Sering kita mampu menjadikan setiap masalah dan ujian sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Baik dalam hal spiritual maupun non-spiritual. Dalam hal spiritual, masalah dan ujian mampu menjadikan kita pribadi yang penuh khusyu ketika berdoa dan beribadah kepada-Nya. Non-spiritual, masalah dan ujian hidup mengantarkan kita pada "pengalaman" yang berharga, menuju kesuksesan dalam hidup.
Namun, kadang kita menganggap kehidupan yang normal, tiada masalah, ketenangan, kesuksesan, keberlimpahan, kenikmatan, dan kemakmuran, adalah sesuatu yang "sudah semestinya ada". Sehingga membuat kita melupakan Tuhan, lupa untuk bersyukur, sehingga akhirnya terlena dan terjatuh dalam jebakan kenikmatan.
Hal ini disampaikan dengan sederhana melalui sebuah cerita oleh seorang sahabat, yang kemudian ia share di salah satu group BBM. Mari kita simak bersama cerita itu, semoga bermanfaat:
Alkisah. Seekor monyet sedang "nangkring" di pucuk pohon
kelapa. Dia tidak sadar sedang diintip oleh tiga angin besar, yaitu: Angin
Topan, Tornado dan Bahorok. Tiga angin itu rupanya sedang berdebat, siapa yang
bisa paling cepat menjatuhkan si monyet dari pohon kelapa.
Angin Topan bilang, “Dia cuma perlu waktu 45
detik.”
Angin Tornado tidak mau kalah, “30 detik,”
katanya.
Angin Bahorok senyum dan berkjata,”15 detik
juga jatuh tuh monyet.” Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju.
Angin TOPAN duluan,… dia tiup sekenceng-kencengnya,
“Wuuusss…” Merasa ada angin besar datang, si monyet langsung megang batang
pohon kelapa, Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat, tidak
jatuh-jatuh si monyet. Angin Topan pun menyerah.
Giliran Angin TORNADO. “Wuuusss… Wuuusss…” Dia
tiup sekencang-kencangnya. Tidak jatuh juga tuh monyet. Angin Tornado juga
menyerah.
Terakhir, Angin BAHOROK. Lebih kencang lagi
dia meniupnya. “Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… “ Si monyet malah semakin kencang
pegangannya.
Tidak jatuh-jatuh. Ketiga angin besar itu
akhirnya mengakui jika si monyet memang jagoan dan tangguh. Daya tahannya luar
biasa.
Tidak lama kemudian, datanglah angin
SEPOI-SEPOI. Dia berkata, mau mencoba menjatuhkan si monyet. Keinginannya ditertawakan
sama tiga angin lainnya. Yang besar saja tidak bisa, apalagi yang kecil. Begitu
kata pikiran angin-angin besar.
Tidak banyak berbicara atau menanggapi ketiga
angin besar itu, angin SEPOI-SEPOI langsung meniup ubun-ubun si monyet. “Psssss…”
Adem… Seger… Riyep-riyep matanya si monyet. Tidak
lama tertidurlah dia hingga terlepaslah pegangannya. Alhasil, jatuhlah si
monyet itu.
PESAN MORAL :
Boleh jadi ketika kita Diuji dengan
KESUSAHAN… Dicoba dengan PENDERITAAN… Didera MALAPETAKA… Kita kuat bahkan lebih
kuat dari sebelumnya…
Tapi jika kita diuji dengan KENIKMATAN…
KESENANGAN… KELIMPAHAN… Disinilah ”kejatuhan” itu terjadi. Jangan sampai kita terlena.
Tetaplah waspada, jangan terlena. Kuatkan mental
kesyukuran dalam jiwa, dan akhirnya kita menemukan kedamaian dalam hidup ini.
Salam,
Imam Nugroho
0 komentar:
Posting Komentar