Selasa, 22 Mei 2012

Catatan Pulang Kampug (bagian 2, habis)


Melewati hari ke dua di tanah kelahiran, saya tercengan dengan kehidupan di-pedesa-an (kampung). Sebagaimana saya sebutkan di artikel sebelumnya, setelah shalat subuh berjamaah, warga langsung ke tempat bekerjanya. Ada yang ke sawah, ke lading, ke pasar, dan yang lainnya.

Tampak selalu keceriaan yang menghiasi wajah mereka. Tak ada sedikitpun kegundahan jiwa, wajah bermuram durja. Mereka bahagia!

Setiap berpapasan dengan yang lain, mereka saling menyapa, menebarkan salam keselamatan. Betapa indahnya suasana itu. Bahkan, saya yang sedang duduk santai di teras rumah, di sapa oleh orang yang berada sekitar 20 meter. “Mam, kapan pulang?” Begitulah biasanya yang mereka tanyakan. Senyum lebar selalu menghiasi wajah cerianya.

Hm, di kota besar, jangankan jarak 20 meter, saling bersenggolan-pun tak ada sapaan salam keselamatan. Bahkan tidak jarang menimbulkan pertengkaran-pertengkaran kecil, hanya karena kendaraannya terserempet kendaraan lain. Memang di kota berbeda jauh kehidupannya. Namun, bukankah warga kota juga berasal dari desa?

Dari desa-lah, saya punya hipotesa sederhana, jalan bahagia itu ada di desa. Ya, bahagia adalah jalan kehidupan, bukan tujuan. Disaat jalan ke-bahagia-an yang dilewati, disanalah keberkahan melimpah. Wajar jika, orang-orang desa jarang terkena penyakit keras, karena jiwanya tenang, jiwanya nyaman, di jalan ke-bahagia-an.

Sahabat,

Mari kita belajar dari kehidupan masyarakat desa yang penuh cinta kasih dan keselamatan. Rukun dan tenteram. Ceria dan bahagia. Dan hidup-pun semakin bermakna.



Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts