Kamis, 23 Februari 2012

Macet ...




Macet di jalan! Hal yang paling dihindari, terutama oleh para karyawan yang akan beraktifitas. Bagaimana tidak, jika macet, sudah pasti akan datang terlambat ke kantor atau tempat kerja, yang pada akhirnya akan mendapatkan sanksi dari perusahaan tempat dimana dia bekerja. Memang beberapa orang sudah mengantisipasinya dengan berangkat lebih awal dari biasanya. Namun yang namanya kemacetan di jalan, tidak ada yang bisa memprediksi.

Faktor penyebab yang paling dominan dari kemacetan adalah tidak adanya kesadaran tertib berlalu lintas, meski sudah dengan jelas terpajang rambu-rambu lalu lintas. Berhenti sembarangan, parkir sembarangan, atau menyelip kendaraan dengan tidak beraturan, menyebabkan jalanan menjadi macet (bukan karena Si Komo lewat ya..).
Kembali ke awal, ketika macet, datang ke tempat kerja terlambat, maka pekerjaan-pun menjadi berantakan, keluar dari schedule yang telah di buat, agenda molor, yang jelas menjadi tidak karuan. Apalagi untuk agenda-agenda yang sudah mendekati dead line. Membuat pusing kepala. Dan ujung-ujungnya, kena marah atasan. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kasihan ya yang terlambat datang karena macet? Karena MACET, semua ”keindahan” di tempat kerja menjadi sirna begitu saja. 

Sahabat ,,,

Marilah kita sikapi ke-macet-an sebagai sesuatu yang bisa membawa kita pada tingkat derajat yang tertinggi dihadapan Tuhan. Apa sesuatu itu?? Sesuatu itu adalah ke-sabar-an. Sabar bukan menyerah pada keadaan. Sabar bukan sekedar ”pasrah”. Sabar adalah sikap mental disaat kita mendapatkan suatu ujian atau kejadian di luar dari yang disangkakan, pada ”hentakan” pertama kita mendapatkan ujian dan kejadian tersebut. Apakah kita orang yang hanya mencari sumber masalah? Yang dilanjutkan dengan menyalahkan orang lain?

Ketika macet, sibukkan diri kita dengan mencari beberapa jalur alternatif yang bisa ditempuh. Atau jika menggunakan kendaraan roda dua, kita bisa masuk di celah-celah ruangan yang kosong, daripada menggurutu yang tidak karuan, yang tidak jelas juga untuk siapa ”gerutuan” kita berikan. Atau bisa juga kita jadikan ke-macet-an sebagai kesempatan untuk ”istirahat sejenak” dari kepenatan mengendarai kendaraan bermotor. Tentu bisa kan??

Selain itu Sahabat ,,,

Ingin saya menyampaikan bahwa, hidup ini juga laksana arus lalu lintas. Adakalanya hidup kita lancar tidak ada masalah dan adakalanya hidup kita ”macet” disertai dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, Tuhan telah memberikan rambu-rambu kehidupan untuk manusia. Tuhan menghendaki hidup kita ”lancar” meski sesekali hambatan menerjang. Tuhan tidak menghendaki manusia hidup dalam ”ke-macet-an”. Namun sayang, ada manusia yang berani melanggar rambu-rambu kehidupan, sehingga yang tejadi adalah lalu lintas menjadi macet tidak karuan. 

Sebagai contoh, Sahabat pernah memohon (berdo’a) pada Tuhan. Tapi karena melanggar rambu-rambu yang telah diberikan, maka terkabulnya do’a akan menjadi macet. Apa rambu-rambunya?? Dalam berdo’a, rambu-rambu yang harus diperhatikan adalah :

Yakin bahwa doa akan Tuhan kabulkan. Tuhan telah berjanji lewat firman-Nya, yaitu ”Berdo’alah kepadaku, niscaya Aku kabulkan.” Tuhan punya cara tersendiri ketika hendak mengabulkan do’a seseorang. Ada tiga cara yang biasa Tuhan lakukan, yaitu : tunai, delay, dan deposito untuk akhirat. 

Cara tunai, berarti seketika Tuhan langsung mengabulkan do’a kita. Hal ini sudah jarang terjadi, kecuali bagi mereka yang mendapat gelar ”khalilullah” atau Kekasih Allah (para Nabi atau orang Shaleh). Tapi bisa juga bagi orang yang sudah ”dibenci” Tuhan, Tuhan akan mengabulkan seketika, karena Tuhan tidak mau selalu di sebut namanya (kita mau milih yang mana???)

Cara delay, berarti Tuhan tidak dengan seketika mengabulkannya atau menggantikannya dengan kabaikan yang lain. Ada waktu yang tepat buat dikabulkannya do’a-do’a kita. Tuhan maha tahu kapan kita siap dengan terkabulkannya do’a kita. Disinilah, Tuhan bisa saja sangat sayang sama kita. Tuhan ingin agar kita selalu menyebut nama-Nya. Tuhan rindu di sebut nama-Nya oleh kita. Berbaik sangkalah ketika Tuhan men-delay terkabulkannya do’a-do’a kita.

Terakhir, deposito akhirat. Ini sudah pasti dan jelas. Tuhan akan menggantikannya dengan kebaiakan akhirat. Do’a kita menjadi investasi akhirat. Jangan khawatir, Tuhan Maha Adil. 
Rambu-rambu tersebut harus kita pegang terus agar Tuhan dengan lancar mengabulkan do’a-do’a kita. Artinya adalah kita senantiasa berbaik sangka kepada Tuhan. Dan segeralah berinstropeksi diri jika do’a kita macet di tengah jalan, apa yang salah dengan diri kita. Jangan-jangan kita menjadi orang yang ambisius untuk segera terkabulkannya do’a. Atau malah kita menjadi orang yang hanya berdo’a dikala sedih saja, sementara di saat kita bahagia, Tuhan kita lupakan. Itu mungkin yang menjadikan macet-nya do’a kita dari dikabulkannya oleh Tuhan.

Sahabat ,,,

Kesadaran berlalu-lintas akan meminimalisasi terjadinya kemacetan di jalan. Bangun kesadaran diri kita sebagai hamba untuk selalu berada dalam rambu-rambu kehidupan, sehingga Tuhan-pun akan memperlancar jalannya kehidupan kita. Iringi dengan kesabaran, keikhlasan, dan keistiqamahan (konsisten) agar hidup kita semakin dilancarkan oleh Tuhan. Yakinlah bahwa skenario Tuhan itu sangat indah. Ketika Tuhan menutup satu jalan, maka jalan-jalan yang lain telah Tuhan siapkan bagi orang yang mau mencarinya. Inilah jalan kosong diantara celah-celah kemacetan lalu lintas. Banyak pintu buat manusia.

Jadikan lalu lintas kehidupan kita lancar tiada hambatan dengan berpegang teguh pada aturan yang telah Tuhan berikan. Hindari pelanggaran-pelanggaran di jalan raya kehidupan. Semoga lalu lintas kehidupan kita tidak MACET.


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia



gambar : klinikbacatulis.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts