Selasa, 01 Mei 2012

May Day : Peringatan Optimalisasi Diri


Anda pernah main catur? Ya, dalam permainan catur, ada pion, ada kuda, ada benteng, ada mantri, dan yang pasti ada raja. Nah, untuk memenangkan permainan catur, biasanya yang dijadikan umpan terlebih dahulu adalah pionnya, ya kan? Jarang atau bisa dikatakan tidak pernah, yang dijadikan umpan itu benteng atau mantrinya. Namun demikian, ada juga pion yang pada akhirnya bisa berubah menjadi kuda, benteng, dan mantri, yaitu pion yang terus melaju hingga ke pertahanan lawan.

Dalam sebuah perusahaan-pun, sebenarnya ada kemiripan dengan permainan catur. Karyawan biasa diidentikan dengan pion. Karyawan yang punya jabatan tertentu (bisa supervisor, manajer, senior manajer) diidentikkan dengan kuda, mantri, atau benteng. Dan owner atau presdirnya diidentikan dengan raja.

Nah, ada kalanya sebuah perusahaan mengalami masa “paceklik“ sehingga akan melakukan yang namanya efisiensi anggaran dengan mem-PHK karyawannya. Pertanyaan saya, siapa yang akan di PHK pertama kali? Karyawan biasa, para supervisor, atau manajer, atau mungkin prosdir nya? Semua jawaban pasti rata-ratanya adalah karyawan biasalah yang akan dijadikan “umpan“ penyelematan perusahaan, dengan di PHK. Baru kemudian jika perlu para supervisor, manajer, atau senior manajer yang ada di perusahaan itu.

Namun ada juga karyawan biasa yang tetap dipertahankan. Yaitu mereka yang memiliki skill, knowledge, dan attitude yang baik selama bekerja, merekalah karyawan yang berkualitas dan berpotensi. Merekalah “the Star“ di perusahaannya, yang pada gilirannya akan menududuki puncak manajemen di perusahaannya.

Sahabat,

Dari cerminan di atas, May Day, yang katanya adalah hari buruh sedunia, seyogyanya diisi dengan tuntutan kepada mereka yang hanya mau menjadi karyawan biasa-biasa saja. Agar menjadi luar biasa, dengan optimalisasi potensi dan kualitas diri.

Tuntutan yang selama ini disuarakan, tidaklah sesuatu yang mendasar. Mengapa? Karena tuntutan itu hanya sebuah bentuk “penghambaan diri“ terhadap gaji dan pendapatan atas pekerjaan yang dilakukan. Sebagai contoh, kenaikan gaji. Apakah ketika gaji naik potensi dan kualitas mereka juga “naik“ ? Yang saya perhatikan, kenaikan gaji yang mereka dapatkan, hanya menjadikan mereka semakin konsumtif belaka. Bukan berarti saya tidak sependapat dengan adanya isu kenaikan upah batas minimum. Sebagai bangsa yang besar, tentu perlu ada keseimbangan pendapatan. Namun janganlah perjuangan yang dilakukan hanya berakhir dengan sesuatu yang kurang tepat atau bahkan menghadirkan masalah baru.

Maka sahabat saya yang SuksesBahagia,

Cobalah untuk menuntut ke dalam. Sudahkah potensi diri dioptimalkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas? Sungguh, Tuhan telah begitu sempurnanya membekali hidup dan kehidupan kita dengan segala potensi yang ada. Baik yang ada di dalam diri atau yang ada di luar.

Potensi yang ada di dalam diri misalnya: kecerdasan intelektual, kecerdasan fisik, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Jadikanlah kecerdasan itu untuk menunjang keberhasilan optimalisasi diri.

Potensi yang ada di luar diri misalnya: waktu. Apakah waktu kita digunakan dengan optimal sehingga tercermin dalam budaya kerja tuntas? Ataukah waktu-waktu kita di tempat kerja hanya kita gunakan untuk sesuatu yang kurang penting?

Sahabat,

Mari kita renungkan bersama. May Day adalah sebuah peringatan untuk kebangkitan buruh, karyawan, dan kita semua. Kebangkitan dari manusia biasa-biasa saja (pion) menjadi manusia yang luar biasa (benteng, kuda, mantra, atau raja).



Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts