Jumat, 13 Juli 2012

Surat dari Malaikat Izroil

Artikel ini pernah saya tulis dan dipublish di catatan facebook satu tahun yang lalu, menjelang beberapa hari memasuki bulan Ramadhan. Tidak salah kiranya saya memublikasikan kembali artikel ini, sebagai bahan renungan dan persiapan menjelang Ramadhan 1433 H. Semoga bermanfaat ...

INTERNAL MEMO

Dari            : Malaikat Izroil
Kepada      : Fulan bin Fulan
Tembusan : Allah SWT

Kepada
Yth. Fulan bin Fulan
Di mana saja sedang berada

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Diinformasikan kepada Saudara bahwa :
Tanggal     : 1 Syawal 1433
Jam           : 01.00

Adalah waktu dicabutnya nyawa Saudara.

Demikian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Salam Hormat
Malaikat Izrail


Bayangkan, jika internal memo dari Malaikat Izrail di atas dialamatkan kepada Anda. Berarti, Ramadhan yang tinggal 1 (satu) minggu lagi adalah Ramadan terakhir Anda. Lalu apa yang akan Anda lakukan ?

Saya percaya, Ramadhan tahun ini bukanlah Ramadhan pertama kali bagi kita (yang sudah berusia diatas batas minimal aqil baligh, yaitu bagi wanita min 9 th dan pria 15 th). Ini artinya, kita sudah melaksanakan ibadah shaum berkali-kali, bukan ? Namun cobalah untuk melakukan muhasabah dan evaluasi diri. Adakah peningkatan kualitas “kemanusiaan” kita dihadapan Allah SWT, yaitu kualitas iman dan takwa ?

Glekkk, saya-pun tersipu malu (entah dengan Anda). Jujur, saya belum bisa mencapai derajat manusia istimewa di hadapan Allah SWT. Mengapa ? Karena ternyata “amanah” ibadah shaum, sering saya khianati dengan masih melakukan maksiat yang akan mengikis habis nilai dari buah “amanah” tersebut.

Apa amanah itu ? Ya ! Amanah itu adalah amanah TAKWA. Takwa memiliki dimensi yang holistic dan menyeluruh. Takwa tidaklah sesempit yang kita bayangkan maknanya. Takwa adalah pakaian kehidupan, yang akan melindungi kita dari kedinginan dan kepanasan.

Kembali ke internal memo dari Malaikat Izrail di atas. Jika kita yang menerimanya, berarti kesempatan untuk pembuktian “keamanahan” kita dari ibadah shaum, berada mendekati garis finish. Tapi tenang, Allah SWT Maha Pengasih & Penyayang kepada ummat-Nya. Dia tidak akan “menolak” pembuktian kita. Untuk itu, mari kita gunakan kesempatan Ramadhan tahun ini sebagai ajang pembuktiannya.

Ya, bulan Ramadhan sesungguhnya adalah bulan pembuktian sekaligus pelatihan. Pembuktian kalau kita adalah hamba yang beriman, dan pelatihan untuk berperang selama 11 bulan berikutnya sampai bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Tapi, bukankah Ramadhan ini yang terakhir bagi kita jika kita penerima internal memo di atas ?

Aha ! Jika seperti itu adanya, berarti pembuktian yang harus kita lakukan di Ramadhan tahun ini. Kita optimalkan segenap potensi kita untuk meraih ridha dan maghfirah-Nya. Kita jadikan Ramadhan ini sebagai grand final amalan hasanah, dan kita-pun mendapat gelar sebagai pemenang, yaitu TAKWA. Bagaimana cara pembuktian “amanahnya” kita di Ramadhan ini ?

Layaknya ketika kita akan menghadapi grand final dalam sebuah kejuaraan, tentunya kita akan melakukan beberapa persiapan. Begitupun dengan grand final amal hasanah kita di Ramadhan tahun ini, kita harus melakukan beberapa persiapan. Sungguh persiapan-persiapan yang kita lakukan, adalah salah satu wujud kesiapan kita untuk pembuktian “amanahnya” kita di hadapan Allah SWT.

Persiapan apa saja yang hasur kita lakukan ? Disini, saya akan memaparkan lima hal yang harus kita lakukan, yaitu :

Pertama : Al-Hubb ( Kecintaan)
Hadirkan dalam diri ini kecintaan dalam menyambut Ramadhan. Kecintaan terhadap luasnya ladang amalan hasanah. Kecintaan dengan tingginya kegairahan menjalankan berbagai macam ibadah. Kecintaan dengan tersebarnya energy silaturrahmi dan ukhuwah. Sungguh, kecintaan yang kita miliki, akan memberikan dorongan yang lebih besar. Hal ini adalah manifestasi kebahagiaan setelah sekian lama kita melewati tahapan seleksi setiap bulannya.

Kedua : Persiapan Ruhiyah
Buat komitmen diri untuk menambah amalan ibadah, baik dari sisi kuantitas ataupun kualitas. Jika Ramadhan tahun lalu (misalkan) kita hanya menyelesaikan 3 kali khatam Al-Quran, buat target di tahun ini minimal 5 kali khatam. Jika Ramadhan yang lalu, kita masih belum bisa menjaga panca indera dari maksiat, maka sekarang kita berkomitmen untuk benar-benar menjaga panca indera kita. Komitmen ini berada di wilayah ruhiyah kita. Yuk, kita buat komitmen yang berkualitas, karena hal itu akan mendorong kita untuk menjadi yang diinginkan.

Ketiga : Persiapan Ilmu
Tidak mungkin sesorang yang akan grand final dalam sebuah perlombaan, tanpa menambah ilmu yang berkaitan erat dengan yang dilombakan. Tentu akan sia-sialah perjuangannya, jika ia melaju di babak grand final tanpa menambah kualitas ilmunya.

Ilmu itu akan membuat kita lebih percaya diri dan hati-hati. Lengkapi kesiapan pembuktian kita dengan kembali mempelajari ‘ulumushshiam, baca buku Fikh Puasa, dan hal-hal yang berkaitan erat dengan ibadah shaum. Namun ingat, hindari perdebatan khilafiyah atau perbedaan sudut pandang dalam membahas dan mempelajari ilmu-ilmu Ramadhan. Contoh: jumlah rakaat shalat tarawih. Hal ini hanyalah akan mendatangkan kemudharatan, saling membenci, menghindari, dan bukankah hal ini akan memecahkan tali silaturrahim kita ? Berapapun jumlah rakaat yang dilakukan, yang penting berdasakan ilmu !

Keempat : Pesiapan Fisik
Kesiapan fisik mutlak harus kita lakukan juga. Hal ini agar dalam puncak pertandingan amal ibadah selama Ramadhan, kita akan lebih optimal. Lihatlah, jika kita ingin meneladani Rasul dalam qiyamullail (shalat tarawih), kaki Rasul sampai bengkak-bengkak dikarenakan lamanya Rasul berdiri di dalam shalatnya. Lamanya berdiri sudah barang tentu harus didukung kekuatan kaki kita. Untuk itu, dari sekarang, latihlah kekuatan kaki kita dengan “menambah” kuantitas dan kualitas ibadah malam (qiyamullail). Selain itu, karena ibadah utama di bulan Ramadhan adalah shaum, maka, latihlah dari sekarang juga fisik kita (terutama perut) dengan menjalankan shaum-shaum sunnah. Bukankah dalam sirah juga tersebutkan bahwa Rasul memperbanyak shaum sunnah di bulan Rajab dan Sya’ban ?

Kelima : Persiapan Finansial
Terakhir, kita harus melakukan persiapan financial. Mengapa ? Agar kita lebih khusyu dalam beribadah. Tidak lagi memikirkan “uang” untuk bekal mudik (misalkan), atau membeli “baju” baru (ini kebiasaan kita). Bagaimana caranya ? Manage financial kita dari sekarang. Jika ingin membeli pakaian baru, belilah sekarang (bukan diakhir Ramadhan, ingat, hari-hari terakhir Ramadhan adalah hari-hari yang sangat istimewa). Untuk dapur, belanjalah di akhir sya’ban untuk bekal selama satu bulan. Dan yang terpenting, siapkan keuangan kita untuk “berinvestasi” selama Ramadhan. (sebaiknya, uang THR dikasih di awal Ramadhan ya,, hihihihi).

Itulah persiapan-persiapan yang harus kita lakukan untuk ajang pembuktian diri di puncak final amal ibadah, jika Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir kita. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kesempatan kepada kita. Amiiin….. !


Catatan : Internal Memo di atas hanyalah sebuah perumpamaan. Tidak mungkin Malaikat Izrail mengetahui kapan seseorang akan meninggal dunia. Wallahu’alam.



Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindseter SuksesBahagia


0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts