Jumat, 30 Desember 2011

Tangga 1 SuksesBahagia # Kenali Diri (habis)



Postingan hari ini, melanjutkan pembahasan mengenai Tangga 1 # Kenali Diri, menuju hidup SuksesBahagia. Yuk maree ...

Mengenali Diri Menuju Kebahagiaan
Kita telah mengenali siapa diri kita sebanarnya, bukan? Yah, ternyata diri ini hanyalah berasal dari sesuatu yang hina, dan karena Allah-lah, kita bisa menjadi mulia.
Pengenalan diri yang baik ini, akan menghantarkan kita untuk dapat lebih mengenal Tuhan. “Man arofa nafsahu wa man arofa robbahu.”Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.



Dengan mengenal Tuhan (makrifatullah), maka sudah seharusnya kita menanamkan dalam diri ini keimanan dan kemantapan hati untuk menikmati “peluang” yang telah diberikan-Nya.
Keimanan artinya kita percaya dengan segala I’tikad bahwa tidak mungkin Tuhan, Allah SWT, membiarkan ciptaan yang telah dimuliakan-Nya. Allah akan selalu memberikan karunia cinta dan kasih sayang yang tiada batasnya.
Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas. Hakikat dan besarnya tidak bisa dipersamakan dengan kasih sayang siapa pun. Allah SWT berfirman, ”Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS Al-A’raf [7]:156).
Dia tidak membiarkan manusia berjalan “sendirian”. Dia mengaruniakan “teman terbaik” yang akan menemani manusia menuju jalan kebahagiaan, mengenalkan manusia kepada Tuhannya, sekaligus menjadi model manusia yang sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Firman-Nya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah
(QS Al Ahzab [33]:21).
Ayat di atas dengan jelas menginformasikan kepada kita bahwa sebagai bentuk pengharapan kasih sayang Allah, kita semestinya mencontoh “kehidupan” Rasulullah SAW di segala dimensi. Dan yang kita contoh bukanlah kejadian kehidupannya, tapi bagaimana Rasul menyikapi kehidupan itu sendiri.
Lihat dalam sirah, pernahkah Rasul bersedih selama hidupnya? Bagaimana Rasul menyikapinya (Insya Allah akan dibahas di bagian berikutnya)?
Keimanan ini adalah sebuah harapan, sehingga membuahkan kemantapan, optimis, yang pada akhirnya, kebahagiaan akan senantiasa menyelimuti hati dan pikirannya.
Seorang bijak pernah menulis demikian: “Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu. Amatilah ucapanmu, karena akan menjadi tindakanmu. Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu. Amatilah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu. Amatilah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu.”

Dan ketika pikiran ini diselimuti oleh kebahagiaan, maka, bahagia akan menjadi sebuah karakter dan nasib kita. Maka, hanya manusia yang mengenali dirinyalah yang akan mencapai kebahagiaan. Karena ternyata tidak ada lagi sesuatu yang pantas dirisaukan apalagi didustakan.

Allah berfirman : “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan” (QS Ar-Rahmaan [55]: 13). Ayat ini berulang-ulang Allah sebutkan hingga 31 kali.
SuksesBahagiaMilik (Semua) Manusia
Anda kenal Andrie Wongso ?
Bagus! Berarti Anda adalah orang yang tidak tertinggal oleh kemajuan zaman. Ha-ha. Dia adalah Motivator No. 1 Indonesia.
Ada sekelumit kisah masa kecilnya Andrie Wongso yang ada di buku ”Manage Your Mind For Success” karangan Adi W. Gunawan, Mind Navigator and Reeducator No.1 Indonesia. Di buku tersebut, Pak Adi menceritakan kisah singkat masa kecil Andrie Wongso, Motivator No.1 Indonesia. Berikut kutipannya.
Andrie Wongso terlahir dalam sebuah keluarga miskin di Malang. Suatu ketika, ibunya membawa dia kepada orang yang pintar meramal nasib. Peramal itu bisa membaca nasib seseorang hanya dengan mengetahui hari, tanggal, dan jam lahir orang. Keakuratan ramalannya boleh dikatakan baik (karena kata orang apa yang diramalkan banyak benarnya). Pada waktu itu, Pak Andrie diramalkan nasibnya tidak mujur. Dia akan hidup susah sebagaimana keluarganya saat ini. Pokoknya ngga ada takdir untuk orang sukses.
Untunglah saat itu Andrie Wongso kecil tidak mau begitu saja percaya dengan apa yang dikatakan oleh peramal tersebut. Ketika dewasa, Andrie Wongso memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Dan apa yang terjadi? Andrie Wongso pun mengantongi gelar yang sangat dibanggakannya. Gelar itu adalah SDTTTBS (Sekolah Dasar Tidak Tamat Tetapi Bisa Sukses). Lihat saja, siapa yang tidak kenal Andrie Wongso, Pengusaha Top merangkap Motivator No.1 Indonesia.
Apa artinya bagi kita ?
Manusia, ketika diciptakan oleh Allah SWT, diharuskan dan diwajibkan untuk SUKSES dalam hidupnya. Sejak lahir kedunia, kesuksesan telah berada dalam genggaman manusia. Ini adalah kehendak Allah SWT. Sehingga tidak ada alasan jika dalam menjalani hidup dan kehidupannya, manusia masih mempertanyakan tentang “kesuksesan” dirinya. Bahkan ada kecenderungan ketika kenyataan belum sesuai seperti yang diharapkan, manusia “menyalahkan” Tuhannya. “Tuhan tidak adil, kok hidupku sengsara terus ya, kapan orang lain seperti saya ? (maksudnya kapan orang lain juga “sengsara” seperti dirinya, karena dia iri dan menganggap kalau Tuhan tidak adil).
Ketika Allah meniupkan ruh-Nya ke dalam jasad hina, ketika Allah memberikan amanah kepada manusia untuk menjadi “wakil-Nya” di muka bumi, dan ketika Allah mengutus para nabi dan rasul untuk suri teladan bagi manusia awwam, adalah sebuah “ketetapan” kalau manusia itu wajib sukses dalam hidupnya.
Tidakkah ruh-Nya yang telah meninggikan derajat manusia juga sekaligus merupakan kesuksesan manusia sebagai mahluk yang paling mulia dari mahluk yang lain?
Tidakkah ketika manusia menjadi “wakil-Nya” di bumi ini sebagai bentuk kesuksesan manusia? Apakah mungkin seorang”wakil” itu harus menderita hidupnya?
Tidakkah para nabi dan rasul yang diutus-Nya sebagai teladan “kesuksesan” adalah sebuah isyarat bahwa sukses itu hak manusia?
Sungguh, Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak menginginkan manusia berada dalam jalur kesusahan, kesengsaraan, dan penderitaan. Tapi mengapa masih ada manusia yang hidupnya “sengsara” ?
Manusia seperti itu karena dirinya telah memilih untuk sengsara. Lihat kembali kisah kecilnya Andrie Wongso. Andaikata dia “percaya dan meyakini” bahwa ucapan sang peramal itu benar, berarti dia memilih untuk menderita. Dia tidak akan bisa menikmati kebahagiaan dalam hidup ini.
Anda memilih apa untuk hidup ini? Sukses atau sengsara?
Keyakian, iman, dan takwa kepada-Nya, akan menuntun kita untuk memilih hidup sukses. Karena sukses adalah milik kita. Sukses telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Pilihlah ia sebagai bentuk keimanan kita kepada Tuhan, Allah SWT, dan hidup kita akan bahagia dan kebahagiaan itu akan menjadikan kita sukses menjalani kehidupan ini. Ini berarti bahwa SuksesBahagia adalah milik (semua) manusia.
Kesimpulan
Hidup SuksesBahagia adalah milik semua manusia. Manusia yang mampu memilih jalan hidupnya untuk bahagia yang artinya itu bentuk dari kesuksesan hidupnya.
Manusia yang mampu memilih hidup bahagia karena berada pada bimbingan-Nya. Ia membimbing manusia yang makrifat kepada-Nya. Makrifat kepada-Nya bisa diraih dengan makrifat terhadap diri sendiri (makrifatunnafs). “Man arofa nafsahu wa man arofa robbahu.” Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.
Mengenali diri berarti sadar bahwa kita berasal dari sesuatu yang hina dan karena kasih sayang-Nya dengan meniupkan ruh-Nya yang mulia, telah menghantarkan kita berada pada derajat yang tinggi dan mulia.
Mengenali diri berarti sadar ada sifat-sifat diri yang harus dihindari. Keluh-kesah, berburuk sangka, dan ingkar akan nikmat-Nya adalah sifat-sifat yang harus dihindari karena keberadaanya hanya sebagai “pupuk” untuk kesengsaraan hidup kita.


Yakinlah dengan diri ini kemudian, bersyukur, bersabar, bertakwa dan bertawakal kepada-Nya. Agar kesuksesan dan kebahagiaan akan menghampiri kita selalu.

(habis, lanjut ke Tangga 2, Insya Allah segera ...)


Salam SuksesBahagia !!!


KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia


0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts