']]}
Waktu. Satu kata sederhana yang penuh dengan misteri. Waktu tidak dapat ditaklukkan manusia, kecuali hanya sekedar disiasati. Ya, kita tidak bisa “menghentikan“ waktu. Ia terus bergulir dan berjalan, menjauh sekaligus mendekati titik akhir kehidupan kita.“Tak terasa ya, sudah tahun baru Hijriyah lagi?“ kalimat ini terdengar ketika baru saja kita memasuki tahun baru Hijriyah (tahun qamariyah), sehari kemarin. Seakan ada ketidaksadaran diri. Akhirnya, implementasi dari “kekagetan“ itu, ada sebagian ummat muslim memperingati tahun baru Hijriyah, dengan berbagai-macam acara dan kegiatan. Ada yang menyelenggarakan pengajian (tabligh) akbar, pawai ta’aruf, dan lain-lain.
Hm, namun ada yang disayangkan dari peringatan itu. Makna dan hakikat dari pergantian tahun Hijriyah, yang berawal dari Hijrahnya Rasulullah dan para sahabat, kurang terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari ummat muslim. Padahal, justru implementasi makna dan hakikat dari Hijrahnya Rasulullah itulah yang lebih penting.
Banyak para penceramah “memaknai“ Hijrah dengan mengajak manusia untuk berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari maksiat kepada taat. Dan ini adalah pemaknaan secara lughot, dari kata Hijrah, yaitu berpindah.
Disini, saya akan memberikan makna Hijrah dari angel lain. Hijrah adalah perintah Alloh SWT kepada Rasul dan ummatnya, sebagai bentuk “SOLUSI“ atas permasalahan dakwah Rasul di kota Makkah yang tak kunjung reda dari perlawanan sengit kaum kafir Quraisy. Dan, setelah Hijrah, permasalah dakwah Rasul teratasi. Ya, Madinah memberikan aura yang positif sehingga mendukung dakwah Rasul, hingga akhirnya Islam, menjadi pemimpin dan rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).
Sahabat,
Dari Hijrah kita bisa mendapatkan pelajaran, bahwa Alloh SWT pasti akan memberikan solusi atas setiap permasalahan yang dihadapi manusia. Tidak mungkin masalah yang Alloh berikan, tidak disertai dengan solusinya.
Syarat untuk mendapatkan solusi dari setiap masalah adalah TAKWA, takwa yang sebenar-benarnya takwa (haqqa tuqatih). Alloh SWT telah berjanji dalam al-Quran:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.“
(Q.S. Ath-Thalaq [65] : 2)
Takwa di sini maknanya adalah bersatunya hati dan pikiran, bersandingnya kecerdasan intelektual dengan kesadaran spiritual, yaitu bagaimana kita cerdas dalam bergaul dengan sesama, berinteraksi atas nama kasih sayang, dan mempu menyelesaikan masalah dengan kesadaran bahwa tidak ada satu pun jalan keluar dari masalah itu, selain dari pertolongan (janji) Alloh SWT. Sehingga, manusia yang bertakwa akan mampu menyelesaikan setiap persoalan dan masalah hidupnya, setelah ia menyerahkannya kepada Sang Maha Pemberi Solusi.
Inilah yang tergambar dalam perjalan Rasul hingga adanya perintah Hijrah. Begitu beratnya tantangan dakwah di kota Makkah, tapi Rasul mampu mengatasinya, mampu membuat solusinya. Beliau berdakwah secara sirr (istilah sekarang, bergerilya). Semakin ditekan dan diserang kaum kafir, semakin Rasul menguatkan strategi bergerilyanya. Dan, sebenarnya jika di lihat secara lughot, Rasul selama di kota Makkah pun telah berhijrah.
Hijrah itu berpindah, berarti bergerak. Bergerak tidak hanya fisik, tetapi juga jiwa dan pikiran kita. Ketika Rasul bersabar dalam menerima tantangan dakwah di Makkah, itu artinya Rasul menggerakan jiwanya untuk bersabar. Hingga akhirnya tibalah adanya gerakan fisik secara besar-besaran (Hijrah ke Madinah).
Sahabat,
Jadi, satu hal yang harus kita yakini dan kita lakukan dalam setiap menghadapi masalah adalah: pasti ada solusi, dengan melakukan Hijrah terlebih dahulu. Hijrah disini lebih kepada Hijrahnya jiwa dan pikiran kita. Gerakan pikiran kita kepada arah yang positif, sehingga akan menemukan solusi yang sebenarnya telah bersanding dengan masalah itu sendiri. Gerakan jiwa kita dengan bersabar kepada-Nya. Gerakan pikiran kita untuk segera menemui-Nya dalam doa-doa. Dan inilah sebenar-benarnya TAKWA.
Semoga bermanfaat,
Salam SuksesBahagia !!!
Imam Nugroho
1 komentar: