Sabtu, 29 September 2012

Memberi itu Menerima

Tiga orang musafir melewati padang es yang luas. Satu diantara mereka, tampak kelelahan yang amat sangat. Wajahnya pucat pasi. Dia meminta ke dua temannya untuk berhenti beristirahat sejenak. Namun, satu orang menolaknya, dengan alasan, perjalanan masih jauh. Maka, musafir yang kelelahan itu, terus memaksakan diri untuk terus berjalan.

Tidak selang berapa lama, yang kelelahan pun jatuh tersungkur. Ia minta tolong. Namun, hanya satu orang yang merespon dan berempathi kepadanya. Sementara yang satunya lagi tetap terus berjalan.



Musafir yang berempathi pun menggendong yang jatuh pingsan. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, ia terus berjalan dengan menggendong temannya itu.

Setelah jauh berjalan, musafir yang menggendong temannya itu menemukan teman yang satunya lagi sudah tergeletak tak bernyawa. Tampaknya temannya itu kelelahan dan kedinginan yang amat sangat. Namun, berbeda dengan yang dirasakannya. Semakin jauh ia berjalan, semakin ia lebih bertenaga dan badan terasa hangat. Dan, temannya yang tadi pingsan, kini pulih dan bisa berjalan sendiri.

Memberi itu Menerima.

Musafir yang menggendong temannya, memang ia merasakan adanya beban berat. Namun, dengan menggendong temannya itu, ia merasakan adanya aliran suhu badan yang panas dari temannya, dan itu sangat bermanfaat dalam sebuah perjalanan di padang es yang amat sangat dingin. Sementara temannya yang egois dengan tidak memerdulikan yang jatuh pingsan, semakin jauh berjalan, ia semakin kelelahan dan dinginnya padang es telah membuatnya tak mampu untuk terus berjalan hingga ia terjatuh dan meninggal dunia.

Sahabat,

Jangan pernah memiliki paradigma yang keliru mengenai “memberi”. Memberi bukan berarti ada sesuatu yang berkurang pada diri kita. Justru, memberi itu pada dasarnya kita menerima dari apa yang kita berikan.

Memberi tidaklah harus berbentuk materi atau uang. Memberi itu bisa berupa senyuman indah. Memberi itu bisa berupa memaafkan, bisa berupa ilmu pemikiran, kebahagiaan, perhatian (empati), cinta, kasih sayang, dan lain sebagainya.

Memberi dalam keadaan lapang itu bagus. Dan memberi dalam keadaan sempit, itu jauh lebih bagus. Lihatlah firman Allah SWT:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

(Q.S. Ali Imran [3] : 133-134)

 

Semoga bermanfaat,

 

Salam SuksesBahagia !!!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts