Rabu, 18 Januari 2012

Bukan Orang Gila, kan ?



Saya sangat kesal, ketika hendak menyeberang jembatan gantung kecil dengan lebar 1 meter, ada orang gila yang berjalan sangat pelan dan menghalangi jalan. Di klakson, dia tetap cuek, tidak kemudian jalan ke pinggir jembatan. Oh, saya kembali tersadar, dia ‘kan orang gila, mana mungkin dia bisa mengerti apa maksud bunyi klakson, dia ‘kan kehilangan respon atau kepekaan dengan yang ada disekelilingnya. Hwa, melatih kesabaran.

Dalam kesabaran, saya termenung, sambil terus memperhatikan orang gila tersebut. Saya tersenyum, melihat tingkah lakunya. Begitulah kalau orang gila. Dia tidak lagi memperhatikan kebersihan dirinya, tidak memedulikan sekelilingnya, tidak punya rasa malu, dan yang pasti dia tidak terkena hukum syariat Tuhan, seperti beribadah dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Saya mendapatkan pelajaran dari orang gila. Apakah itu?

Saya dan Anda (Insya Allah) bukan orang gila. Tapi tidak menutup kemungkinan, kita bisa menjadi (seperti) orang gila, ketika memiliki karakter atau sifat yang sama.

Pertama, orang gila yang saya lihat, dia tidak memperhatikan kebersihan dirinya, badannya kotor berdebu, pakaiannya kumal bertanah, dan secara mental-ruhiyah (qalbuatau hati) sudah pasti tidak bersih juga. Jika kita tidak memperhatikan kebersihan diri, maka tidak ubahnya seperti orang gila. Terutama yang harus kita perhatikan adalah kebersihan mental-ruhiyah. Artinya, janganlah hati kita terkotori oleh penyakit-penyakit hati, seperti iri, dengki, takabbur, syirik, ujub, senang menyakiti orang, dan lain sebagainya. Ketika kita membiarkan hati kita kotor, maka sangat sulit cahaya kebenaran masuk kedalamnya, sangat sulit hidayah Tuhan menghampiri kita. Maka, bersihkan selalu hati kita dengan dzikkrullah (mengingat-Nya), menjalankan setiap perintah-Nya dengan ikhlas, dan berusaha menjauhi setiap yang dilarang-Nya.

Kedua, orang gila tidak memiliki kepekaan sosial. Sama halnya dengan kita, jika tidak memiliki kepekaan sosial, bisa dikatakan kita termasuk orang gila. Kepekaan sosial merupakan fitrah. Bukankah manusia terlahir sebagai mahluk sosial? Bentuk kepekaan sosial yang ingin saya tekankan adalah bagaimana kita pandai dalam menjaga persaan orang lain, yang artinya kita mampu menjaga lisan dan perbuatan kita. Lisan lebih tajam dari pisau. Sekali lisan kita mengucapkan perkataan yang menyakitkan orang, susah untuk di telan kembali dan itu akan sangat menyakitkan perasaan orang lain. Maka, jagalah lisan dan tindakan kita.

Ketiga, orang gila tidak beribadah, dikarenakan tidak terkena hukum syariat Tuhan. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa diangkat pena malaikat dari manusia (manusia terbebas dari hukum syariat) ketika manusia tidur sampai ia terbangun dan manusia yang hilang ingatan (bisa lupa atau gila) sampai ia tersadar lagi.

Nah, jika selama ini kita mengabaikan urusan ibadah kepada Tuhan sebagai bentuk penghambaan kita pada-Nya, maka kita tidak jauh berbeda dengan orang gila. Mengabaikan ibadah berarti tidak mengerjakannya, melalaikannya, menganggapnya sepele, tidak penting, hanya buang-buang waktu, tidak menghasilkan uang, dan sebagainya. Kita lupa bahwa akan ada hari keabadian yang didalamnya akan menikmati apa yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Kita menomor-duakan Tuhan. Bertaubatlah, janganlah kita termasuk orang-orang yang lalai akan perintah dan peringatan Tuhan.

Oleh karena itu, jadikan hidup ini sebagai bentuk ibadah kepada-Nya. Niatkan segala aktivitas kita untuk mengharap ridho dari-Nya. Segera kita penuhi setiap panggilan-Nya. Karena itu sebagai bukti bahwa kita bukan orang gila.

Terakhir yang keempat, orang gila tidak memiliki tujuan hidup. Ketika kita tidak memiliki tujuan, visi, dan target dalam hidup ini, maka bisa dikatakan orang gila. Tentukan tujuan hidup kita. Buat target yang jelas. Dengannya hidup kita akan jelas terarah. Hidup akan lebih bermakna. Hidup akan menjadi lebih hidup. Jangan biarkan hidup kita mengalir apa adanya. Seperti yang sudah saya sampaikan, pepatah biarkan seperti air mengalir, itu tidak tepat untuk hidup yang berarti. Karena tidak semua air akan mengalir sampai ke laut. Mungkin ada air yang tersesat di (maaf) comberan atau tempat-tempat yang kotor lainnya. Maka milikilah tujuan hidup yang jelas.

Sahabat,

Orang gila yang saya temui telah memberikan banyak pelajaran berharga. Sungguh saya merasa “diingatkan” oleh kehadiran orang gila yang menghalangi jalan. Diingatkan bahwa saya bukan orang gila. Dan sebagai konsekuensinya saya harus rajin membersihkan diri saya dari penyakit-penyakit hati dan kejiwaan, saya harus memiliki kepekaan dalam hubungan bermasyarakat, taat menjalankan setiap perintah Tuhan, dan membuat tujuan hidup yang jelas dan terarah agar lebih bermakna. Semoga begitu pula dengan Anda.



Salam SuksesBahagia !!!

KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia


0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts