Kamis, 09 Februari 2012

TARBIYAH FITH-THARIQ (Pelajaran Sepanjang Perjalanan)



Lampu merah menyala.
Ku hentikan laju sepeda motorku. Saat itu di perempatan jalan BKR dengan Moh. Toha (Tegal Lega). Bagi sebagian orang, lampu merah adalah musibah, karena harus menghentikan laju kendaraan sementara mereka mungkin harus segera bergegas ke kantor atau tempat kerja. Tapi buatku, lampu merah kujadikan ajang untuk istirahat sejenak, mengembalikan energi yang terkuras (mengendarai kendaraan juga melelahkan).
Tiba-tiba ada orang tua mendekatiku dengan mengasongkan peci kosongnya, meminta-minta. ”Assalamu’alaikum...”ucapnya. Aku jawab dalam hati sambil mengangkat tangan kanan pertanda aku mohon maaf karena tidak akan memberikan uang. Dia-pun berlalu dan mendekati pengendara yang lain. Sepintas ku melihat, orang-orang pun mengangkat tangannya, dan itu pertanda dia tidak mendapatkan uang recehan.

”Orang tua yang malas ya Mas,,” tiba-tiba pengendara sebelahku mengajak berbicara. Aku hanya tersenyum.
”Ucapan Assalamu’alaikum itu untuk menebarkan salam, bukan untuk meminta-minta,” lanjutnya.
”Yah begitulah pak, potret masyarakat kita.” jawabku lirih.
Sejenak pikiranku menerawang jauh. Masih banyak orang-orang tua yang sehari-hari hanya meminta-minta dijalanan. Belum lagi yang masih anak-anak bahkan balita. Sungguh ironis negara yang sudah merdeka lebih dari 60 tahun, ternyata masyarakatnya masih bermental pengemis. Memalukan!!! Sehingga, kadang aku tidak pernah memberikan uang kepada pengemis jalanan. Bukan karena pelit atau tidak mau sedekah, alangkah lebih baik jika aku sumbangkan ke lembaga khusus yang menangani orang-orang fakir miskin, seperti : Rumah Zakat, Dompet Du’afa, Rumah Yatim dll.
Kuhela nafas panjang, seakan ingin menghilangkan kegundahan di hati...
Sementara lampu merah masih menyala.....
Dari kejauhan terlihat orang tua yang sedang menarik gerobak yang berisi barang-barang bekas. Tampak keringat telah membanjiri tubuhnya meskipun suasana masih pagi. Dari belakang, seorang ibu tua (mungkin istrinya) mendorong gerobak tersebut, sehingga pak tua yang menariknya tidak terlalu kepayahan. Bergetar hati ini menyaksikan pemandangan yang begitu mengharukan dan manakjubkan. Kerja keras dan cinta!!!
”Perjuangan hidup ya Mas,” lagi-lagi pengendara disebelahku mengajak bicara.
”Setuju pak, sangat jauh bila dibandingkan dengan peminta tadi,” jawabku.
”Mereka lebih berharga dan mulia. Mereka mendapatkan rejeki dari hasil keringat sendiri, tidak dengan minta-minta,” tambahnya
”Hmm...,” aku hanya menganggukkan kepala.

Untuk yang ke-dua kali pikiranku menerawang jauh. Setelah melihat perjuangan seorang pak tua untuk menyambung hidup, pagi-pagi sudah berkeringat menarik gerobak mencari barang-barang bekas. Dengan tidak melihat dari mana mereka mendapatkan barang-barang bekas itu, sungguh pelajaran yang sangat berharga buatku. Aku jadi malu dengan diriku yang kadang merasa malas ketika hendak pergi bekerja. Padahal bila dibandingkan dengan pak tua itu, sungguh jauh kapasitas pekerjaannya. Tapi sungguh aku melihat sebuah motivasi yang besar dari pak tua itu.
Kemudian dengan istri pak tua yang membantu mendorong gerobak, sehingga pak tua tidak kepayahan, menunjukkan cinta yang tulus dari seorang istri terhadap suaminya. Mereka bersama-sama membangun rumah tengga dalam segala hal. Cinta sejati. Memang, cinta memberikan kekuatan yang maha dahsyat. Cinta memberikan tenaga baru bagi orang yang merasakan dan mendapatkannya. Cinta membangkitkan keikhlasan. Maka benar kata para pujangga, hiasi hidup ini dengan CINTA. Dan memang, Tuhan menciptakan alam ini dengan segala isinya juga dengan CINTA. Terlebih Cinta Tuhan kepada manusia sungguh tak terbatas. Dan sudahkan kita membalas cinta Tuhan kepada kita ????
Lampu hijau menyala.
Perlahan aku jalankan kendaraanku. Aku hentikan pikiranku yang terus melayang, untuk berkonsentrasi dalam mengendarai sepeda motorku.
Sahabat ,,,,,
Dua potret jalanan yang baru saja aku alami, sungguh banyak mengandung hikmah dan dapat kita jadikan cermin diri kita. Kita seperti apa sekarang ??

Apakah kita tergolong orang yang bermental ”peminta”, bermalasan tapi ingin mendapatkan sesuatu? Tanyakan pada diri ini.
Sifat dasar yang dimiliki para peminta-minta adalah sifat MALAS. Malas akan membunuh potensi yang dimiliki. Orang jadi tidak kreatif apalagi sampai inovatif. Hidupnya jadi tidak bermanfaat. Dan yang pasti, sifat malas keluar dari fitrah penciptaan manusia dan tidak bertanggungjawab dengan kehidupannya. Malas akan mendatangkan angan yang tiada batas, sehingga orang akan menghalalkan segara cara demi meraih apa yang diangankannya. Dengan demikian malas akan menyuburkan sifat-sifat tercela lainnya. Mencuri, merampok, sampai membunuh.
Hindari malas dengan bersegera melakukan tanpa menunda. Yakin dengan potensi yang dimiliki. Bangkitkan rasa tanggungjawab terhadap kehidupan ini. Ingat, Tuhan tidak sertamerta menciptakan kita, kalau pada akhirnya kita tidak dimintai pertanggungjawaban. Kita pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kehidupan yang telah Tuhan berikan. Dan kita tidak bisa mengelak dari pengawasan Tuhan Yang Maha Melihat. Setiap gerak-gerik kita per detik, akan terpantau oleh Tuhan dan nanti akan dipertontonkan kepada kita kelak di yaumul akhir. Apakah kita mau, ketika Allah memperlihatkan perjalanan hidup kita, kita sedang bermalasan dan akhirnya mencuri, membunuhm atau perbuatan keji lainnya????

Sahabat ,,,,
Jadilah kita seperti pak tua yang selalu bersemangat menjemput rizki yang telah Tuhan tentukan. Sungguh, betapa dia sosok orang tua yang bertanggungjawab dengan peri kehidupannya. Dia tidak menyia-nyiakan potensi yang Allah berikan. Dia mensyukuri nikmat yang Allah berikan.
Ingat, salah satu wujud bersyukur kita atas nikmat yang Allah berikan adalah kita mampu mempergunakan setiap waktu yang terlewati untuk sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri atau untuk orang lain. Kita akan menjadi bintang jika kita melewati setiap detik kita dengan amalan hasanah yang bermanfaat.
Tidak juga kita menyerah dengan kehidupan ini. Tidaklah Tuhan menguji kita sesaat kita menyatakan diri percaya padanya. Iman ini perlu di uji. Keyakinan ini perlu bukti. Dan ujian dan cobaan adalah cara Tuhan mengevaluasi kadar keimanan kita. Bukankah orang yang pacaran juga suka menguji pasangannya???
Lari dari ujian dan cobaan adalah mental orang-orang MUNAFIK. Menghindar dari masalah (yang kadang belum tentu adanya) adalah mental orang PENGECUT.
Terakhir, hiasi hidup ini dengan cinta yang tulus, cinta kepada Tuhan, cinta kepada keluarga, cinta kepada sesama. Dengan cinta kita akan mendapatkan kekuatan yang maha dahsyat.
Sahabat ,,,,
Masih banyak pelajaran-pelajaran lain yang bisa kita ambil dari kehidupan ini. Maka benar ketika Allah berfirman, ”Iqra, bismirabbikalladzi khalaq”
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Al-Alaq : 1)
Bacalah ayat-ayat kauniyah dan kauliyah Allah, di alam kehidupan ini.




NUGROHO, Imam
Mindsetter Suksesbahagia



sumber gambar : http://kfk.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts