Sabtu, 19 November 2011

Andai Kata Lebih ?


Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika
salah satu sahabatnya meninggal dunia
Nabi mengantar jenazahnya sampai
ke kuburan. Dan pada saat pulangnya
disempatkannya singgah untuk menghibur dan
menenangkan keluarga almarhum supaya tetap
bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Nabi berkata, "tidakkah
almarhum mengucapkan wasiat sebelum
wafatnya?" Istrinya menjawab, saya mendengar
dia mengatakan sesuatu diantara dengkur
nafasnya yang tersengal-sengal menjelang
ajal" "Apa yang di katakannya?" "saya tidak tahu,
ya Nabi, apakah ucapannya itu
sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan
pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma,
ucapannya memang sulit dipahami lantaran
merupakan kalimat yang terpotong-
potong." "Bagaimana bunyinya?" desak
Nabi. Istri yang setia itu
menjawab, "suami saya mengatakan "Andaikata
lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru.... andaikata semuanya...." hanya itulah yang
tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya.
Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam
keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang
tidak selesai?" Nabi tersenyum. "sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya.

Kisahnya begini. Pada suatu hari ia sedang
bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan
shalat Jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan
orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu
tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun.
Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba
di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas
penghabisan, ia menyaksikan pahala amal
sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih
panjang lagi". Maksudnya, andaikata jalan ke
masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya
lebih besar pula.

Ucapan lainnya ya Nabi?" tanya sang
istri mulai tertarik. Nabi menjawab, "adapun
ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia
melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada
hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-
pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan
ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk
menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan
suamimu membawa sebuah mantel baru, selain
yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya
yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut.
Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya.
Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu
melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga
ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan
yang masih baru yang kuberikan kepadanya dan
bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh
lebih besar lagi". Itulah yang dikatakan suamimu
selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa
maksudnya, ya Nabi?" tanya sang istri
makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi
menjelaskan, "ingatkah kamu pada suatu ketika
suamimu datang dalam keadaan sangat lapar
dan meminta disediakan makanan? Engkau
menghidangkan sepotong roti yang telah
dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak
dimakannya, tiba- tiba seorang musafir mengetuk
pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas
membagi rotinya menjadi dua potong, yang
sebelah diberikan kepada musafir itu. Dengan
demikian, pada waktu suamimu akan
menghembuskan nafasnya, ia menyaksikan
betapa besarnya pahala dari amalannya itu.
Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau
aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak hanya
kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya
kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku
akan berlipat ganda. Memang begitulah keadilan
Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat
baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan
orang lain.

Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas
dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat
buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.
Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu
berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk
dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu
telah berbuat buruk atas dirimu pula."
(Al-Isra': 7)

Sahabat SuksesBahagia,

Tuhan telah berjanji bahwa, setiap kebaikan akan di balas dengan 700 kebaikan. Untuk itu janganlah kita menjadi manusia yang menyesal karena selama hidup sedikit sekali melakukan amal kebaikan. Dari sepenggal kisah di atas mengisayaratkan kepada kita bahwa, selagi hidup di dunia, marilah kita menjadi manusia yang selalu menebar kebaikan, bukan sebaliknya, menebar kejahatan, kejelekan, atau kemunkaran.

Selain itu adalah dalam melakukan kebaikan tersebut, kita harus totalitas dan memberikan yang terbaik dari yang kita punya. “I do My Best!” itulah slogan yang harus kita jadikan pedoman setiap hari dan dimanapun kita berada.
Ditempat kerja, katakanlah “I do My Best!” sehingga kita akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Tidak perlu kita mencari-cari “pahala” atas apa yang akan kita kerjakan. Biarkan Tuhan yang akan membalasnya. Toh ketika kita telah memberikan yang terbaik untuk perusahaan, perusahaan-pun tidak akan “tutup mata”.

Sahabat SuksesBahagia,

Mulai saat ini, jadilah kita pribadi-pribadi yang memiliki semangat untuk memberi, memberi yang terbaik, memberi yang terbanyak. Biarkan Tuhan yang akan memberikan imbalan yang setimpal. Janganlah kita menjadi manusia yang ada karena ada pamrih. Lakukan dan lakukanlah yang terbaik, lalu perhatikan apa yang terjadi.



Salam SuksesBahagia ¡!!



KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts