dibadingkan pula dengan berpikir, kemana akan shalat tarawih berjamaah? Ikut yang 23 rakaat atau yang 11 rakaat? Hm, pikiran ini sudah saatnya kita hindari bahkan dibuang jika perlu. Sungguh, perdebatan mengenai jumlah rakaat tarawih tidak akan pernah berhenti jika umat tidak sadar dan para ulama tidak mencontohkan. Yang ada hanya semakin mengerucutnya perbedaan. Ingat, kunci ibadah shaum (dan amalan-amalannya termasuk qiyamussyiam) adalah IKHLAS.

Semoga, Ramadhan tahun ini, kita lebih tersadarkan untuk selalu mawas diri dan berusaha kuat mencapai visi utama ibadah shaum, yaitu manusia yang bertakwa. Rabbi, kuatkan kami. Aamiin ...


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho

View Details
 

Labels

Popular Posts