Rabu, 28 Maret 2012

Buat “Sebab” Kabahagiaan Menghampirimu

Anda sudah pasti mengenal yang namanya doa sapu jagat, ya kan? Ialah doa yang paling sering dilafalkan oleh umat muslim sebagai tanda ketika akan mengakhiri setiap doa-doanya. Misalnya, disaat khutbah jumat yang terlalu panjang nasehatnya, dan khotib sudah membaca doa sapu jagat ini, maka para jamaah sudah merasa lega, karena pasti akan selesailah khutbah jumatnya itu.

Lalu, apa sebenarnya makna kandungan dan implementasinya bagi kehidupan kita? Sehingga doa ini sangat popular dikalangan ummat muslim?

Sebelumnya, mari kita lihat dulu terjemahan dari doa sapu jagat yang termaktub dalam Q.S. Al-Baqarah : 201, yaitu:

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan (kebahagiaan) di dunia dan kebaikan (kebahagiaan) di akhirat dan lindungilah kami dari siksa api neraka.”
Hum, doa yang sangat bagus, ya kan? Sengaja setelah kata kebaikan (hasanah) saya tambahkan ‘kebahagiaan’, karena biasanya hal-hal yang baik itu akan membuat kita bahagia. Seperti, ketika kita mendapatkan penghasilan yang baik, maka bahagialah kita. Memiliki istri atau suami yang baik, berbahagialah kita. Mendapatkan promosi jabatan ke yang lebih baik, berbahagialah kita. Jadi sekali lagi, kebaikan itu akan mendatangkan kebahagiaan.

Nah, maksud dari doa ini adalah kita ingin atau berharap kebahagiaan, atas kebaikan-kebaikan yang Allah berikan, baik ketika hidup di dunia, maupun di akhirat. Karena memang hanya Allahlah sumber dari segala kebaikan. Kebaikan dalam bentuk apapun. Artinya, kebaikan ‘versi’ Allah, dan adakalanya, hal ini berseberangan dengan kita. Sebagai contoh, musibah. Bagi kita sebagai manusia biasa, sudah pasti yang namanya musibah itu adalah sesuatu yang buruk. Namun bisa tidak bagi-Nya. Misalkan ketika musibah itu kita terima, sebenarnya Allah itu sayang kepada kita.

Sehingga kita harus ‘cerdas’ dalam membumikan doa sapu jagat ini dalam kehidupan sehari-hari. Kadang, setelah kita melafalkannya, kita hanya diam harap-harap cemas mengharap kebaikan dari-Nya. Maka adalah sebuah ironi jika, sebagian besar orang yang membaca doa ini, kehidupannya malah jauh berbeda dari apa yang ia mintakan. Ya bagaimana mungkin ia akan merasakan kebahagiaan, ketika hidupnya itu hanya diisi dengan keluhan-keluhan, keputusasaan, atau bahkah berprasangka buruk kepada-Nya, atas masalah dan cobaan hidup.

Oleh karena itu, dalam rangka pengimplementasian doa sapu jagat dalam hidup dan kehidupan kita sehari-hari, dan agar kita benar-benar mendapatkan kebaikan yang bermuara kepada kebahagiaan, lihatlah ayat selanjutnya (202) yang artinya :

“Mereka itulah orang-orang yang mendapat kebahagiaan dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungannya.”

Wow, saya sempat terkejut ketika mengetahui terjemahan ayat 202 sebagai kelanjutan ayat 201 yang merupakan doa sapu jagat. Ternyata, disinilah kuncinya. Kebahagiaan itu akan kita raih setelah kita mengusahakannya. Ingat, doa tanpa ikhtiar, itu mimpi. Maka jelaslah sudah, mengapa banyak orang yang hidupnya jauh dari kata bahagia. Ternyata mereka hanya berdoa dan berharap tanpa ‘berbuat’ atau menciptakan dan menghidupkan sebab dari kebahagiaan itu sendiri.
Sahabat,

Menciptakan dan menghidupkan sebab atas kebahagiaan adalah usaha yang harus kita lakukan, jika kita ingin mendapatkan kebahagiaan itu sendiri. Persis ketika ada seorang pemuda yang menginginkan seorang gadis pujaan. Tentu ia tidak hanya berdiam dan berdoa untuk memilikinya. Ia harus ‘usaha’ untuk mendapatkannya. Biasanya, yang dilakukan adalah ‘sebab-sebab’ gadis pujaannya itu tertarik dan mau menerimanya. Misalkan, dengan memberinya coklat, mawar, atau kepastian untuk menikahinya. Hal-hal itu adalah ‘penyebab’ yang bisa menjadikan gadis pujaannya itu menerimanya. Begitulah kebahagiaan, begitulah kebaikan yang kita harapkan, harus diawali dengan sebuah tindakan ‘penyebab’ kebahagiaan dan kebaikan itu menghampiri kita.

Apa ‘sebab’ yang membuat kebaikan dan kebahagiaan itu menghampiri kita? Aha, pertanyaan bagus. Dari pengalaman yang saya lakukan selama ini, tidaklah repot sebab itu. Ia hanya memerlukan komitmen dan konsistensi diri. Ia adalah positive mindset (pola pikir positif). Ya, berpikir positif atas semua yang menimpa kita.

Bertanyalah ‘apa’ bukan ‘mengapa’ untuk melahirkan pola pikir yang positif. Misalkan, Anda terkena musibah, kehilangan uang. Maka tanyakanlah “Apa hikmah dari musibah ini?” bukan “Mengapa harus terjadi kepada saya?”

Pertanyaan terakhir (mengapa), itu tidak memberikan solusi, yang ada hanyalah memperpanjang penderitaan, karena biasanya akan muncul pertanyaan-pertanyaan lain. Tapi pertanyaan pertama (apa) akan segera menghasilkan jawaban. Misalkan dari kasus tadi dengan bertanya, “Apa hikmahnya?” maka otomatis nurani kita akan menjawab, “Oh, saatnya saya bersedekah. Karena memang saya akui, saya jarang atau bahkan hampir tidak pernah bersedekah selama ini. Baiklah, saya ikhlaskan, semoga menjadi amalan hasanah (kebaikan).” Nah, lebih enak dan melegakan, ya kan?

Maka, usaha kita dalam menarik kebaikan dan kebahagiaan adalah dengan memperkuat magnet positif dalam pola pikir kita. Awali dengan berupaya untuk menemukan ‘hikmah’ yang tersembunyi didalamnya. Ingat, pasti ada hikmah disetiap kejadian. Maka dengannya, magnet postif ini akan semakin menguat dan menguat, hingga pada akhirnya, harapan kebaikan dan kebahagiaan, dapat kita raih. Amiin …

Wallahu’alam bish showab …


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts