Rabu, 02 Mei 2012

Pendidikan Diri, Itu Yang Utama


Hari ini, tanggal 2 Mei, diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Sebagaimana kita ketahui, tanggal 2 Mei adalah tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar menyampaikan trilogi pendidikan, yaitu: Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karasa, dan Tut Wuri Handayani. Namun dalam perjalanannya, hingga saat ini trilogi tersebut hanya sebuah pajangan sejarah belaka.

Lebih parahnya lagi, saya pernah membaca sebuah artikel di Eramuslim, trilogi tersebut ternyata tidak jelas landasan pijakannya dan dalam konteks apa. Maka sepertinya kini saatnya kita melakukan re-mindset pendidikan.

Sahabat,

Tarbiyah bukan segala-galanya, namun segala-galanya memerlukan tarbiyah.Kalimat ini sangat terkenal dikalangan aktivis pergerakan tarbiyah. Ya, tarbiyah dalam konsep sederhananya bermakna pendidikan. Sehingga, pendidikan bukan segala-galanya, namun segala-galanya memerlukan pendidikan. Pertanyaannya, dari mana pendidikan itu dimulai dan tentang apa?

Pendidikan seyogyanya di mulai dari rumah tangga (keluarga). Sehingga kita harus membangun sebuah keluarga yang tangguh. Keluarga yang terang karena ada cahaya ilmu. Keluarga dengan gaya sekolah dan masjid.

Maka sebagai orang tua, adalah berkewajiban mutlak untuk menjadikan anak-anaknya haus akan ilmu dan juga indah dengan hiasan ahlak. Betapa Islam telah memberikan jalan yang jelas, baik lewat firman-Nya atau tauladan nabi-Nya. Perhatikanlah masa-masa pertumbuh kembangan anak. Disanalah kita akan mendapatkan usia emas seorang anak. Tanamkan nilai-nilai, tanamkan ahlak, tanamkan rasa haus akan ilmu dan belajar.

Istri saya, telah mengajak anak saya (Zyra yang baru berusia dua bulan) berbicara. Setiap dia bangun pagi, istri saya langsung berkata, “Assalamu’alaikum Zyra, hari baru  untuk kamu nak, ayo semangat!” dan hal ini hamper ia lakukan setiap pagi. Mungkin terdengar aneh. Tapi ternyata, ketika istri saya dengan kasih sayangnya “mendidik” lewat “bicara”, anak saya yang baru dua bulan sudah aktif merespon orang lain dengan ocehan yang lucu dan menggemaskan. Padahal kata dokter, baru di usia empat bulan bayi bisa merespon dengan aktif dunia luar disekitarnya.

Itu adalah contoh. Langkah pertama pendidikan di keluarga. Untuk selanjutnya orang tua harus konsisten mendampingi masa perkembangan anak.

Adapaun yang utama dan pertama ditanamkan dalam konsep pendidikan adalah tentang ahlak. Ya, ahlak. Sebagaimana Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan ahlak. Ahlak dalam hal apa? Ahlak kepada Tuhan (tauhid), ahlak kepada Rasul, ahlak kepada diri sendiri, dan ahlak kepada orang lain (termasuk didalamnya orang tua), serta ahlak kepada alam sekitar.

Sahabat,

Bagi yang belum bekeluarga, maka pendidikan kepada anak dimulai dengan “cara” Anda ketika hendak membangun keluarga itu sendiri. Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Ketika Anda asal-asalan ketika memilih calon pasangan, maka anak yang terlahirpun “asal-asalan” jadi. Maka carilah pasangan yang ideal dengan cara meng-ideal-kan diri sendiri terlebih dahulu. Mengapa? Karena, perempuan yang baik akan mendapatkan pasangan suami yang baik, dan lelaki yang baik juga akan mendapatkan pasangan istri yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, yang tidak baik akan mendapatkan yang tidak baik pula.

Oleh karena itu, siapkan diri Anda untuk menjadi laki-laki atau perempuan yang layak mendapatkan pasangan hidup yang ideal. Karena dari sanalah awal pendidikan keluarga Anda dimulai.

Sahabat,

Pendidikan adalah kunci keberhasilan hidup. Maka, marilah moment peringatan hari pendidikan ini, kita lakukan dengan kembali “mendidik“ diri, untuk menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, yang akan menciptakan keluarga-keluarga yang tangguh, masyarakat  yang tangguh, dan ummat yang tangguh pula.



Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts