Sabtu, 26 November 2011

Hijrah dan Zona Nyaman Kita




Peristiwa Hijrah, 1432 tahun yang lalu, menyimpan banyak makna yang dapat kita aplikasikan dalam konteks ke-kini-an. Hampir semua ustadz atau kiyai, mengambil sudut pandang makna Hijrah sebagai momentum untuk melakukan perubahan diri. Yuph, secara harfiah hijrah adalah berpindah tempat, yaitu berpindahnya Rasul bersama para sahabat dari Mekkah ke Madinah. 

Namun secara kontekstual, hijrah bisa bermakna adanya perubahan atau pergeseran atau perpindahan “kualitas diri yang biasa-biasa saja” menjadi “kualitas diri yang luar biasa”, mindset negative menjadi mindset positif.
Sahabat saya yang SuksesBahagia,
Rasa berat meninggalkan tanah kelahiran, dimiliki oleh para sahabat pada waktu itu. Bagaimanapun juga, Mekkah adalah “saksi” perjuangan mereka dalam menegakkan kalimat Tauhid. Memang dari sana sini banyak sekali gangguan dan godaan dari kaum kafir Quraisy. Namun, karena Mekkah adalah tanah kelahiran, para sahabat mendapatkan “kenyamanan”.
Nah ketika diperintahakan untuk hijrah ke Madinah, kota yang belum mereka kenal dengan baik, mereka belum mengetahui lorong-lorong detailnya, tentulah rasa berat menyelimutinya. Dan, karena Iman yang kuat, akhirnya mereka mampu melawan berat hatinya itu, karena lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Sahabat saya yang SuksesBahagia,
Zona Nyaman adalah fatamorgana kehidupan. Kadang itu “menjebak” kita. Kadang kita terbuai dalam kenikmatan yang justru sebenarnya adalah duri yang mematikan. Jika sahabat Rasul menerima sikap yang tidak bersahabat dari kafir Quraisy sebagai duri yang mematikan, maka duri kehidupan kita adalah diri kita sendiri.
Hm, maksudnya apa neeh?
Baik, saya berikan contoh sederhana. Ketika Anda sudah menduduki suatu jabatan tertentu di perusahaan Anda, “biasanya”  ada keengganan ketika harus meninggalkan posisi tersebut, terutama ketika harus di rotasi. Hati Anda berbisik, “Sudahlah, saya sudah nyaman dalam posisi ini.”
Ketika Anda mengikuti kata hati, sudah pasti Anda akan “terjebak” dalam kenyamanan yang sebenarnya hanyalah fatamorgana. Anda akan terus berada dalam “kondisi” tersebut. Kita harus yakin (iman) bahwa, dengan keluarnya kita dari zona nyaman, kita akan semakin kuat, tangguh, yang pada akhirnya "kebahagiaan" yang kita harapkan akan tercapai.
Oleh karena itu,
Sahabat saya yang SuksesBahagia,
Marilah momentum HIJRAH kita jadikan sebagai wasilah komitment diri, untuk berani keluar dari zona nyaman yang selama ini “meracuni” kita. Kita contoh bagaimana Rasul dan sahabatnya berani keluar meninggalkan zona nyamannya di kota Mekkah, menuju Madinah al Munawarah, yang pada akhirnya kejayaan Islam-pun dapat tercapai.
Semoga, kita semua benar-benar HIJRAH menuju kehidupan yang SuksesBahagia !!! Amiin …..



KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts