Senin, 09 Januari 2012

Tunjuklah, Siapa Salah ?


Karena merasa ada yang salah dengan pendengaran istrinya (tuli), Parjo berkonsultasi kepada salah satu dokter THT. Ia bercerita, betapa pusingnya ia ketika berbicara dengan istrinya, karena harus teriak-teriak (volumenya dibersarin dikit…). Setelah semua ia ceritakan, dokterpun memberikan obat, dan menyarankan Parjo untuk selalu menge-cek pendengaran istrinya, dengan mengatur jarak ketika akan berbicara dengan istrinya itu. Dimulai dari sekitar 50 langkah, ia harus mengecek pendengaran istrinya, terus maju hingga tinggal 1 langkah lagi jarak ia dan istrinya. Hal tersebut dilakukan, untuk menentukan dosis obat yang harus ia berikan kepada istrinya. Parjo pun pulang dengan hati riang, karena tidak akan lama lagi, ia akan mudah ketika harus berbicara dengan istrinya.


Sesampainya di rumah, terlihat, istrinya sedang memasak di dapur. “Ah, ini kesempatan bagus, saya pengin tahu, apakah dari jarak 50 langkah ia mesih bisa mendengar atau tidak.” Pikirnya setelah mengetahui sang istri sedang ada di dapur.



Ia atur jaraknya hingga kira-kira 50 langkah. “Mamah, kita akan makan apa hari ini ?” teriak Parjo.


Tak terdengar ada jawaban. “Wah, sepertinya dosisnya harus tinggi neeh,”


Ia lanjutkan dengan mengurangi jarak, sambil teriak, hingga sampailah tinggal satu langkah lagi. “Mah, kita akan makan apa hari ini ?”


“Papah ini bagaimana ? Mamah sudah menjawab sampai puluhan kali, kalau kita akan makan sop ayam !”
Terkejut Parjo mendengar jawaban istrinya. “Sudah puluhan kali Mamah menjawab ? Oow, apakah Papah yang tuli ya ?


Sahabat saya yang SuksesBahagia,


Ketika satu jari telunjuk kita tujukan untuk orang lain, ternyata tiga atau empat jari lainnya, mengarah tepat ke diri kita sendiri. Betapa Allah telah memberikan sebuah peringatan berharga bagi keberlangsungan hidup yang penuh rahmat dan kasih sayang.


Disaat perjalanan hidup kita jauh dari kesuksesan dan kebahagiaan, janganlah langsung menuduh orang luar sebagai sumber penyebabnya. Karena kita sendirilah “jangan-jangan” sebagai sumber dari setiap masalah yang menjauhkan kita dari hidup sukse-bahagia. Karena kita “rela” membiarkan rasa dan pikiran kegagalan memenuhi hati dan pikiran.


Sahabat saya yang SuksesBahagia,


Lihatlah kedalam, tengoklah “dalamnya” diri ini. Kunci mendapatkan hidup penuh sukses-bahagia, adalah disaat diri ini mampu membaca situasi didalamnya.


Ketika melihat ada kesalahan dan kekurangan didalamnya, segera perbaiki, ubah haluan dan cara pandang dalam bersikap, bijaklah !


Ketika melihat ada “kesempurnaan” dan potensi kesuksesan-kebahagiaan didalamnya, kuatkan sebagai tekad untuk terus melangkah, yakinlah !


Dan, sesungguhnya, kekurangan ataupun kesempurnaan yang ada didalamnya itu adalah HARAPAN. Harapan untuk hidup lebih baik.



Salam SuksesBahagia !!!

KAMAL, Imam
Mindsetter SuksesBahagia



0 komentar:

Posting Komentar

 

Labels

Popular Posts