Kamis, 24 November 2011

Naik Kelas Setiap Hari


Tahun 2001 adalah awal tahun yang berat bagi saya. Tiga hari menginjak kelas 3 di SMU, ayah tercinta dipanggil Yang Maha Kuasa. Sontak, saya tertekan luar biasa. Saya hanyalah orang dari keluarga sederhana. Harta-pun pas-pasan. Sempat saya bingung bagaimana saya bisa melanjutkan sekolah di SMU, apalagi ketika tepikirkan untuk terus melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Wah, sesuatu yang mustahil buat saya pada waktu itu.

Dengan berbekal presetasi yang dimiliki, saya mencoba mengajukan bea-siswa ke beberapa lembaga pendidikan, dan setelah melewati proses yang panjang, alhamdulillah saya-pun dapat menyelesaikan sekolah SMU dengan nilai yang cukup memuaskan.

Satu masalah selesai. Timbul masalah baru bagi saya. Saya lulus seleksi mahasiswa IPB tanpa harus mengikuti tes SPMB. Saya lulus melalui jalur prestasi akademik. Namun yang terjadi adalah, saya (keluarga) tidak memiliki cukup uang untuk membiayai semua kebutuhan untuk kuliah di IPB, padahal saya sangat memimpikan untuk dapat kuliah di IPB.

Akhirnya saya-pun mengikuti SPMB (tentu dengan kekecewaan). Alhamdulillah lulus, meskipun bukan di universitas favorit. Berbekal keuletan dan kegigihan, akhirnya saya-pun dapat menyelesaikan studi di kuliahan.

Sahabat SuksesBahagia,

Saya meyakini betul bahwa, setiap masalah yang hadir dalam kehidupan kita pasti mengandung makna. Untuk itulah, dalam setiap menghadapi masalah, selalu hadir pertanyaan dalam benak saya : makna apa yang bersembunyi di balik kejadian ini? Aspek mana yang harus diperbaiki dari diri ini atas kejadian yang menimpa? Bermodalkan dua pertanyaan ini, sering kali kegiatan mengurut dada sambil menarik nafas pajang dalam-dalam menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

Tentu bukan tempatnya jika kemudian saya menceritakan secara detail setiap permasalahan yang saya hadapi sejak tahun 2001, sampai-sampai saya membuat kesimpulan bahwa tahun 2001 adalah awal tahun yang berat bagi saya. Yang jelas, saya selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya dengan menghadirkan masalah, saya dituntut untuk bisa menghadapinya, dan Tuhan memang telah memberikan jalan keluarnya.

Ada seorang ibu dari teman Sekolah Dasar saya pernah menuturkan sesuatu yang sangat berharga buat saya. Sang ibu memberikan petuah, kehidupan sebenarnya adalah sekolah kearifan yang peling berguna. Sama dengan sekolah yang sebenarnya, ia juga menyimpan banyak PR. Setiap kali sebuah PR selesai, pasti akan disusul oleh PR yang lain. Susul-menyusul PR yang datang itulah ciri sekolah kehidupan yang amat dikagumi oleh ibu sahabat saya. Luar biasa gunanya buat saya, terutama dikala sedang mendapat tindihan masalah yang menggunung.

Dibagian lain petuahnya, sang ibu bertutur lebih apik lagi. Ketika persoalan, tantangan, atau godaan itu datang, itu berarti masa ulangan umum menjelang kenaikan kelas atau kelulusan akan datang. Ini berarti, dibalik kesulitan yang menggunung, bersembunyi kemungkinan untuk naik ke kelas yang lebih tinggi. Bayangkan, kapan saya bisa naik kelas, kalau setiap kali ada persoalan hidup mau lari?

Kedua petuah bijak ini, jujur mengingatkan saya kembali, betapa seringnya saya kehilangan kesempatan untuk naik kelas dalam kehidupan, dan betapa banyaknya PR yang saya tinggalkan.

Bercermin dari pengalaman ini, mungkin akan ada banyak gunanya bila membayangkan teru-menerus kehidupan seperti sekolah. Masalah yang datang adalah PR. Godaan dan tantangan yang lebih berat biasanya adalah sebentuk ulangan umum. Bedanya, penilai dan pengujinya adalah Tuhan. Apakah kita akan dikatakan manusia yang lulus oleh Tuhan atau tidak. Kalau kita ingin lulus dihadapan Tuhan, maka kita harus rajin belajar, belajar tentang kehidupan. Mudah kedengarannya, mudah di ucapkan, diperlukan kesabaran, ketekunan untuk maju terus dalam mencoba. Semoga kita bisa naik kelas atau lulus setiap hari.



KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia


Terinspirasi dari Gede Prama

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts