Senin, 21 November 2011

Resensi Buku: HENING




Perjalanan rahasia adalah perjalanan menyelam ke dalam hati, sebuah perjalanan haji menuju mekah diri, yaitu ka’bah hati. Hati kita adalah sebuah kuil Tuhan. Seperti pengalaman seorang yang naik haji, yang dipenuhi dengan tangisan, maka perjalanan kita ke dalam diri pun, seperti itu. Bila kita belum menangis, menangisi diri kita, bisa jadi kita belum melakukan perjalanan apapun. Menangis itu seperti wudhu dalam shalat. Membasuhkan air kepada batin, yang tugasnya adalah menyucikan.
Anak-anak bayi, saat lahir dari rahim ibunya, sebagai tanda kehidupan ia harus menangis. Mengapa bayi menangis? Menurut para pejalan spiritual, itu karena hatinya begitu terbuka dan tanpa noda. Tangisan adalah ressponnya yang pertama terhadap kehidupan. Jadi, ketika Anda menangis, sebenarnya saat itu Anda sedang membersihkan hati Anda.
Dua paragraph di atas, adalah cuplikan dari sebuah artikel dengan judul Air Mata Kehidupan, dari sebuah buku yang baru saya baca. Buku yang di tulis oleh Cahyu Purnawan dengan judul “HENING: Perjalanan ke Dalam Diri untuk Mensyukuri Nikmat-Nya ini adalah salah satu buku “spiritual” yang sangat menyentuh hati-sanubari. Maka tidak heran jika, ketika Anda membacanya, air mata akan berurai dengan sendirinya.
Mengapa? Karena tentu “kajiannya” adalah cerminan keseharian dari kehidupan kita, yang sering kita lupakan. Maka pantas jika buku ini bisa dijadikan sebagai alat bantu kita untuk menemukan pencerahan batin.
Sebagai contoh lain, dalam sebuah artikel yang berjudul Jamban. Cahyu dengan lugasnya “menafsirkan” jamban sebagai tempat pembuangan “kotoran-kotoran” manusia. Ya benar, maksud kotoran disitu tidaklah kotoran secara fisik belaka. Tapi juga kotoran yang sifatnya immaterial. Kebencian, cemoohan, iri, dengki, permusuhan, dan yang lainnya. Dan selayaknya kita pun harus bisa berperan sebagai “jamban” sebagaimana jaman menampung kotoran (fisik) manusia.
Artinya adalah, misalkan ketika Anda mendapat sebuah “stimulus” dari orang lain berupa kebencian. Maka buanglah kotoran itu (kebencian) ke dalam “jamban” yang ada di dalam diri kita, lalu kita olah, dan kita jadikan “pupuk” untuk kehidupan kita (lihat catatan saya sebelumnya, Pupuk Kehidupan).
Kemudian, untuk realita keseharian kita yang semakin hidup dengan ke-egoisan, Cahyu menggambarkan dalam kisah pribadinya ketika menyaksikan “orang-orang” yang kurang beruntung dalam hidup, dililit kemiskinan, yang terasing dari manusia lainnya, dalam sebuah artikel “Angkuhnya Siang Itu”. Saya jamin, Anda akan menguraikan air mata ketika membaca artikel tersebut, sangat menyentuh.
Dan masih banyak lagi artikel-artikel lainnya (total ada 28 artikel) di buku Hening ini. Kelebihan lainnya adalah Cahyu dengan “bahasa-nya” yang enak, membedah ayat-ayat Al-Quran, yang saya pikir jarang sekali kita bisa merenungkannya. Bahasa tafsirnya sangat mudah difahami, karena berangkat dari realita kekinian (bisa disebut dengan tafsir kontemporer. Namun, tentu buku ini bukanlah sebuah Kitab Tafsir Al-Quran lho…).
Maka, buku setebal 263 halaman ini, bisa dijadikan buku alternative  dalam pencarian jati diri kita, karena buku ini menuntun kita untuk melakukan perjalan ke dalam diri, dengan mensyukuri segala nikmat-Nya. Sungguh, nikmat yang mana lagi yang akan kita dustakan ???


Selamat membaca !!!



KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts