Senin, 21 Mei 2012

Catatan Pulang Kampung (bagian 1)


Pulang ke tanah kelahiran, desa Ciporos, Kecamatan Karang Pucung, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, merupakan pengalaman tersendiri bagi saya, terutama Zyra, anak pertama saya yang berumur dua bulan. Ya, meskipun baru berumur dua bulan, Zyra menunjukkan antusiasme yang positif. Alhamdulillah, selama perjalan menggunakan bus, Zyra tidak rewel, hanya sesekali menangis karena kehausan. Padahal, perjalanan sampai 8 jam.

Mengapa dikatakan pengalaman tersendiri? Bukankah pulang kampung itu sesuatu yang biasa? Memang, pulang kampung adalah hal yang biasa dilakukan bagi orang yang merantau ke kota. Namun bagi saya, ini adalah pengalaman berharga, saya sering mendapatkan pelajaran di saat berada di tanah kelahiran, di kampung halaman.

Aha, pelajaran? Ya, pelajaran. Saya mendapatkannya dari orang-orang kampung di desa. Ketika orang-orang di desa pagi-pagi pergi ke surau untuk berjamaah Subuh, saya mendapatkan pelajaran kalaulah hari-hari kita harus di awali dengan ibadah dan kebersamaan. Apalagi, selepas shalat subuh berjamaah, orang-orang biasanya langsung menyampaikan agendanya hari itu. Ada yang akan pergi ke pasar, ada yang ke sawah, ada yang kebun, dan lain sebagainya. Artinya adalah penting bagi kita untuk membuat agenda harian dan menyampaikannya kepada orang-orang tertentu. Tujuannya? Adalah untuk saling memberikan motivasi dan masukan-masukan. Misalkan, percakapan yang saya dapatkan pagi itu,

“Hari ini masih ke sawah?” sapa seorang ibu kepada temannya.

“Iya, masih ada garapan yang harus diselesaikan sekarang.” Jawab ibu tersebut.

“Biar cepet ajak bu Nok saja, dia suka bantu-bantu tuh. Terus rajin kerjanya. Lumayan kan,“

“Wah, bener juga ya...“

Nah, percakapan tersebut memiliki muatan solusi atas permasalahan orang lain. Wuihh, indahnya kebersamaan kehidupan di desa. Selain itu, kepedulian yang diberikan terhadap orang lain, akan memberikan kerukunan dan ikatan emosional yang positif dalam kehidupan bermasyarakat. Bagaimana dengan di kota?

Terus, sebagaimana saya sebutkan di atas, kita perlu merumuskan agenda harian. Sehingga hidup terasa lebih bermakna. Ada disekian banyak orang, membiarkan hari-hari yang dilewatinya tanpa sesuatu yang bermakna. “Ah, yang penting bisa makan hari ini.“ Begitu kira-kira yang ada dalam benaknya. “Pokonya hari ini ke kantor seperti biasa, entah mau ngerjain apa, bagaimana nanti saja.“ Pikir orang-orang yang sehari-harinya melakukan rutinitas pergi ke kantor.

Salahkah mereka yang menjadikan hidupnya sebagai sebuah rutinitas harian belaka? Tidak juga, hanya, mereka adalah tipe manusia yang tidak akan sukses dalam hidupnya. Lho kok? Ya, karena mereka tidak punya target pencapaian yang terukur. Mereka terjebak dalam rutinitas kesehariannya.

Sahabat,

Masih banyak pelajaran lain yang saya dapatkan selama saya pulang ke tanah kelahiran. Kita lanjutkan di artikel selanjutnya ya ...


Salam SuksesBahagia!!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts