Rabu, 28 Desember 2011

Tangga 1 SuksesBahagia # Kenali Diri (lanjutan)



Pada postingan kemarin, sedikit sudah saya sampaikan tangga pertama menuju hidup SuksesBahagia. Dan sekarang adalah lanjutannya,,, yuk mariiii....

[lanjutan]

Untuk statusnya di planet ini, Allah kemudian menyempurnakan penciptaan manusia dengan meniupkan ruh (ruh menunjukkan kesempurnaan). Allah berfirman :

“ Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S. As Sajdah : 9)

Karena ruh, manusia berkaitan dengan derajat tertinggi dari yang tinggi, tidak satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatannya, entah itu malaikat maupun setan sekalipun atau segala sesuatu lainnya.



Sementara jiwa manusia (yang berasal dari tanah hina) berkaitan dengan derajat yang paling rendah, sehingga tidak sesuatupun di dunia jiwa bisa mempunyai kekuatannya, entah itu hewan dan binatang buas atau yang lainnya.
Ketika mengaduk dan mengolah tanah, semua sifat hewan dan binatang buas, semua sifat setan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan. Hanya saja, tanah itu dipilih untuk mengejawantahkan sifat "dua tangan-Ku". Karena masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa sifat Ilahi.
Penjelasan di atas merupakan urutan ungkapan mengenai hakekat diri yang sebenarnya, dimana manusia sebagai makhluk yang sangat lemah dan hina disisi lain dinobatkan sebagai "khalifah" (wakil Allah). Bertugas mengatur alam semesta dan merupakan wakil Allah untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman-Nya.
Para mahkluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia. Sementara ia terhijab oleh ketinggian derajat manusia yang berasal dari tiupan Ilahi.
Sayangnya, banyak diantara kita yang melupakan “status mulia” ini. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya rasa syukur kita atas semua hal yang telah Allah berikan. Pantas memang, karena ternyata disamping menyandang status mulia, manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Allah berfirman :
“ Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (Q.S. An Nissa : 28)
Selain itu, sifat manusia lainnya adalah bodoh dan selalu berkeluh kesah. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al Ahzab : 72, yang artinya:
“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
Dan,
“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.”(Q.S. Al Ma’aarij : 19)
Lemah, bodoh, dan berkeluhkesah menjadikan manusia “melupakan” nikmat dan anugerah (tidak pandai bersyukur). Tapi seharusnya dua sifat tersebut bisa dihilangkan, karena ruh kesempurnaan telah Allah tiupkan ke dalam raga dan dijadikannya manusia mahluk yang istimewa. Allah berfirman:
“ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al Isra : 70)
Kesadaran akan kesempurnaan yang Allah berikan dan keistimewaan yang ada didalamnya, serta kelemahan-kelemahan manusia, harus dimiliki oleh kita. Kesadaran inilah yang akan menghantarkan kita menjadi manusia yang sukses di hadapan-Nya. Mengapa? Kesadaran inilah yang kemudian disebut dengan TAKWA, dan manusia yang Takwa adalah manusia yang paling mulia dihadapan-Nya.
Manusia bertakwa adalah manusia yang berhati-hati dalam hidupnya. Ia senanitasa berusaha dengan sekuat tenaga untuk selalu berada di jalan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Kehati-hatian dari tergelincirnya berjalan di jalan kehidupan, merupakan kesadaran akan kelemahan yang dimiliki manusia. Dengannya, manusia akan didominasi oleh hal-hal yang melebihkannya. Ini merupakan fitrahnya manusia. Kecenderungan manusia adalah kepada kebaikan dan membeci keburukan. Tanyakan pada hati Anda ketika akan melakukan sesuatu yang dilarang-Nya, pasti hati Anda sebenarnya tidak “menginginkannya”, hati Anda menolaknya.
Itulah fitrah manusia yang pada dasarnya selaras dengan kehendak Allah SWT, yaitu berada dijalan yang lurus. Namun sayang, banyak manusia yang tidak mengetahuinya. Allah berfirman :
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); tetaplah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui" (Q.S. Ar Ruum : 30)
Berpegang teguh pada fitrah, dengan menyadari kelemahan yang ditandai oleh kesungguhan untuk mengoptimalkan kesempurnaan dan keistimewaan yang telah Allah berikan, akan menguatkan ketakwaan. Ketakwaan inilah yang akan menghantarkan kita kepada ke-sukses-an hidup, sukses dihadapan-Nya.

(bersambung)

KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts