Kamis, 09 Agustus 2012

Andai Kata Lebih

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Nabi mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Nabi berkata, "tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?" Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal" "Apa yang di katakannya?" "saya tidak tahu, ya Nabi, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut.

Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong." "Bagaimana bunyinya?" desak Nabi. Istri yang setia itu menjawab, "suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru.... andaikata semuanya...." hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"

Nabi tersenyum. "sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya.

Kisahnya begini. Pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat Jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun.

Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.

Ucapan lainnya ya Nabi?" tanya sang istri mulai tertarik. Nabi menjawab, "adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya.

Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi". Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Nabi?" tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan, "ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan menghembuskan nafasnya, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda. Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain.

Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri. Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula."

(Al-Isra': 7)

Sahabat SuksesBahagia,

Tuhan telah berjanji bahwa, setiap kebaikan akan di balas dengan 700 kebaikan. Untuk itu janganlah kita menjadi manusia yang menyesal karena selama hidup sedikit sekali melakukan amal kebaikan. Dari sepenggal kisah di atas mengisayaratkan kepada kita bahwa, selagi hidup di dunia, marilah kita menjadi manusia yang selalu menebar kebaikan, bukan sebaliknya, menebar kejahatan, kejelekan, atau kemunkaran.

Selain itu adalah dalam melakukan kebaikan tersebut, kita harus totalitas dan memberikan yang terbaik dari yang kita punya. “I do My Best!” itulah slogan yang harus kita jadikan pedoman setiap hari dan dimanapun kita berada.

Ditempat kerja, katakanlah “I do My Best!” sehingga kita akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tidak perlu kita mencari-cari “pahala” atas apa yang akan kita kerjakan. Biarkan Tuhan yang akan membalasnya. Toh ketika kita telah memberikan yang terbaik untuk perusahaan, perusahaan-pun tidak akan “tutup mata”.

Sahabat SuksesBahagia,

Mulai saat ini, jadilah kita pribadi-pribadi yang memiliki semangat untuk memberi, memberi yang terbaik, memberi yang terbanyak. Biarkan Tuhan yang akan memberikan imbalan yang setimpal. Janganlah kita menjadi manusia yang ada karena ada pamrih. Lakukan dan lakukanlah yang terbaik, lalu perhatikan apa yang terjadi.

Salam SuksesBahagia ¡!!

Imam Nugroho

Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts