Kamis, 02 Februari 2012

Rumus Canggih Parenting



Memasuki bulan Februari. Perasaan saya begitu berkecamuk. Senang, bahagia, takut, khawatir, dlsb. Mengapa ? karena, berdasarkan perkiraan dokter ataupun bidan, istri saya, dibulan Februari ini akan melahirkan. Ya, anak saya akan terlahir ke dunia di bulan ini. Sudah pasti, persiapan-persiapan harus saya lakukan. Baik persiapan materi, dan tentunya yang terpenting adalah persiapan mental, mental sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anaknya kelak ke depan.

Untuk persiapan yang terakhir ini (mental), saya mencoba merenungkan diri. Apa yang direnungkan ? Anak ! Ya, tentang sosok seorang anak.
Didalamnya saya menggali lebih dalam mengenai hakikat parenting. Kemudian saya mencari beberapa sumber kajian yang membahas tentangnya. Al-Quran (surat Lukman), hadist-hadist parenting, ataupun kajian yang menggunakan pendekatan psikologi.

Aha, akhirnya saya menemukan rumus canggih dalam parenting. Rumus canggih ? Ya, tidak perlu kita repot-repot untuk menghafalnya dan mengaplikasikannya. Sangat mudah. Cukup dalam kata “ANAK”. ANAK adalah ilmu parenting itu sendiri. Apakah ANAK itu ?

Asuh ku asih. Mengasuh dengan penuh kasih sayang. Ini adalah tahap pertama parenting. Bentuk kasih sayangnya adalah dengan rajin untuk mendekapnya. Dekapan orang tua menghadirkan ketenangan bagi anak. Dalam sebuah penelitian juga disebutkan, dekapan orang tua, dapat mengurangi tingkat stress atau depresi anak. Terlebih, saat ia berusia 0-2 tahun, sering-seringlah didekap penuh cinta dan kasih sayang.

Nalarkeun. Tahap kedua dalam parenting adalah begaimana kita memberikan stimulasi bagi anak untuk “berfikir” dan “bernalar positif”. Kuncinya ada dalam komunikasi. Ya, sering-seringlah mengajak anak berbicara. Sebagai catatan, jangan mengajak bicara ke anak dengan kata-kata plesetan. Sebagai contoh, kata “sayang” tidak boleh disebutkan dengan kata “cayang”. Sederhana memang, tapi kata-kata kita akan dengan cepat terekam dalam memori anak, dan itu berpengaruh dalam perkembangan nalarnya.

Selain itu, janganlah pula kita menanamkan penalaranan begatif kepada anak. Penalaran negative terjadi ketika anak kita didik dengan pencarian kambing hitam dari setiap masalah. Sebagai contoh, ketika anak terjatuh, janganlah kita berkata, “Wah, kodoknya loncat tuh.” “Aduh, lantainya nakal ya, sini ayah pukul lantainya. Uh, uh, lantai nakal.” Lho, emang kodok salah apa ? Lantai salah apa ? Ya, ada yang mengatakan hal itu sebagai bentuk pengalihan, tapi menurut saya tidak efektif bahkan akan menjadi blok mental si anak. Sebaiknya, jika anak terjatuh, yang kita katakana adalah, “Duh, sayang, mana yang sakit, yuk kita obatin. Wah, anak ayah memang hebat ya, bisa nyembuhin yang sakitnya.” Sambil kita elus-elus daerah yang sakit. Hal ini akan membuat pola pikir dan nalar yang positif bagi anak. Anak akan dengan sendirinya ketika “sakit” langsung “mengobatinya”. Artinya, ia bisa sebagai problem solverterhadap masalahnya, bukan mencari penyebab dari masalahnya. Mencari sumber penyebab adalah sebagai tindakan antisipatif berikutnya. Maka, katakan kepada anak kita, “Nak, nanti kalau jalan hati-hati ya, biar tidak jatuh lagi.” Nah, setelah kita mengasuh dengan penuh kasih dan memberikan penalaran positif, selanjutnya adalah,

Arahkeun. Ya, arahkan anak kita sesuai dengan aturan-Nya, sebagaimana Allah menyebutnya dalam Q.S. Lukman ayat 13-19, yaitu :


  • ·      Tanamkan nilai ketauhidan pada anak, tidak syirik atau mempersekutukan Allah (syirik dalam konteks yang luas).
  • ·        Ajari anak untuk menghormati kedua orang tuanya (birrul walidain).
  • ·   Sampaikan kepada anak, bahwa apapun tindakan kita, amalan kita, baik atau buruk, akan mendapatkan pahala atau balasan dari Allah. Arahkan, agar anak termotivasi untuk ber-amal hasanah. Maka,
  • ·    Perintahkan anak untuk mendirikan shalat dan menjadi sumber energy positif bagi sesama, dengan mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah apa yang munkar.
  • ·    Bekali mereka dengan mental “sabar”. Artinya, bagaimana anak kita kelak menjadi manusia yang memiliki paradigm positif terhadap kehidupan dan masalahnya (diawali dalam penalaran positif pada anak, nalarkeun !). Setelah itu,
  • ·    Sampaikan kepada mereka untuk menjadi anak yang tidak sombong, angkuh, dan berkata kasar kepada manusia. Sungguh, Allah membenci itu semua.

Itulah bentuk “arahan” kita kepada anak sejak mereka mulai beranjak dewasa. Dan terakhir dari rumus canggih parenting kita adalah,

Kuer hirup manehna keneh. Artinya, semua yang kita lakukan dari awal (asuh ku asih, nalarkeun, dan arahkeun) adalah demi kehidupannya, baik di dunia ataupun di akhirat. Jadikan mereka anak yang bertanggungjawab terhadap diri dan kehidupannya.

Maka, jadilah kita orang tua yang tidak khawatir terhadap generasi anak-anak nya. Karena kita telah menanamkan nilai-nilai. Karena kita telah membuat mereka kuat, kokoh berdiri di atas kakinya.

Sebagai penutup, saya sampaikan sebuah dialog imajiner antara seorang anak dan ibunya. Semoga bermanfaat.

Seorang anak bertanya kepada Ibunya:

"Ibu temanku membiarkan nyamuk menggigit tangannya sampai kenyang supaya tidak menggigit anaknya. Apakah Ibu juga lakukan hal yang sama?"

Sang Ibu tertawa "Tidak. Tapi Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam, supaya tidak sempat menggigit siapapun"

"Oh iya. Kubaca tentang seorang Ibu yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Akankah Ibu lakukan hal yang sama?", si anak kembali bertanya.

Dengan tegas Ibunya menjawab "Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan kenyang, dan kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan lapar".

Sang anak tersenyum...

"Aku bisa selalu bersandar padamu Ibu".

Sambil memeluknya si Ibu berkata "Tidak Nak!. Tapi Ibu akan mengajarmu berdiri kokoh di atas kakimu sendiri, agar kau tidak harus jatuh tersungkur ketika suatu saat nanti Ibu harus pergi meninggalkanmu".


Salam SuksesBahagia !!!Top of Form


IMAM NUGROHO
Mindsetter SuksesBahagia


0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts