Sabtu, 28 April 2012

Membangun Keluarga Yang TANGGUH !!!


Jumat kemarin, 27 April 2012, saya memberikan khutbah di Masjid Marlina Bukhari Universitas Nasional PASIM. Tema yang saya sampaikan adalah mengenai keluarga. Mengapa tema ini saya pilih? Pertama, tanggal 17 April 2012 kemarin, usia pernikahan saya genap satu tahun. Sehingga dengannya, saya teringatkan kembali untuk membangun keluarga yang tangguh dengan berdasar kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Kedua, tampaknya perlu adanya sebuah evaluasi pada diri kita (khususnya jamaah shalat jum’at) mengenai perjalanan panjang sebuah ikatan rumah tangga (keluarga). Apa yang telah diraih dari ikatan yang suci ini. Ketiga, memberikan paradigm baru kepada yang belum menikah, untuk memutuskan, keluarga seperti apa yang kelak akan di bangun.

Adapun pembahasannya adalah mengenai tipe-tipe keluarga yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Bahwa dalam sebuah penelitian, terdapat enam tipe keluarga di masyarakat kita. Tipe-tipe keluarga ini, sekali lagi pada dasarnya adalah sebuah instropeksi dan melihat “ke dalam”. Baiklah, kita jabarkan satu per satu tipe-tipe keluarga itu.

Pertama, tipe keluarga hotel.Anda tahu hotel? Hotel adalah tempat sementara (transit) dan bukan tempat tinggal permanen. Kalau ada sebuah keluarga di mana sang suami (misalkan) pulang ke rumah hanya untuk tidur, makan, buang air, maka sebenarnya tipe keluarga ini bisa di sebut sebagai keluarga dengan tipe hotel. Slogannya adalah 3Ur: kasur, dapur, sumur. Atau 3K: kamar tidur, kamar mandi, kamar makan. Aha, apakah keluarga Anda bertipe hotel selama ini? Ayo, bertanyalah kepada diri sendiri, kemudian jawab dengan jujur.

Kedua, tipe keluarga rumah sakit.Dalam sebuah rumah sakit, biasanya terdapat pasien dan dokter. Pasien berkata kepada dokter, “Dok, saya sudah mencari kemana-mana seorang dokter yang dapat mengobati penyakit saya ini, dan setelah bertemu dengan dokter, ternyata dokterlah yang mampu mengobatinya.” Dengan arogannya sang dokter berkata, “Beruntung Anda bertemu saya, kalau tidak tentu Anda masih sakit.” Eh, si pasien balik jawab, “Justru kalau tidak ada saya, dokter tidak akan mendapatkan penghasilan!”

Apa maksudnya?  Model keluarga tipe rumah sakit adalah tipe keluarga yang didasarkan kepada politik balas jasa. Misalkan istri berkata, “Pah, papah jangan gitu ya, kalau saja papah tidak nikah dengan mamah, mana mungkin bisa masuk perusahaan bonafit seperti sekarang. Orang tua mamah kan yang membela papah untuk bisa masuk di perusahaan bonafit ini!” Suami balas berkata, “Lah, mamah kok juga gitu, tau ga mah, kalau tidak nikah dengan papah, mamah belum laku sampai sekarang!” Wow, sangat ironis bukan? Semoga Anda tidak menjadikan keluarga seperti rumah sakit, ada politik balas jasa.

Ketiga, tipe keluarga pasar.Di pasar ada penjual dan ada pembeli. Si penjual ingin menjual barang dagangannya setinggi mungkin, dan si pembeli ingin membeli dengan harga yang serendah-rendahnya. Si pembeli berkata, “Pokoknya, kalau harganya tidak turun, saya tidak jadi membeli!” Si penjual juga berkata, “Pokoknya harganya sekian, titik!” Keduanya menggunakan kata pokok. Saling mempertahankan egonya.

Keluarga, yang suami atau istrinya sering mengucapkan kata “pokoknya” maka akan sulit adanya sebuah kesepakatan bersama dalam rumah tangga. Si suami berkata, “Pokoknya, setelah menikah dengan papah, mamah tidak boleh bekerja, tidak boleh keluar rumah, tidak boleh ini-itu. Mamah pokoknya hanya menjadi ibu rumah tangga!” Si istri balik menyanggah, “Eh, pokoknya mamah gag mau seperti itu, mamah mau berkarir, mamah mau bekerja!” Waduh, jika keluarga Anda pernah terhiasi dengan kata “pokonya” maka, hindarilah jauh-jauh.

Keempat, tipe keluarga kuburan (grave). Ih, seremm,, ya memang. Kuburan menggambarkan kesepian yang membisu. Tidak ada kata-kata, tidak ada suara, selain ketegangan dan ketakutan yang melanda. Begitulah kira-kira keluarga yang tidak ada komunikasi di dalamnya. Tidak ada tegur sapa. Mungkin karena masing-masing sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri. Sehingga wajarlah jika, anak-anak mereka mengalami kesulitan berbicara. Karena tidak ada teladan atau suasana yang membuat anak mampu menguasai pembicaraan dan komunikasi.

Kelima, tipe keluarga sekolahan. Inilah tipe keluarga yang disarankan. Di dalamnya menganut konsep 3A: saling asah, saling asih, dan saling asuh.Saling asah, artinya saling mengasah pikiran sehingga akan tercipta wawasan yang luas. Suami melakukan sharing knowledge, istri juga demikian. Sehingga keluarga yang terbangun penuh dengan cahaya ilmu. Dampaknya, anak-anak mereka akan tercipta sebagai anak yang cerdas intelektualnya. Saling asih adalah saling mengasihi, dan ini adalah kunci untuk kelanggengan sebuah keluarga. Dan terakhir adalah saling asuh, artinya saling memberikan asuhan, penjagaan, saling menasehati.

Dan keenam, adalah tipe keluarga masjid. Inilah yang utama. Keluarga tipe masjid adalah keluarga yang berisi ketulusan yang sempurna, dan kesucian yang terjaga. Ketika kita akan ke masjid untuk melakukan shalat, tentu kita harus berwudhu dulu. Wudhu adalah lambang kesucian dan keikhlasan hati untuk beribadah. Begitulah keluarga yang tulus dan suci, mereka ikhlas dalam berumah tangga.

Tipe keluarga masjid juga menjunjung tinggi loyalitas dan totalitas. Keluarga sakinah adalah loyalitas. Suami atau istri menghindarkan diri dari godaan untuk berbuat selingkuh. Keluarga sakinah adalah bentuk totalitas curahan kasih dan sayang yang hakiki dengan landasan syar’i.

Keluarga bertipe masjid, memenuhi rumahnya dengan keselamatan, ketenangan, dan kedamaian, sebagaimana ucapan salam (assalamu’alaikum) yang mengakhiri ibadah shalat.

Sahabat,

Tentu saya berharap, kita terjauhkan dari tipe keluarga hotel, rumah sakit, pasar, dan kuburan. Dan kita meng-komitmen-kan diri untuk membangun keluarga bertipe sekolahan dan masjid. Sungguh, asmara (as-sakinah, mawadah, warahmah) tidak datang tiba-tiba, ia perlu diperjuangkan, ia perlu tindakan yang nyata, no only theory but real action.

Semoga Allah SWT, memberikan kekuatan kepada kita, untuk mendirikan keluarga yang tangguh, yaitu keluarga yang sarat dengan asah, asih, asuh, ketulusan, keikhlasan, loyalitas, dan totalitas. Amiin …

Bagaimana dengan Anda?



Salam SuksesBahagia !!!



Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia


0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts