Kamis, 12 April 2012

Hidup Sukses-Bahagia

Di setiap kelas training, saya selalu bertanya kepada para peserta, apa yang diinginkan dari kehidupan ini. Dan hampir semua menjawab, “Ingin sukses dan bahagia !” Lalu saya melanjutkan, apa indikasi kebahagiaan yang didapatkan? Sejenak, mereka diam berpikir, dan saya menebak, mereka sulit mendeskripsikan parameter kebahagiaan yang mereka dapatkan. Karena ketika mereka menjawab kebahagiaan itu dapat dirasakan ketika memiliki banyak uang, saya bertanya lagi, berapa banyak ? Satu juta, satu miliar, satu triliun, dan seterusnya, mereka geleng-geleng kepala. Ketika mereka mengatakan bahagia ketika memiliki pasangan hidup yang cantik atau ganteng, saya bertanya, bahagiakah Anda ketika pasangan Anda tersebut ada yang “mengganggu” ? Lagi-lagi mereka terdiam dan geleng-geleng kepala, berarti, mereka tidak mendapatkan kebahagiaan, mereka was-was dan takut. 

Lalu apa indikasi kebahagiaan dan dimanakah kebahagiaan itu ?

Harta kekayaan, pangkat (tahta), dan wanita (pasangan hidup) ternyata tidak dapat dijadikan sebagai indikator kebahagiaan seseorang. Akan ada selalu perasaan yang mengganjal, perasaan was-was atau takut, dan hidup-pun tidak tenang, tidak tenteram, tidak bahagia.

Ada seorang general manajer disebuah perusahaan, dalam satu bulan dia mendapatkan penghasilan lebih dari 20 juta. Namun hingga menginjak usia 65 tahun, dia belum juga menunaikan salah satu perintah Allah, yaitu menunaikan ibadah haji. Padahal secara perhitungan matematika, penghasilan satu bulannya itu, bisa saja mengantarkan diri dan keluarganya setiap tahun untuk beribadah haji ke Baitullah. Ketika ditanya mengapa belum juga menunaikan ibadah haji, dia menjawab,


“Bagaimana mungkin saya bisa naik haji. Pendapatan saya tidak cukup untuk menghidupi keluarga dalam satu bulan. Rekening listrik mencapai 2,5 juta-an, telephon 2,2 juta, untuk makan mencapai 5 juta, belum lagi biaya istri ke salon, anak-anak sekolah. Wah pokoknya tidak cukup untuk biaya naik haji saya. Saya juga pusing mengatur keuangan keluarga neeh. Selain itu, saya tidak punya waktu untuk pergi naik haji.”

Bahagiakah dia ? Tidak. Dia tidak merasakan kebahagiaan. Dia selalu merasa kekurangan. Bahkah untuk kebutuhan spiritual ibadah haji, yang padahal dengan ibadah tersebut, manusia akan menemukan jati dirinya dengan segala kesadaran tingkat tinggi dan merasa dekat dengan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, dia tidak bisa mengalokasikannya.

Lalu ada seorang Guru PNS yang gaji sebulannya hanya mencapai 2 juta. Diusianya yang 65 tahun, dia sudah menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Anak sulungnya sedang menyelesaikan desertasi pada Program Magister Manajemen. Anak kedua baru saja menyelesaikan program strata satunya, dan yang bungsu baru masuk di perguruan tinggi ternama. Ketika ditanya, ko bisa dengan pendapatan yang pas-pasan mampu menunaikan ibadah haji dan menyekolahkan anak-anak hingga ke jenjang tinggi? Dia menjawab:

“Saya punya visi hidup untuk hidup sukses dan bahagia. Visi hidup saya ini selalu saya pegang teguh pada saat dan kondisi apapun. Hidup saya sukses, ketika mampu menjadi hamba Tuhan yang taat dengan menjalankan apa yang disariatkannya, seperti ibadah haji sebagai rukun yang kelima dari agama yang saya anut. Saya bahagia ketika mampu membahagiakan orang yang dicintai seperti istri dan anak-anak. Sehingga sebisa mungkin saya membimbing anak-anak saya untuk menjadi manusia tangguh dengan memfasilitasinya untuk mengenyam pendidikan di jenjang yang lebih tin ggi. Adapun penghasilan yang sepertinya tidak cukup untuk menafkahi keluarga apalagi sampai menunaikan ibadah haji, saya jadikan penghasilan tersebut sebagai sarana untuk mendulang rizki lebih banyak lagi. 

Maksudnya adalah saya selalu menginfakkan 10% dari penghasilan saya. Saya yakin Tuhan akan membalasnya sebanyak 700 kali lipat. Memang tidak dalam bentuk uang langsung, tapi coba lihat, anak sulung saya mampu menyelesaikan S2 nya karena dia  mendapatkan beasiswa prestasi. Begitu juga yang kedua dan ketiga, mereka mendapatkan beasiswa, baik dari pemerintah atau daru perusahaan sponsor. Ini artinya, prestasi yang diperoleh anak-anak saya adalah wujud dari pahala 700 kali lipat yang Tuhan anugerahkan kepada saya. “

“Sementara untuk menunaikan ibadah haji, saya sudah menyiapkan segala sesuatunya sejak menikah dengan selalu menabung minimal satu bulan 10 ribu. Dan tahun kemarin, uang tabungan saya terkumpul cukup untuk biaya akomodasi dan segala keperluan selama barada di Kota Makkah.”

Apakah dia bahagia? Bahagia! sebagaimana telah disebutkannya, bahwa ketika dia mampu mengantarkan anak-anaknya mengenyam pendidikan tinggi, itulah kebahagiaannya. Disamping itu, dia juga mengatakan dirinya sukses, sukses sebagai hamba Tuhan yang taat.

Dari kisah dua orang di atas, ternyata sukses dan bahagia berada di dalam hati. Maka tidak salah ketika ada sebuah ungkapan doa,”Ya Allah, jadikanlah dunia dalam genggaman tanganku, tapi jangan Kau masukkan ke dalam hatiku.” Karena ketika dunia masuk ke dalam hati, akan sulit merasakan kesuksesan dan kebahagiaan. Tidak akan pernah merasa puas. Selalu merasa kurang dan kurang. Rasul bersabda, “Ketika manusia mendapatkan dua lembah emas, maka dia akan berharap untuk mendapatkan lembah emas yang ke tiga.” Berbeda ketika dunia berhenti sampai di dalam genggaman tangan, hati akan tersucikan. Dan munculah benih kesyukuran dan kesabaran, sampai pada akhirnya, hati akan merasa tenteram dan hidup-pun akan terasa lebih sukses.

Kesadaran akan pentingnya hati yang dipenuhi oleh kesyukuran dan kesabaran perlu dimiliki oleh kita yang menginginkan hidup SuksesBahagia dunia dan akhirat, karena memang tujuan kita hidup di dunia adalah untuk mendapatkan kebahagiaan.

Syukur, merupakan ungkapan terima kasih kepada Tuhan. Insan yang bersyukur menyatakan diri mereka merasakan tingginya perasaan positif, kepuasan hidup, semangat hidup, dan pengharapan baik di masa depan. Mereka juga mengalami kemurungan dan tekanan batin dengan kadar rendah.

Pribadi-pribadi yang bersyukur juga memiliki sifat materialistis yang rendah. Mereka tidak begitu menaruh perhatian penting pada hal-hal yang bersifat materi. Mereka cenderung tidak menilai keberhasilan atau keberuntungan diri mereka sendiri dan orang lain dari jumlah harta benda yang mereka kumpulkan.

Yang jelas, insan yang pandai bersyukur akan mendapatkan tambahan nikmat dari Tuhan serta jauh dari azab dan murka-Nya, inilah kemudian saya mengatakan bahwa mereka adalah insan yang SUKSES. Hal ini diungkapkan dalam Al-Quran sebagai berikut :

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Al Quran, Ibrahim, 14:7).

Sementara sifat kesyukuran mengantarkan kita kepada kesuksesan, maka sifat sabar akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan.

Ada banyak definisi mengenai sabar. Dari bebrapa referensi yang saya dapatkan, sedikitnya ada tujuh definisi mengenai sabar, yaitu sebagai berikut:

  1. Sabar adalah menunda respons, tidak langsung nyambar. Ini juga kunci dari kecerdasan emosi. Stimulus yang masuk ke thalamus untuk masuk neokortex butuh waktu sekitar 6 detik. Kalau belum 6 detik akan dibajak oleh amikdala (pusat emosi di otak )
  2. Sabar adalah menyatukan badan dan pikiran di satu tempat.
  3. Sabar yaitu kata kerja aktif bukan pasif. Sabar sangat cocok dalam dunia bisnis, sabar itu aktif bukan berdiam diri dan dilakukan sampai berhasil. Ketika ada stimulus, jangan langsung dikasih respons kita pause dulu terutama pada stimulus yang berbahaya, yang menyebabkan kita marah. Rumusnya adalah SPP : STOP, PIKIR, PILIH.
  4. Sabar adalah menyesuaikan tempo kita dengan tempo orang lain.
  5. Sabar adalah menikmati prosesnya tanpa terganggu hasil akhir. Orang yang sabar adalah orang yang menjalani prosesnya. Yang lebih nikmat dalam hidup ini adalah prosesnya bukan hasilnya. Jangan terpaku pada hasil, karena hasil itu di luar kita, itu adalah urusan Tuhan. Sabar jangan hanya saat susah tapi saat senang juga. Orang sabar pasti kaya, minimal kaya bathin.
  6. Sabar adalah hidup selaras dengan hukum alam, bisa jalan sesuai dengan tarian alam semesta, ritme alam semesta. Kalau kita grusa - grusu yang harus dilakukan adalah DUDUK MEDITASI (selama kurang lebih 10 menit ) fokuskan pada nafas kita.
  7. Sabar yakni melakukan SATU HAL DI SATU WAKTU.
Dari tujuh pengertian di atas, pengertian sabar yang maknanya menunjukkan sebuah kebahagiaan adalah pengertian yang ke-lima, bahwa sabar dalam menikmati setiap proses kehidupan. Sebab, ketika kita tidak mampu menikmati proses perjalanan kehidupan ini, kebahagiaan akan sulit didapatkan.

Insan yang mampu menikmati proses kehidupan adalah insan yang mengimani ke-Mahaan Allah SWT. Dengan sifat ini, dia akan semakin dekat dengan Tuhannya, dan hasil dari kedekatannya itu, Tuhan akan memberikan ketenangan hati. Ketenangan hati inilah yang kemudian akan mendatangkan rasa kebahagiaan, karena kegelisahan sirna dari hidup dan kehidupannya.


Salam SuksesBahagia !!! 


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts