Selasa, 26 Juni 2012

Mari, Kita Audit Diri Sendiri !

Senin, 25 Juni 2012, perusahaan tempat kerja saya di assessment audit oleh badan setifikasi ISO untuk ISO 9001 : 2008, tentang Manajemen Mutu. Saya sebagai penanggungjawab departemen Learning Center, tak luput dari proses assessment audit tersebut. Hampir 1 jam, saya diwawancarai dan diaudit. Alhamdulillah, proses audit di departemen saya terbilang cukup lancar.

Ada hal yang menarik yang saya rasakan pada saat proses audit tersebut, yaitu adanya perasaan "tidak nyaman" ketika ditanya-tanya atau diperiksa seperti itu. Perasaan tersebut timbul bukan karena saya takut tidak bisa menunjukkan bukti dokumen atau arsip, tapi lebih kepada sebuah pikiran "Ngapain kamu tanya-tanya segala, ini kan departemen saya, saya yang paling tau apa yang dilaksanakan" (hanya contoh kalimat belaka).

Artinya, ada kecenderungan jika saya dan mungkin juga Anda (sebagai manusia), tidak suka atau tidak nyaman jika di audit, di evaluasi, di periksa, dan di hitung-hitung amalannya (kegiatannya). Apalagi jika ada sesuatu yang disembunyikan.

Coba perhatikan, ada orang atau pemerintah yang tidak suka ketika ada yang mengkritiknya. Karena dia merasa paling benar. Bahkan diberi nasehat pun (yang notabene merupakan hal positif) ada orang yang tidak mau menerimanya.

Mindset ini (tidak suka di audit) harus di-manage. Mengapa ? Sebab, suka tidak suka proses audit akan selalu ada, bahkan Tuhan telah menjanjikannya, jika kita akan ditimbang amalannya selama hidup di dunia. 

Bagaimana me-manage-nya ?

Yuk kita lihat pernyataan Sahabat Umar ibnu Khattab r.a. Ia berkata : hisablah dirimu sebelum dihisab, dan timbanglah sebelum ia ditimbang, bila itu lebih mudah bagi kalian dihari hisab kelak untuk menghisab dirimu dihari ini, dan berhiaslah kalian untuk pertemuan akbar, pada saat amalan dipamerkan dan tidak sedikitpun yang dapat tersembunyii dari kalian.

Pernyataan tersebut adalah sebuah langkah awal "kemudahan" dalam me-manage diri. Dan juga akan mendatangkan kemudahan hidup bagi diri kita untuk selalu mawas diri dari perbuatan yang tidak disukai Tuhan. Sehingga  ketika Tuhan mengaudit kita, kita telah siap karena tidak ada hal-hal yang disembunyikan. Karena kita sendiri yang telah mengaudit dan memperbaikinya.

Oleh karena itu sahabat SuksesBahagia,

Pernahkah kita menyendiri dan menghisab apa yang telah dikatakan dan diperbuat ? Pernahkan kita satu hari menghitung keburukan diri sebagaimana menghitung kebaikan-kebaikan yang pernah diperbuat ? Bahkan apakah kita pernah mengkhayal ketaatan yang dibanggakan ? 

Bila Kita mendapatkan bahwa kebanyakan dari amalan kita itu dipenuhi dengan riya' lalu bagaimana mungkin kita dapat bersabar pada keadaan seperti ini, dan perjalanan ini dipenuhi dengan ketidak senangan dan marabahaya ? Dan bagaimana kita menghadap Tuhan sedangkan kita dipenuhi dengan beban dan dosa-dosa ?

Langkah tersebut adalah upaya agar kita senang dan bahagia ketika akan di audit oleh Tuhan, bukan sebaliknya.

Semoga Bermanfaat,


Imam Nugroho
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts