Senin, 22 Oktober 2012

Biarkan Jiwamu Menangis

Menangis hanya menunjukkan kelemahan. Sebanyak apa pun air mata yang keluar tidak akan menyelesaikan persoalan. Pernyataan tersebut tidak salah, tetapi tidak seratus persen benar. Mengapa? Sebab menangis merupakan sarana pelepasan energy emosi. Di lain sisi, tangis juga bisa menjadi boomerang. Bukannya selesai, masalah malah terlihat semakin runyam.



Meski tidak seluruhnya, menangis bisa disebabkan oleh emosi negative. Secara umum, emosi negative muncul bila tubuh, jiwa, dan keadaan lingkungan tidak dalam keselarasan. Banyak sekali penyebabnya, bisa karena merasa bersalah, tersakiti, kecewa, merasa dirinya dianiaya, tersisihkan, dan alasan lain. Kondisi yang tidak selaras bila dibiarkan akan menekan diri dan berujung pada kondisi stress.

Sebenarnya, tubuh memiliki system penyembuhan. System ini berfungsi memberikan pertahanan dalam kondisi negative dan mengembalikannya ke keadaan positif. Ketika menangis, otak melepaskan hormon endofrin yang bisa memberikan efek tenang dan rileks. Oleh sebab itu, menangislah! Tak usah ditahan.

Setelah cukup tenang, amati persoalan yang membuat Anda menangis. Jika merasa bersalah, amati perasaan bersalah Anda. Jika Anda marah pada seseorang, amati duduk persoalannya. Jangan dipikirkan, amati saja semua. Lakukan pengamatan sebagai orang ketiga dan dari berbagai sudut pandang. Lepaskan pikiran dari jebakan perspektif diri. Berperan sebagai orang ketiga, akan memudahkan Anda mengambil sikap bijak dalam menghadapi persoalan.

Menangislah, karena seorang Hitler pun pasti pernah menangis, paling tidak ketika ia bayi.

Salam,

Sumber: Rose Kusumaning R., “Secangkir Kopi Tanpa Kafein“

Imam Nugroho

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts