Kamis, 25 Oktober 2012

Belajar Kepada Ibrahim

Andaikata Ismail kecil waktu itu menolak untuk “dikorbankan” oleh Ibrahim, tentu syariat ibadah haji tidak seperti sekarang ini, tidak ada prosesi pemotongan hewan kurban.

“Beh, masa sih babeh menyembelih ane anakmu yang diidam-idamkan? Cobalah bilang sama Allah, untuk diganti dengan yang lain.“

Ah, andaikan kalimat di atas yang Ismail ucapkan ketika Ibrahim menyampaikan isi mimpinya, selain tidak akan ada syariat “berkurban“, tentu Ibrahim juga murka. Tapi ternyata (selain sudah skenario dari Allah), Ismail menunjukkan ahlak yang luar biasa. Sebagaimana diabadikan dalam alquran:



Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

(Q.S. Ash-Shaffaat [37] : 102)

Luar biasa. Jawaban Ismail menunjukkan ahlak yang sangat mulia. Mangapa Ismail bisa memiliki ahlak yang sangat mulia dan terpuji? Tak lain adalah karena tarbiyah yang telah dilakukan Ibrahim dan istrinya Hajar.

Ya, tarbiyah keluarga (orang tua sebagai guru dan teladan) memegang peranan penting dalam pembentukan karakter anak. Ketika Nabi Muhammad bersabda dalam sebuah hadis tentang rentang waktu menuntut ilmu itu di mulai sejak lahir hingga ke liang lahat, maka seyogyanya orang tua telah memulainya sejak awal mereka menikah. Bagaimana orang tua menjadikan dirinya dan perilakunya adalah bagian dari tarbiyah itu sendiri. Ingat, kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri. Maka, ketika sebelum dikaruniai anak sepasang suami-istri melakukan amalan hasanah, kebaikan-kebaikan dalam ucapan dan tindakan, taat menjalankan syariat, teguh iman dan keyakinan, Insya Allah, ketika di karuniai anak, anaknya yang terlahir tidak akan jauh berbeda dari orang tuannya. Anaknya akan menjelma menjadi insan yang taat beragama, shalih dalam ucapan dan tindakan.

Sahabat,

Saya menghawatirkan, banyaknya generasi muda sekarang yang jauh dari ahlak karimah, itu karena kita secara tidak sengaja “menyiapkan“ mereka untuk seperti itu. Betapa banyak kemaksiatan dan kejahatan terjadi disekitar kita yang dilakukan oleh para generasi muda. Terakhir kita mendapatkan berita, seorang pemuda membunuh wanita kekasihnya dan ayahnya hanya karena dendam cintanya tidak direstui. Astaghfirullah. Dan masih banyak lagi cerita kejahatan yang terukir dari orang “muda-muda“.

Marilah ‘idul Adha atau ‘idul Qurban tahun ini kita jadikan instropeksi dan bahan renungan, sudahkah kita menyiapkan diri untuk menjadi Ibrahim masa kini? Yang akan melahirkan generasi Rabbani tangguh, yang menjunjung tinggi ahlak karimah. Yang akan meneruskan perjuangan kita menuju kejayaan ummat. Ummat yang terhindar dari fitnah Dajjal.

Hm, janganlah kita menjadi orang tua yang hanya menyibukkan diri menyiapkan materi untuk generasi setelah kita semata. Ya, hampir kebanyakan orang tua, dia akan disibukkan untuk menyiapkan warisan harta dan kekayaan. Ini tidak salah. Tapi jangan lupakan yang utama, yaitu warisan ahlak dan ketangguhan mereka untuk mengarungi kehidupannya kelak.

Selamat Hari Raya ‘Idul Adha. Ikuti contoh teladan Ibrahim dan Ismail sebagai keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Keluarga yang tersinari cinta dan karunia-Nya. Keluarga yang selalu dekat dengan-Nya.

Berdoalah kepada Allah, agar segera kita yang belum menunaikan ibadah Haji, bisa segera di panggil oleh-Nya untuk mendatangi rumah-Nya. Dan bagi yang berkurban, semoga hewan kurbannya menjadi saksi keikhlasan dalam beramal. Aamiinn...

Salam SuksesBahagia !!!

Imam Nugroho

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts